BOGOR-KITA.com, BOGOR – Resesi menjadi salah satu bahan pembicaraan sejak beberapa pekan terakhir. Resesi digambarkan akan menyebabkan sejumlah masalah terkait ekonomi, berpotensi merembet ke persoalan lain, dan dapat bermuara ke persoalan politik.
Tapi ada juga yang mengatakan, resesi hanya hitung-hitungan di atas kertas. Sebab, pada satu sisi sudah dapat diperkirakan ekonomi pasti akan terkontraksi setelah kuartal III 2020, Desember nanti. Tetapi di sisi lain, ancaman resesi tidak mendongkrak kesulitan yang sudah dirasakan akibat covid-19.
Melansir Forbes, (15/7/2020), resesi adalah penurunan signifikan dalam kegiatan ekonomi yang berlangsung selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun. Selama resesi, ekonomi berjuang, orang kehilangan pekerjaan, perusahaan membuat lebih sedikit penjualan dan output ekonomi negara secara keseluruhan menurun.
Seperti apa gambaran ancaman resesi di Indonesia? Bagaimana dampaknya ke ekonomi Kota dan Kabupaten Bogor?
“Tentu kita tidak harus pesimis atau menyerah, karena tetap ada hikmah dari kondisi ini. Inovasi dan kreativitas menjadi salah satu faktor penting untuk bertahan (survive) di bidang ekonomi,” kata Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pakuan (FE Unpak) Bogor, Dr Hendro Sasongko kepada BOGOR-KITA.com, Sabtu (10/10/2020).
Hendro mengawali penjelasannya dengan mengatakan, bahwa pemerintah sudah mengakui bahwa Indonesia praktis sudah masuk kelompok negara yang mengalami resesi, karena kuat diprediksi, kontraksi ekonomi kuartal III 2020 ini antara minus 1 sampai dengan 2,9%.
Nah kalau ada yang bilang bahwa resesi hanya angka angka di atas kertas, atau tidak dirasakan, ya karena mungkin masih muncul fenomena aktivitas bisnis yang tetap ramai, tetap banyak transaksi terjadi, lalu lintas yang masih padat dan justru makin tumbuhnya beberapa sektor atau jenis bisnis.
“Yang paling gampang kan bisnis sepeda, bahkan merek merek mahal juga kebanjiran order,” kata Hendro
Tapi ekonomi pembangunan itu masalah angka angka agregat, yang pada saat tertentu, akan memberi dampak masif terhadap sendi sendi perekonomian masyarakat.
Intinya, resesi berkepanjangan dan tidak ada tindakan pemerintah yang efektif, jelas akan memberi dampak kepada hampir seluruh lapisan masyarakat.
Mekanismenya jelas, menurunnya permintaan akan menekan produksi, sehingga cashflow akan melambat.
Bagi industri, ini berpotensi memunculkan PHK, yang artinya pengangguran akan meningkat. Sektor keuangan juga akan terdampak karena melemahnya permintaan kredit dan potensi macetnya piutang.
“Tentu kita tidak harus pesimis atau menyerah, karena tetap ada hikmah dari kondisi ini. Inovasi dan kreativitas menjadi salah satu faktor penting untuk bertahan (survive) di bidang ekonomi,” kata Hendro, akademisi yang meraih gelar doktor dari IPB University.
Kota dan Kabupaten Bogor
Lalu bagaimana dampak resesi terhadap Kota dan Kabupaten Bogor? Dampaknya sama saja, bahkan karena ekonomi kedua wilayah ini cukup bergantung kepada sektor pariwisata dan industri (dimana kedua sektor ini termasuk yang terdampak resesi paling dalam) maka dapat diestimasi kontraksi ekonomi di kedua wilayah ini juga cukup dalam.
Mari kita lihat bagaimana dampak resesi terhadap kapasitas fiskal Kota dan Kabupaten Bogor, yang tercermin dari APBD-nya.
Infonya kan bakal defisit, sehingga Pemda harus menyiapkan rencana aksi untuk antisipasinya, yaitu pemanfaatan SiLPA dan Cadangan, yang disertai dengan program efisiensi dan penghematan belanja.
Adanya relokasi dan refocussing anggaran belanja dalam rangka penanganan covid-19, jelas memberi dampak terhadap beberapa program dan kegiatan yang sudah ditetapkan sebelumnya, dan hal ini berpotensi mempengaruhi target capaian pembangunan daerah.
Tapi sekali lagi, sebagai makhluk Tuhan, Allah SWT, kita tidak boleh terus mengeluh dan tidak melakukan upaya apa-apa. Sebagai insan beriman, kita yakin bahwa ada hikmah di balik bencana ini.
“Saya yakin,” kata Hendro.
Dilanjutkan, ada contoh menarik dari Kota Bogor, di mana realisasi PAD sudah hampir mencapai 85 persen per akhir September lalu, dan Pemda optimis, target tahunan dapat dicapai.
Memang di beberapa sektor, seperti pariwisata dan hiburan, masih dapat dimaklumi jika tidak tercapai targetnya, namun yang menarik, justru target PBB dan BPHTB telah dilampaui.
“Mudah-mudahan capaian ini berdampak terhadap kesinambungan program pembangunan yang telah ditetapkan sebelumnya,” kata Hendro.
Bagaimana masyarakat harus menyikapi?
Menurut Hendro, masyarakat, agar tetap bijak dalam mengatur keuangannya, tetap harus utamakan kebutuhan pokok, harus cermat untuk memenuhi kebutuhan sekunder, serta jangan mudah tergiur dengan kebutuhan tersier.
Jika memiliki kapasitas keuangan yang cukup, silakan lakukan investasi yang prospektif dan protektif. Kita berharap kebijakan stimulus yang diberikan Pemerintah, memberi efek positif sehingga mampu menciptakan momentum pertumbuhan ekonomi. Ingat, “gearing machine” pertumbuhan ekonomi kita itu ditopang terutama oleh konsumsi.
“Jika konsumsi menurun karena daya beli yang terbatas, karena pengangguran meningkat, jelas hal ini akan terus mengkontraksi pertumbuhan ekonomi. Inilah mengapa program stimulus sangat penting,” tutupnya. [] Hari