Dampak Tiktok dan Twitter Terhadap Partisipasi Pemilih Pemula pada Pilpres 2024
BOGOR-KITA.com, BOGOR – Saat ini media sosial menjadi sumber informasi yang sering digunakan oleh masyarakat. media sosial juga merupakan suatu tempat bagi semua orang tanpa pandang usia untuk berkomunikasi dengan cepat dan fleksibel, di media sosial masyarakat bebas berpendapat dan menyampaikan opininya kepada khalayak luas.
Saat sedang maraknya kampanye pemilihan presiden 2024, masyarakat sedang banyak menilai calon-calon presiden yang cocok dan akan dipilihnya. Tentunya peran media sosial sangat penting disini untuk masyarakat mengakses informasi-informasi politik yang sedang terjadi. Pemilihan presiden 2024 bukan hanya dilakukan oleh masyarakat yang sudah tergolong tua atau yang sudah berpengalaman dalam peristiwa politik, tetapi juga akan dilakukan oleh pemuda yang terklasifikasi sebagai pemilih pemula. Para pemilih pemula adalah subjek yang paling aktif menggunakan media sosial dan menjadikannya sebagai sumber informasi utama mereka khususnya tentang politik saat ini. Cara berpikir pemilih pemula juga dapat ditentukan oleh media sosial, informasi yang belum tentu kebenarannya juga menjadi konsumsi para pemilih pemula apalagi terkait informasi negatif para calon presiden dan wakil presiden tertentu.
Menurut rilis survei Centre For Strategic and International Studies pada September 2022, bahwa demografi pemilih Indonesia dalam pemilu 2024 mengalami perubahan. Proposi pemilih muda berusia (17-39 Tahun) mendekati 60%.
Survei ini mendefinisikan pemilih muda yaitu terdiri dari kelompok pemilih generasi Z dan generasi milenial. Definisi tersebut merujuk kategori pemilih generasi Z (berusia 17-23 tahun) dan milenial (berusia 24- 39 tahun) yang dirumuskan oleh Badan Pusat Statistik.
Dapat disimpulkan jika memang saat ini banyak pemilih pemula yang akan berpartisipasi dalam pemilihan presiden 2024.
Tiktok dan Twitter menjadi dua platform media sosial yang saat ini menjadi pusat perhatian karena memiliki dampak yang signifikan terhadap partisipasi pemilih pemula. Mahasiswa termasuk kedalam kategori pemilih pemula, yang sudah memiliki hak politik untuk memilih, mereka masih mudah dipengaruhi oleh kepentingan-kepentingan tertentu terutama oleh orang terdekat seperti keluarga, teman, kerabat dan juga media sosial.
TikTok, platform berbagi video singkat yang populer di kalangan generasi muda, memberikan ruang untuk kreativitas dan inovasi dalam menyampaikan pesan politik. Melalui video singkat, para pengguna TikTok dapat dengan cepat menyebarkan informasi terkini seputar calon presiden, pemikiran politik, dan isu-isu terkini.
Video pendek yang kreatif dan atraktif mampu menarik perhatian pemilih pemula yang cenderung lebih suka konsumsi konten ringan. Dengan demikian, TikTok dapat menjadi alat efektif untuk mendidik politik dan meningkatkan kepedulian pemilih pemula. Dalam kolom komentar juga dapat dilihat jika banyak masyarakat pro dan kontra terhadap isi konten pemilihan presiden, komentar-komentar tersebut dapat menjadi acuan bagi para pemilih pemula untuk menentukan pilihannya.
Sedangkan Twitter, platform berita dan sosial yang cepat dan dinamis, memberikan wadah bagi perbincangan publik mengenai pemilihan presiden. Melalui penggunaan tagar (hashtag) terkait pemilihan presiden, Twitter memungkinkan pengguna untuk terlibat dalam diskusi yang lebih luas dan mendapatkan akses informasi secara real-time.
Para pemilih pemula dapat dengan mudah mengikuti perkembangan kampanye, debat, dan isu-isu penting melalui timeline mereka. Twitter juga dapat menjadi media untuk memperluas jaringan sosial dan berpartisipasi dalam gerakan-gerakan politik yang mungkin tidak terpenuhi di dunia nyata. Twitter menjadi wadah tersalurkannya opini bebas masyarakat terhadap pemilihan presiden 2024, dimana hal ini akan mempengaruhi pemilih pemula juga untuk menentukan pilihannya.
Pemilih pemula yang aktif di TikTok dan Twitter dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh diskusi, informasi, dan kampanye yang mereka temui di platform tersebut.
Calon presiden dan tim kampanye mungkin akan lebih fokus pada strategi kampanye digital untuk menjangkau pemilih pemula yang aktif di TikTok dan Twitter. Konten yang kreatif dan bersifat viral dapat menjadi kunci untuk mendapatkan perhatian dan dukungan dari generasi muda. Dari hal tersebut ada beberapa dampak yang mungkin terjadi:
1. Peningkatan Partisipasi politik
Media sosial memungkinkan pemilih pemula untuk terlibat secara aktif dalam diskusi politik. Melalui komentar, retweet, dan berbagi konten, pemilih pemula dapat menyuarakan pendapat mereka, berkontribusi pada perbincangan publik, dan merasa memiliki peran dalam proses politik.
2. Pengaruh Selebriti dan Tokoh publik
TikTok dan Twitter sering kali menjadi tempat di mana selebriti dan tokoh publik menyuarakan dukungan mereka terhadap calon presiden atau isu-isu tertentu. Dukungan dari tokoh yang populer di media sosial dapat memiliki dampak besar terhadap pandangan dan keputusan politik pemilih pemula.
3. Keterlibatan dalam pendidikan politik
TikTok dapat digunakan sebagai alat untuk mendidik politik dengan cara yang lebih ringan dan menarik. Video-videonya dapat memberikan penjelasan singkat mengenai kebijakan, perbandingan calon, atau isu-isu terkini, yang dapat membantu pemilih pemula memahami proses politik dengan lebih baik.
4. Tantangan terhadap Keaslian Informasi
Meskipun memberikan akses yang luas ke informasi, media sosial juga membawa risiko penyebaran berita palsu (hoaks) atau informasi yang tidak valid. Pemilih pemula perlu waspada terhadap konten yang mungkin menyesatkan dan mengembangkan keterampilan kritis dalam menyaring informasi yang benar.
5. Komunitas Politik
Media sosial memungkinkan pemilih pemula untuk membentuk komunitas politik secara online. Grup-grup dan hashtag khusus dapat menjadi tempat untuk berbagi pandangan, bertukar informasi, dan membangun solidaritas politik di antara generasi muda.
Media sosial, seperti TikTok dan Twitter, memiliki dampak signifikan terhadap partisipasi pemilih pemula dalam pemilihan presiden 2024.
Keduanya menjadi tempat utama bagi masyarakat, terutama generasi muda, untuk berkomunikasi, menyampaikan opini, dan mengakses informasi politik. Pemilih pemula, yang cenderung aktif di platform tersebut, dapat dipengaruhi oleh konten-konten kreatif dan informasi yang tersebar di media sosial, baik secara positif maupun negatif terhadap calon presiden dan wakil presiden.
Dengan meningkatnya proporsi pemilih muda, terutama generasi Z dan milenial, dalam pemilu 2024, TikTok dan Twitter menjadi kekuatan utama dalam membentuk pandangan dan keputusan politik pemilih pemula. Kreativitas dalam menyampaikan pesan politik melalui TikTok dan dinamika perbincangan di Twitter membuka peluang untuk peningkatan partisipasi politik, pengaruh selebriti dan tokoh publik, keterlibatan dalam pendidikan politik, serta pembentukan komunitas politik online.
Meskipun memberikan akses yang luas ke informasi, pemilih pemula perlu waspada terhadap risiko penyebaran berita palsu dan informasi tidak valid. Oleh karena itu, peran media sosial dalam memengaruhi pemilih pemula memerlukan kewaspadaan terhadap kebenaran informasi yang harus memilah, dan menyaring konten politik. [] Widya Astuti dari Program Studi Komunikasi Digital dan Media Sekolah Vokasi IPB University.
Daftar Pustaka
Noviyanti, Ubaidullah, Ardiansyah, “Pengaruh Media Sosial terhadap Partisipasi Pemilih Pemula pada Pilpres 2019 di Kabupaten Aceh Utara (Studi Penelitian di Kecamatan Dewantara),” Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Volume 6. No. 1 Maret 2021, hlm. 2.
- Basuki Rachmat & Esther, ”Perilaku Pemilih Pemula dalam Pilkada Serentak di Kecamatan Ciomas Kabupaten Serang Tahun 2015”, Jurnal llmu Pemerintahan Ll/idyapraja, l/ol XLII No. 2, Tahun 2016.
6 Ahmad Nurcholis & Tri Rizki Putra, ”Pengaruh Media Sosial terhadap Partisipasi Pemilih Pemula pada Pemilihan Presiden 2019 yang Difokuskan kepada Mahasiswa FISIPOL UGM”, Jurnal PolGov, Vol. 2 No. 1/2020, hlm.195.
https://umj.ac.id/kabar-kampus/2024/01/media-sosial-pengaruhi-pemenangan-dalam- pemilu/