Nasional

Badai Covid-19 dan Pergumulan Masyarakat

Junry Jan Alow

Oleh: Junry Alow M.Div, MTh

(Dosen Universitas Pelita Harapan, Tangerang)

BOGOR-KITA.com, TANGERANG –  Hari Senin, 14 September 2020 yang lalu di Ibukota Jakarta di berlakukan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) tahap kedua. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyebutnya rem darurat untuk menekan laju perkembangan virus corona di DKI Jakarta yang sejak September angkanya terus melonjak.

Keputusan ini seperti buah simalakama. Tidak PSBB angka tertular baru akan terus melonjak, sementara dengan PSBB, berdampak terhadap ekonomi masyarakat.

Dampaknya terhadap ekonomi masyarakat, tidak kecil. Bukan hanya terhadap masyaralat kecil, tetapi juga terhadap masyarakat kelas menengah bawah. Kelas menengah mapan pun diyakini akan merasakan dampaknya, setidaknya karena biaya hidup kian meningkat.

Yang paling terdampak tentu saja kalangan masyarakat tertentu seperti para karyawan lepas, buruh harian, pedagang asongan, pedagang pasar dan orang orang yang tidak punya pekerjaan tetap.

Baca juga  IPW Tolak Wacana Bebaskan Napi Korutor Karena Corona, Kecuali Kelas Tertentu

Bagi mereka kebijakan PSBB diyakini menyakitkan karena pembatasan-pembatasan yang menjadi isi atau substansi PSBB membuat mereka tidak bisa leluasa mencari nafkah.

Jika mereka memiliki keluarga dengan beberapa anak dalam usia sekolah, maka selain kebutuhan pokok sehari-hari, mereka juga wajib menyiapkan peralatan penunjang proses belajar yang dilaksanakan secara daring.

Jika keluarga itu memiliki anak yang tengah kuliah maka kondisinya semakin runyam karena mereka harus mempersiapkan segala kebutuhan untuk kuliah online.

Melihat dan mengamati situasi ini kalkulasinya paling tidak setiap keluarga harus menyiapkan pembelian kuota bagi anak anaknya untuk memungkinkan anak anak mereka mengikuti setiap pelajaran secara daring.

Ini menjadi tantangan berat bagi keluarga keluarga kelas bawah, jika kepala keluarganya hanya mendapatkan kerjaan secara temporal dan tidak menentu, maka pergumulan hidup akan terasa semakin getir.

Baca juga  Ini Surat Edaran Satgas Covid-19 Terkait Liburan Akhir Tahun

Juga  sebagian kelas menengah yang tidak memiliki tabungan cukup, akan terimbas dengan situasi sekarang ini. Predikatnya sebagai kelas menengah bisa turun ke kelas bawah.

Tidak dapat dipungkiri, pengeluaran untuk kebutuhan sehari hari cenderung meningkat akibat pandemi covid-19.

Sementara penghasilan berkurang, bahkan ada yang menjadi nihil.

Pemerintah memang sudah memberi solusi dengan memberikan penurunan tarif dasar listrik untuk kwh kwh meteran di bawah 1000 watt.  Juga memberi keringanan cicilan untuk pinjaman bank atau kartu kredit dan lain sebagainya

Tetapi rasanya hal ini belum menjawab tantangan yang sebenarnya.

Pertanyaannya kemudian bagaimana solusi riil dan praktis menghadapi situasi ini?

Rasanya tidak ada solusi paling rill selain meningkatkan kesadaran mencegah diri tertular covid-19.

Baca juga  Penegasan OPM sebagai Kelompok Pemberontak

Solusi semacam ini mungkin dinilai usang. Tetapi rasanya tidak ada jalan lain selain meningkatkan kesadaran diri untuk menghindar dari tertular covid-19.

Perlu kesadaran secara bersama untuk menyukseskan kampaye pemerintah seperti mencuci tangan, memakai masker dan menjaga jarak sebagai bagian pencegahan dari   covid 19.

Sambil menunggu vaksin dan obat anti covid 19, rasanya kesadaran tingkat tinggi dari setiap pribadi dan masyarakat, menjadi senjata paling baik.

Kalau bukan kita lalu siapa lagi?

Jargon ini perlu dikedepankan lagi.

Kesadaran itu perlu mulai diterapkan buat diri sendiri, keluarga, lingkungan RT RW, kelurahan, kecamatan, kabupaten, dan semua unsur masyarakat. []

 

1 Comment

1 Comment

Leave a Reply

Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terpopuler

To Top