Kab. Bogor

Alih Fungsi Lahan Di Perkebunan Teh Puncak Terus Terjadi

BOGOR-KITA.com, CISARUA – Alih fungsi lahan di Perkebunan Teh PTPN VIII Gunung Mas masih saja terus terjadi. Bahkan, hektaran lahan milik negara ini sudah berubah menjadi “hutan beton”.

Sejumlah aktivis dan komunitas pun angkat bicara terkait banyaknya bangunan yang berdiri di lahan perkebunan teh tersebut.

Salah satunya datang dari anggota Komunitas Karukunan Wargi Puncak (KWP), Dede Rahmat. Menurutnya, penebangan lahan hijau dan banyaknya pembangunan berdampak negatif bagi lingkungan sekitar. Bahkan Puncak tidak lagi sedingin tahun delapan puluhan dan cenderung panas. Belum lagi longsor mengancam masyarakat Puncak.

“Bukan hanya itu, pada musim hujan akan terjadi beberapa titik genangan air keruh di lingkungan Cisarua akibat pengerukan untuk pembangunan,” ujar Dede Rahmat kepada wartawan Minggu (9/6/2024).

Baca juga  Ikut Pilkades, Petahana Harus Sampaikan LPPD

Pada musim kemarau, kekeringan terjadi karena tanah resapan berkurang dan saat ini sumber-sumber air sudah dikuasai oleh pihak-pihak yang tidak dapat diakses oleh masyarakat.

“Mungkin warga terdekat difasilitasi oleh pihak pemilik pembangunan, sedangkan yang berada di tengah dan bawah tidak mendapatkan kontrol atas aliran air,” ucapnya.

Selama ini, Pemerintah Kabupaten Bogor rupanya tidak memperhatikan dampak terhadap warga dengan memberikan izin secara jor-joran tanpa melakukan kajian detail terlebih dahulu. Padahal perubahan cuaca sudah sangat dirasakan masyarakat Puncak saat ini seperti cuaca yang menjadi panas dan berkurangnya resapan air hujan akibat penebangan pohon yang dialihfungsikan menjadi bangunan wisata.

Pembangunan infrastruktur yang tidak seimbang menyebabkan banyak tempat wisata dikembangkan tanpa kajian yang memadai.

Baca juga  Wabup: 2015, Puncak Bersih Bangunan Liar

Selama maraknya pembangunan di Puncak Cisarua ini, sumber mata air terus berkurang dan membuat ratusan warga kesulitan mendapatkan air bersih.

“Kami sebagai warga Puncak prihatin dengan datangnya musim kemarau dan hujan. Dengan intensitas hujan yang menurun di wilayah Citeko, sehingga mengakibatkan sumber mata air warga berkurang dan menyebabkan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan air bersih,” tandasnya. [] Danu

Klik untuk berkomentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terpopuler

To Top