BOGOR-KITA.com – Rektor IPB University Dr. Arif Satria masuk bursa menteri dalam kabinet Jokowi Periode 2019 – 2024. Arif Satria yang juga merupakan Ketua Forum Rektor 2020 – 2021 masuk sebagai menteri pertanian sebagai mana daftar calon menteri yang konon dirumuskan di ruang rapat Sentul International Convention Center, Minggu (14/7/2019) pukul 21.00 WIB. Dalam daftar nama tersebut Arif Satria bukan merupakan kader partai namun sudah menjadi tradisi rektor IPB University selalu menjadi menteri pertanian Republik Indonesia. Lepas dari benar tidaknya daftar nama tersebut Dekan Fakultas Hukum Universitas Pakuan Bogor Mihradi S.H., M.H., menilai Arif Satria layak dan sangat pantas dipilih Jokowi menjadi menteri pertanian.
Namun Mihradi mengatakan, daftar yang beredar soal kabinet harus dipastikan bukan hoax. Lebih lanjut, pengamat hukum tata negara ini mengaku asumsi jika Arif Satria diajukan menteri merupakan hal yang tidak berlebihan.
“Saya menilai Dr. Arif Satria memiliki kapasitas dan pemahaman karena di IPB pun termasuk berprestasi,” ungkapnya kepada BOGOR-KITA.com, Rabu (17/7/2019).
Terakhir, Mihradi mengatakan Dr. Arif Satria bisa mempresentasikan kaum muda sehingga dapat menjadi bagian masa depan Indonesia.
Dalam catatan BOGOR-KITA.com, Arif Satria memang merupakan akademisi yang moncer. Pada 12-13 Juni 2019 lalu, Arif Satria, diundang Organisasi Pangan dan Pertanian Sedunia atau Food Agriculture Organization (FAO) Roma secara khusus untuk menyampaikan pokok-pokok pikiran dalam pertemuan tentang “Digital Agriculture: Challenges to be Addressed” di Kantor Pusat FAO Roma Italia.
Rektor IPB University, merupakan satu-satunya pembicara dari unsur perguruan tinggi. Ia memaparkan konsep IPB tentang Agromaritim 4.0 dan memperkenalkan 25 inovasi digital karya dosen dan mahasiswa IPB baik untuk adaptasi maupun mitigasi perubahan iklim, serta untuk ketahanan pangan.
Di kesempatan tersebut, Arif Satria mengenalkan beberapa inovasi seperti tentang Fire Risk System (FRS) yang merupakan system digital yang mampu memprediksi kebakaran hutan untuk 6 bulan ke depan di 10 Provinsi.
Sistem ini sudah disampaikan ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Begitu juga National Forest Monitoring untuk peringatan dini deforestasi. Selain itu dikenalkan Underwater Televisual System (UTS) untuk memonitor ekosistem bawah laut secara digital, dan TrekFish yang merupakan alat perekam jejak jalur penangkapan ikan yang penting untuk mendukung Seafood Import Monitoring (SIM) dan menjamin keterlusuran.
Sementara itu untuk menunjang ketahanan pangan, inovasi IPB yang dipaparkan antara lain Smart Seed, yang merupakan aplikasi yang menggunakan satelit, pemodelan iklim, big data, dan internet of things berbasis android untuk 100 ribu petani sayuran di Indonesia.
Selain itu, Arif Satria berhasil membawa IPB University naik 100 peringkat dalam ranking dunia. Lembaga independen QS, sebagai salah satu penyelenggara pemeringkatan perguruan tinggi di dunia, mengeluarkan hasil resmi pemeringkatan yang berlaku untuk periode Juni 2019 – Mei 2020. Disebutkan bahwa IPB University berada pada posisi 601-650 rangking dunia, naik sekitar 100 tingkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Tahun lalu IPB di peringkat 701-750 untuk World University Ranking (WUR)
Saat dikonfirmasi BOGOR-KITA.com, mengenai bursa menteri tersebut Arif Satria mengatakan ingin fokus menjadi rektor.
“Saat ini tugas saya adalah sebagai rektor IPB. Jadi fokus melaksanakan tugas yang sudah di depan mata saja. dan tidak memikirkan gosip dan rumor yang beredar,” katanya. [] Hari