Rektor IPB Berikan Peta Jalan Bagi Pemimpin Masa Depan
BOGOR-KITA.com, BANDUNG – Isu yang berkaitan dengan disrupsi di era yang penuh dengan perubahan membuat manusia harus mampu bertahan dan beradaptasi secara cepat. Berbagai variabel di era industri 4.0 harus menjadi pertimbangan untuk mencetak sumber daya manusia yang mampu menjadi leader sesuai kondisi yang terus berubah.
Hal ini dikemukakan Rektor IPB University, Prof Dr Arif Satria saat menjadi keynote speaker dalam Kuliah Umum Semester Genap Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran, Kamis (18/2/2021`).
Kuliah umum tersebut bertujuan agar mahasiswa dapat menggali ilmu dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Tema yang diangkat yakni “Roadmap to the Future Leader”.
Dikatakannya, dengan perkembangan teknologi yang pesat, dampak yang bersifat disruptif juga mempengaruhi pengurangan jenis pekerjaan. Walaupun demikian, ada 27 juta jenis pekerjaan baru yang berkaitan erat dengan teknologi masa kini. Sehingga mahasiswa harus lincah dalam memanfaatkan peluang tersebut.
“Perubahan jenis pekerjaan tersebut juga mengubah peta pekerjaan dan peta kompetisi. Saat ini industri tak akan bersaing dengan industri dengan bidang yang sama, namun bersaing dengan media elektronik. Perubahan tak hanya mendisrupsi industri besar, namun juga pendidikan. Institusi pendidikan nantinya akan bersaing dengan institusi yang kompetensinya tak berfokus pada pendidikan. Misalnya Google Career Certificates dimana merupakan pelatihan daring yang berfokus untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang siap kerja. Kita harus membuka mata, telinga dan melihat jernih apa yang terjadi, ” jelasnya, dalam rilis dari IPB University kepada BOGOR-KITA.com, Jumat (19/2/2021).
Lebih lanjut ia mengatakan bahwa generasi millenial pun tak lepas dari genggaman teknologi dan membuatnya dijuluki sebagai digital native.
“Memang tak selalu berdampak negatif, namun tetap akan mempengaruhi perilaku konsumsinya. Di masa kini, perilaku konsumen akan berdasar pada rating, sharing dan shaping yang mana akan membentuk opini. Istilah trending topic di media sosial Twitter juga menjadi perhatian khalayak di era siber ini. Hal-hal tersebut mengubah kebutuhan dasar manusia yang awalnya makanan menjadi kebutuhan terkait komunikasi seperti wifi dan baterai. Generasi millennial ingin selalu tampil di media sosial, ” jelasnya.
Ia pun berpendapat bahwa substansi future leader harus ditanamkan pada mahasiswa terutama bila melihat peta perubahan yang amat kuat. “Dengan perkembangan yang begitu kompleks dan cepat, tentu memerlukan mindset baru. Mindset tersebut yakni growth mindset yang menjadi kunci pembentukan pemimpin yang tangkas.
Bila mahasiswa memiliki growth mindset, maka dengan amat pasti ia akan memiliki karakteristik yang optimis dan percaya diri. Pribadi dengan growth mindset akan memiliki pandangan dimana kegagalan tidak dianggap sebagai keterbatasan, namun berdasar pada penerapan strategi yang kurang tepat.
Mahasiswa harus menjadi pembelajar yang tangkas sehingga tak akan takut untuk mencoba hal-hal baru atau berinovasi, ” ungkapnya.
Penerapan yang berfokus pada future practice menurutnya juga amat penting agar dapat menjadi trendsetter perubahan, tak sekedar menjadi follower. Terobosan atau inovasi yang luar biasa mestinya hadir dari kreativitas yang tinggi. Mahasiswa yang menerapkan growth mindset dan future practice nantinya akan menjadi pemimpin yang berorientasi sebagai pencetak peluang.
“Negara dan bangsa yang hanya menerapkan best practice hampir pasti akan tertinggal dibandingkan dengan negara lainnya.
Pemikiran cemerlang mahasiswa-mahasiswa akan menciptakan inovasi yang luar biasa seperti yang telah diterapkan oleh berbagai mahasiswa IPB University. Inovasi seperti Future Farms terkait digitalisasi dalam pertanian, Smart Mini Plant Factory berbasis Internet of Things (IoT) untuk mendukung urban farming, serta inovasi yang unik lainnya. Dibutuhkan kecerdasan pemimpin dalam menatap masa depan sehingga dapat memprediksi perubahan yang akan terjadi. Dari perubahan itulah nantinya peluang dan kesuksesan akan tercipta. Selain itu, terdapat aspek-aspek leadership 4.0 yang juga harus dimiliki mahasiswa. Yakni dalam hal komunikasi, manajemen operasional, negosiasi, dan bersifat visioner. Tak hanya softskill, faktor integritas juga turut mempengaruhi kesuksesan, ” jelasnya.
Ia berpesan kepada para mahasiswa, “kini saatnya anda harus memperkuat softskill. Perkuat softskill, leardership, entrepreneurship, kemampuan kolaborasi dan kemampuan komunikasi. Menurut saya hal-hal dasar tersebut yang amat diperlukan bagi kita untuk menatap masa depan.” [] Admin