Rektor Arif Satria: Berdayakan Desa Hadapi Mega Disrupsi
BOGOR-KITA.com, BOGOR – Rektor IPB University Prof Arif Satria menyatakan penting untuk membangun dari desa dalam menghadapi mega disrupsi.
Hal itu dikatakan Arif Satria saat membuka CEO School yang digelar Direktorat Kemahasiswaan dan Pengembangan Karir (Ditmawa PK) IPB University, Sabtu (6/11/2021).
Dalam kesempatan sebelumnya Arif Satria menyebut mega disrupsi yakni perubahan iklim, revolusi industri 4.0 dan pandemi covid-19.
CEO School merupakan program pelatihan dalam mewadahi peningkatan kapasitas diri dan menumbuhkan jiwa usaha sebagai seorang CEO berbasis agrosociopreneur. Tahun ini CEO School IPB University digelar pada 6-7 November dan 13-14 November 2021. Sebanyak 11 pembicara akan memberikan inspirasi dan motivasi kepada peserta.
Prof Arif Satria mengatakan bahwa program ini sangat penting untuk dimulai dengan membangun dari desa. Desa akan menjadi sentral pengembangan ekonomi ke depan.
“Karena konsep yang sekarang kita formulasikan adalah ketika menghadapi mega disruption, tidak ada cara lain selain memberdayakan desa. Saat pandemi COVID-19 yang selamat dan menyelematkan kehidupan adalah desa, sehingga desa harus benar-benar menjadi fokus,” kata Prof Arif Satria.
Oleh karena itu, lanjutnya, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) terus bersinergi dengan IPB University dalam menjadikan desa sebagai salah satu fokus pembangunan.
“Kita tahu sektor agromaritim adalah sektor yang selamat dari krisis, sektor yang terus tumbuh positif. Tidak ada cara lain selain kita memperkuat sektor agromaritim. Kebutuhan sektor agromaritim adalah kebutuhan pelaku-pelaku usaha,” tuturnya.
Sementara itu, Bupati Bogor Ade Yasin, dalam kesempatan sebelumnya memaparkan bahwa pembangunan di Kabupaten Bogor difokuskan pada level desa dengan beberapa prioritas.
Ade Yasin menjelaskan, Kabupaten Bogor sebagian besar wilayahnya merupakan perdesaan (416 desa).
Potensi dan kekayaan daerah berada di desa seperti UMKM, petani dan Bumdes, sehingga keberhasilan pembangunan akan dinilai baik jika desa telah berkembang dan mandiri. Beberapa prioritas pembangunan di desa antara lain, peningkatan SDM dan digitalisasi desa melalui sekolah pemerintahan desa dan data desa presisi bekerjasama dengan IPB University.
“Sekolah pemerintahan desa adalah pertama dan satu-satunya di Indonesia. Data presisi dikumpulkan dengan teknologi 4.0, berbentuk data citra desa dengan resolusi tinggi hingga 5 cm sehingga memiliki tingkat akurasi tinggi untuk menggambarkan potensi desa, seperti vegetasi, biodiversity, konsumsi pangan per bulan, uang berputar, sebaran rumah tidak layak huni, peta infrastruktur, dan lain-lain. Data ini akan jadi acuan untuk merencanakan program pembangunan di desa agar efektif dan tepat sasaran,” jelas Ade Yasin yang juga Ketua DPW PPP Jawa Barat.
Selanjutnya, kata Ade Yasin, meningkatkan perekonomian melalui penguatan Bumdes dan festival wisata desa, percepatan pembangunan infrastruktur desa dengan program wifi gratis di 240 titik blank spot, bedah kampung, perbaikan Rutilahu, program hunian untuk masyarakat berpenghasilan rendah kerjasama dengan Unida dan The Hud Institute, penuntasan 215 jembatan rawayan kerjasama dengan TNI.
“Kemudian ada program Stimulus Satu Miliar Satu Desa (Samisade). Di masa pandemi Ini, program Samisade dengan pola padat karya diharapkan dapat membawa dampak penyerapan tenaga kerja dan menggerakkan sektor riil di akar rumput dan menciptakan multiplier effect yang mendorong pemulihan ekonomi sekaligus mempercepat pencapaian SDG’s desa,” ungkap Ade Yasin. [] Hari