BOGOR-KITA.com, INDRAMAYU – Pasangan calon peserta Pilkada Kabupaten Indramayu perlu mewaspadai money politic dan tsunami politik.
Hal itu diungkapkan oleh Direktur Eksekutif Citra Komunikasi LSI Network Denny JA, Toto Izul Fatah saat memaparkan temuan survei bertema “Peta Preferensi Pemilih Jelang Pilkada Indramayu 2020” di salah satu hotel di Indramayu, Kamis (9/7/2020).
Toto Izul Fatah dalam keterangan tertulisnya menjelaskan, dari pengalaman LSI melakukan ratusan kali survei di seluruh Indonesia, ada dua hal yang biasanya punya daya rusak pilihan publik terhadap calon, sehingga hasil survei pun meleset. Pertama, money politic dan kedua, tsunami politik. “Salah satunya, tiba-tiba calon tertentu terlibat kasus moral yang heboh seperti asusila, narkoba atau terjerat kasus korupsi dan lain-lain. Tentu, jika mayoritas publik tahu dan percaya terhadap isu-isu negatif tersebut,” kata Toto.
Begitu juga dengan money politic. Dalam temuan survei LSI, ada kecenderungan pragmatis perilaku pemilih di Indramayu yang menganggap money politic itu sangat wajar (6,8%) dan cukup wajar (50,0%). Jika digabung lebih dari 50% publik di Indramayu menganggap wajar money politic. “Dengan kata lain, mayoritas warga di Indramayu senang dan suka jika ada yang melakukan money politic,” imbuhnya.
Ini juga tergambar dari pengakuan publik atas pengaruh money politic tersebut. Sangat berpengaruh (14,8%) dan cukup berpengaruh (38,0%). “Biasanya, ini menjadi goodnews buat calon dengan kapital besar dan badnews buat calon yang bermodal pas pasan. Diluar kontek bahwa cara-cara kotor seperti itu akan merusak tatanan demokrasi yang sehat dan kuat,” tambahnya.
Dengan terjadinya dua hal tadi, sambung Toto, money politic dan tsunami politik, bisa terjadi calon yang sekarang diunggulkan, pada saatnya rontok dikalahkan calon lain. Dan pada Pilkada Indramayu 2020 ini, potensi terjadinya dinamika dukungan masih sangat terbuka. Apalagi, dalam sisa waktu yang masih kurang lebih 5 bulan. Berbagai kemungkinan bisa terjadi.
Terutama, dalam kontek masih rendahnya rata-rata tingkat pengenalan para calon yang masih dibawah 70%. Padahal, untuk bisa menang itu, setiap calon harus memiliki tingkat pengenalan diatas 80%. “Ini juga termasuk bagian dari salah satu hukum besi untuk menang. Secara teoritis, makin dikenal, makin punya potensi untuk dipilih. Dan semakin rendah pengenalan, kecil juga kemungkinan untuk dipilihnya,” tutupnya.
Sebagai informasi, survei LSI tersebut dilakukan pada 25 – 30 Juni 2020 dengan menggunakan metode standar; multistage random sampling, wawancara dilakukan dengan tatap muka dan jumlah responden 440, dengan margin of error 4,8%. [] Hari