Pedagang Korban Pembongkaran Di Puncak Kini Kembali Berjualan Dengan Motor
BOGOR-KITA.com, CISARUA – Para pedagang korban pembongkaran bangunan liar di kawasan Puncak rupanya mulai move on. Sebab, mereka kini mulai berjualan kembali meski cara berjualannya berbeda tidak seperti dulu lagi.
Kali ini mereka berjualan dengan gaya baru yakni menggunakan motor untuk menjajakan dagangannya. Tidak hanya kendaraan roda dua, terlihat ada beberapa pedagang menggunakan mobil.
Namun begitu, dari pantauan wartawan di lapangan, banyak wisatawan memanfaatkan pedagang ini untuk sekedar makan minum di lokasi-lokasi yang memiliki pemandangan yang indah.
Salah satu pedagang kopi keliling, Junaedi mengaku sejak bangunan usahanya dibongkar beberapa waktu lalu dirinya nyaris tak punya penghasilan.
“Sempat satu minggu diam di rumah harus berbuat apa supaya dapur tetap bisa ngebul,” kata Jaenudin warga Desa Tugu Utara.
Akhirnya ia pun memutuskan untuk tetap berjualan tapi dengan cara menggunakan kendaraan bermotor. Ia berpikir, dengan berjualan menggunakan motor dirinya akan terhindar dari teguran Satpol-PP yang terlihat masih berpatroli.
Menurutnya, menggunakan kendaraan lebih efektif sebab bisa dengan bebas berpindah tempat menjajakan dagangannya.
“Tinggal cari tempat yang pemandangannya bagus, nanti yang beli datang sendiri,” ucapnya
Ia mengaku sudah mulai berdagang dengan gaya baru tersebut sejak beberapa pekan terakhir. Pada akhir pekan kemarin, di sepanjang ruas Jalan Raya Puncak, Cisarua ramai dipenuhi para pedagang.
Meski begitu, para pedagang tersebut masih takut ketika ada petugas yang berpatroli. Dia langsung bergegas untuk mencari tempat lain untuk kembali berjualan.
“Kalau ada yang patroli kita kabur, cari tempat lain. Kan kita juga butuh usaha butuh pemasukan buat keluarga,” tuturnya
Sebelumnya, ruas Jalan Raya Puncak, Cisarua kembali dipenuhi para pedagang. Namun kali ini mereka menggunakan kendaraan untuk menjajakan dagangannya.
Kepala Seksi Ketentraman dan Ketertiban Kecamatan Cisarua, Komarudin mengaku telah melarang mereka untuk kembali berjualan di area tersebut.
“Namun ini seperti kucing-kucingan, ketika kita patroli mereka pergi, ketika kami istirahat mereka kembali lagi,” ujarnya.
Sementara, Komarudin mengaku kesulitan jika terus memantau sepanjang hari lantaran minimnya personil.
Apalagi, para pedagang tersebut kini menggunakan gaya baru yakni menggunakan kendaraan yang bisa datang dan pergi dengan mudah.
“Tetap kita imbau, namun pendapat saya, Puncak ini kan isu nasional, kepentingan bersama, bukan hanya kepentingan Satpol PP, harusnya dinas terkait segera ambil tindakan,” tandasnya. [] Danu