Inovasi Varietas Unggul Padi Tipe Baru Menjadi Potensi dan Harapan Pengembangan
BOGOR-KITA.com, BOGOR – Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB, Prof. Dr. Ir. Hajrial Aswidinnoor menyoroti potensi besar inovasi varietas unggul padi tipe baru dalam mengatasi tantangan ketahanan pangan di Indonesia.
Sejak Revolusi Hijau pada akhir tahun 1970-an, Indonesia berhasil mencapai swasembada beras berkat varietas unggul padi yang ditanam secara masif. Namun, dalam kurun waktu 16 tahun terakhir, rata-rata produktivitas padi nasional melandai pada kisaran 5.0 – 5.3 ton per hektar, dan produksi gabah nasional berfluktuasi di kisaran 54-55 juta ton per tahun.
Permasalahan tersebut diperparah dengan berkurangnya lahan pertanian padi, pertambahan jumlah penduduk, serta ancaman perubahan iklim dan serangan hama.
Untuk menjawab tantangan ini, Prof. Hajrial dan timnya di IPB telah bekerja selama 27 tahun untuk mengembangkan 13 varietas unggul padi tipe baru (PTB), yang mampu meningkatkan produktivitas dan ketahanan terhadap berbagai kondisi lahan dan cuaca ekstrem.
“Beberapa varietas unggul yang dihasilkan oleh IPB, seperti IPB 3S dan IPB 9G, telah menunjukkan produktivitas lebih tinggi dibanding varietas Revolusi Hijau (RH) ketika dibudidayakan sesuai anjuran. Varietas lain, seperti IPB 1R Dadahup, dirancang khusus untuk lahan rawa pasang surut di Kalimantan Tengah dan Selatan,” kata Prof Hijrial saat konferensi pers pra presiden ilmiah pada Kamis (19/9/2024).
Pada akhir tahun 2023, lanjut Prof Hijrial, IPB kembali meluncurkan inovasi varietas PTB terbaru seperti IPB 12S, IPB 13S, IPB 14S, dan IPB 15S yang memiliki ketahanan baik terhadap hama, hasil panen tinggi, dan kandungan nutrisi mineral seperti Fe dan Zn yang dapat membantu mengatasi anemia dan stunting.
“Dampak yang diharapkan dari varietas-varietas PTB ini mencakup peningkatan produktivitas padi nasional, pengurangan penggunaan pupuk dan air irigasi, mitigasi emisi gas metana, serta penurunan kehilangan hasil saat panen. Untuk merealisasikan potensi ini, diperlukan upaya pembimbingan intensif terhadap petani dalam mengadopsi varietas PTB,” terangnya.
Prof. Hajrial menyarankan adanya program nasional pendampingan petani, yang dapat disebut sebagai “Bimbingan Massal 2” atau “Bimas 2,” guna membimbing petani dalam tahap awal penggunaan varietas ini.
Sehingga, dengan pendekatan ini diharapkan mampu mengulang kesuksesan Revolusi Hijau dengan meningkatkan produktivitas dan produksi padi nasional, sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani dan kesehatan masyarakat melalui kandungan nutrisi mineral yang tinggi dalam varietas PTB.
“Dengan adanya inovasi dan upaya pendampingan ini, diharapkan Indonesia dapat kembali mencapai peningkatan produktivitas padi nasional dan mewujudkan ketahanan pangan berkelanjutan, sekaligus menjaga keseimbangan lingkungan dan kesehatan masyarakat,” pungkasnya. [] Ricky