Era Disrupsi, 25 Juta Perkerjaan Lama Hilang, 97 Juta Pekerjaan Baru Datang
BOGOR-KITA.com, DRAMAGA – Disrupsi atau disruption. Kata ini sangat populer di era teknologi informasi sekarang ini. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengartikan disrupsi sebagai sebuah hal yang tercabut dari akarnya.
Dilansir dari laman divedigital, disrupsi adalah sebuah era terjadinya inovasi dan perubahan besar-besaran yang secara fundamental yang mengubah semua sistem, tatanan, dan landscape yang ada ke cara-cara baru. Akibatnya pemain yang masih menggunakan cara dan sistem lama kalah bersaing.
Saat ini malah terjadi double disruption, satu karena teknologi informasi dan satu lagi karena pandemi covid-19.
Apakah disrupsi akan menutup lapangan kerja karena semuanya diambil alih oleh internet? Ir Naufal Mahfudz, punya jawaban optimistik.
Dalam rilis dari IPB University kepada BOGOR-KITA.com, Senin (23/11/2020) Ir Naufal Mahfudz, alumnus IPB University dari Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) yang kini menjabat sebagai Direktur Umum dan SDM BPJAMSOSTEK mengatakan, disrupsi akibat berkembang pesatnya teknologi informasi menyebabkan beberapa profesi manusia memang hilang karena digantikan oleh teknologi tersebut.
Namun demikian, katanya, meskipun ada pekerjaan yang hilang, tapi muncul juga berbagai jenis pekerjaan baru, misalnya transportasi online.
Ir Naufal Mahfudz kemudian mengutip laporan World Economic Fórum (WEF) Oktober 2020, bahwa ada 25 juta pekerjaan yang telah digantikan oleh disrupsi teknologi, tetapi telah menghasilkan 97 juta pekerjaan baru dengan pengkombinasian antara teknologi, mesin, algoritma dan sumberdaya manusia.
Bagaimana agar bisa mengambil lapangan kerja yang terbuka tersebut? Harus ada perubahan.
Berdasarkan hasil survei dan riset itu pula, kata Ir Naufal, dilaporkan bahwa ada lima urutan pertama skill yang muncul di Indonesia atau yang disebut dengan istilah emerging skill.
Yakni kreativitas, orginalitas dan insisatif, complex problem solving, active learning, emotional intelligence, analytical thinking dan inovasi.
“Lima skill pertama ini hanya manusia yang punya, sehingga jika banyak yang bertanya bila banyak pekerjaan yang menghilang terus manusia ini kemana? Manusia tetap ada, namun dengan skill yang dimiliki adalah lima hal tadi,” jelasnya.
Dalam karirnya, Ir Naufal mengatakan, telah menerapkan program Insanova (Insan Inovasi Ketenagakerjaan) yang telah menghasilkan empat ribu lebih karya dan inovasi melalui perlombaan. Kunci dalam menghadapi disrupsi-disrupsi tersebut adalah bagaimana kita dapat mengeluarkan dan mengaktualkan seluruh potensi dan kemampuan diri.
“Sebagai lulusan baru atau learner juga harus mengakui keunikan diri, memiliki tujuan hidup, bekerja berdasarkan panggilan hati, selalu antusias dan optimis, berasosiasi atau berkerja sama dengan orang-orang yang tepat dan kompeten serta selalu berpengang teguh pada Tuhan,” tutupnya. [] Admin