Nasional

Dompet Dhuafa Hadirkan Solusi Sampah Organik Jadikan Cuan Melalui Maggotin

BOGOR-KITA.com, LAMPUNG- Pemanfaatan limbah sampah organik dapat menciptakan peluang bisnis dan ekonomi bagi peternak maggot. Bermula banyaknya sampah organik seperti sayur mayur, limbah restaurant memunculkan ide untuk beternak dan mengembangkan maggot lebih luas lagi.

Paiman salah satu penggiat Maggot di JT Agung, Karanganyar, Lampung saat ditemui hari Selasa (20/5/2025), mengatakan awal mula maggot dia kembangkan dengan skala kecil, sehubungan dana dan pengetahuan akan budidaya maggot kurang alhasil keuntungan saya kecil, Dompet Dhuafa melirik potensi besar maggot yang dikembangkan olehnya, alhasil Maggot tidak sedekar potensi pakan ternak namun juga akan merambah di bidang kosmetik.

“Maggot memiliki kemampuan dalam mengurai sampah dengan sangat cepat. Dalam waktu 24 jam, 10.000 ekor maggot BSF dapat mengurai 5 kg sampah organik. Maggot juga mampu memakan sampah organik sebanyak 2 hingga 5 kali berat badannya per hari,” ujar Paiman.

Baca juga  Tantangan Digitalisasi Pendidikan, Dompet Dhuafa Dorong Para Guru Se Indonesia Tingkatkan Inovasi

Paiman menambahkan, “kita disini ada sekitar 50.000 ikan lele yang siap panen. Bila diberikan pakan pur, itu biayanya sangat besar. Tetapi dengan maggot ini bisa lebih murah dan terbantu”.

Untuk sistem jual secara online, Paiman telah meraih keuntungan bersih Rp3-5 juta selama sebulan. Sedangkan secara offline itu bisa sampai Rp500 ribu-Rp1 juta per bulan.

Sementara Wawan Setiawan pendamping Program Dompet Dhuafa mengatakan Program Maggotin mengintegrasikan pemanfaatan sampah untuk pakan maggot, kemudian maggot digunakan untuk pakan lele dan unggas. Hasilnya, para mustahik mendapatkan penghasilan tambahan dari proses budidaya ini.Dengan adanya pemberdayaan maggot di desa ini, penguraian sampah yang ada di pasar bahkan di lingkungan sekitar dapat dilakukan dengan optimal, khususnya sampah organik atau sampah sisa makanan.

Baca juga  Dompet Dhuafa Banten Luncurkan Greenhouse Seledri Siap Suplai Hingga 8 Ton Seledri

Wawan menambahkan, melalui konsep pemberdayaan maggot, program ini menjadi terobosan pengelolaan sampah yang juga dapat menghasilkan dan membantu perekonomian para penerima manfaat serta turut mengharapkan program ini kelak dapat menjadi sebuah percontohan terhadap program edukasi zero waste serta menjadi pemantik gerakan pengelolaan sampah organik dari rumah.

“Kami berharap melalui program ini nantinya dapat menjadi percontohan, edukasi zero waste, dan pemantik gerakan pengelolaan sampah dari rumah,” tambah Wawan.

Paiman, salah satu penerima manfaat, sangat bersyukur atas bantuan kandang maggot yang diterima. Ia juga sudah lama memiliki keinginan untuk mengurai sampah-sampah basah (organik) supaya tidak menyebabkan bau busuk dan penyakit. Keinginannya itu terwujud bersamaan dengan adanya program maggotin.

Baca juga  Rektor Unpak: Perlu Ada Reward and Punishment Taati Imbauan Cegah Covid-19
Klik untuk berkomentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terpopuler

To Top