BOGOR-KITA.com – Kelompok Kerja (Pokja) HIV (Human Immunodeficiency Virus) Kota Bogor menggelar Rapat Koordinasi (Rakor) bersama Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Bogor Ade Sarip Hidayat di ruang Paseban Narayana, Balaikota bogor, Jumat (7/7/2017) pagi. Rakor tersebut membahas mengenai penanganan kasus HIV di Kota Bogor hingga distribusi obat bagi penderita HIV.
Lemahnya manajemen data HIV dan pengelolaan logistik komoditas HIV/AIDS di Fasyankes (Fasilitas layanan Kesehatan) sering mengakibatkan masalah distribusi pengiriman obat, kejadian Anti Retro Viral (ARV) stok out, dan obat yang kadaluarsa.
Tercatat, dari hasil penghitungan tahun 2007 ditemukan data 562 jumlah orang yang di konseling dan test, 138 jumlah positif HIV, 81 jumlah kasus AIDS, dan telah dibandingkan dengan jumlah data sampai akhir Mei 2017 telah ditemukan 8.658 jumlah orang yang di konseling dan test, 252 jumlah positif HIV, 7 jumlah kasus AIDS. Jumlah orang yang dikonseling dan test mengalami kelonjakan yang sangat signifikan mencapai 140 persen.
Indikator kinerja keberhasilan program HIV/AIDS adalah menurunnya infeksi HIV baru di Kota Bogor, menurunnya jumlah kematian karena HIV/AIDS, dan menurunnya stigma di masyarakat. Menurut standar pelayanan minimal program HIV /AIDS 100 (Ibu Hamil) Bumil tercatat di Kehamilan Trimester satu (K1) wajib di Konseling dan Testing HIV (VCT PITC), 100 penderita TBC tercatat di Formulir TB no. 03 wajib di Konseling dan Testing HIV (VCT/PITC), 100 Orang Dengan HIV AIDS (ODHA) on ARV (minum obat Anti Retro Viral).
Sekda Kota Bogor Ade Sarip mengatakan, dalam meningkatkan pelayanan masyarakat Dinkes Kota Bogor berupaya untuk memberikan pelayanan penanganan kasus HIV di beberapa rumah sakit, puskesmas dan PKM. Yaitu di RS.Marzuki Mahdi, RS.PMI Bogor, RSUD Kota Bogor, RS. Medika Dramaga, RS.Azra, RS.Hermina. Puskesmas yang berada di daerah Tanah Sareal, Bogor Timur, Sempur, Sindangbarang, Kedung Badak, dan 25 Penyuluhan Kesehatan Masyarakat (PKM).
“Dalam hal kesehatan Pemkot Bogor harus memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat. Sistem pengelolaan logistik distribusi obat ARV dan reagen harus lebih efektif dan efisien sehingga kualitas pelaporan tepat waktu dan akurat. []Admin