BOGOR-KITA.com – Hasil penelitian Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menyatakan Kota Bogor sebagai kota termacet atau terpadat arus lalu lintasnya di Indonesia, langsung mendapat reaksi dari sejumlah kalangan. Hasil penelitian yang dipublikasi secara luas tersebut dinilai akan berdampak sangat buruk terhadap berbagai sektor kehidupan di Kota Bogor. Jika tidak ada upaya pembenahan radikal, status kota termacet itu akan menjadi stigma negative, menjadi julukan baru setelah sebelumnya dijuluki sebagai kota sejuta angkot. Kepala Dinas lalu Lintas Angkutan Jalan (DLLAJ) harus dievaluasi. Demikian kesimpulan hasil wawancara PAKAR dengan Ketua Gerakan Rakyat Bogor Bersatu (GR2B) Harry Ara dan pengamat sosial yang juga dosen Fisip Universitas Nasinoal Jakarta, Dr TB Massa yang dihubungi terpisah di Bogor dan Jakarta, Selasa (21/10) malam.
Termacet se-Indonesia
Satus Kota Bogor sebagai kota termacet itu dirilis Kementerian Perhubungan di Jakarta, Selasa (21/10) siang, dan langsung dilansir sejumlah media online lokal dan nasional. Wakil Walikota Bogor, Usmar Hariman saat dikonfirmasi, mengaku tidak percaya jika Kota Bogor sebagai wilayah termacet se-Indonesia. “Saya baru dengar itu, saya rasa kota lain lebih parah,” tandas dia ketika dihubungi PAKAR.
Usmar mengakui, Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor sudah berupaya meminimalisir kemacetan Kota Bogor. Kita sudah jadikan kemacetan sebagai masalah nomor satu yang harus diatasi.
Namun penelitian data Direktorat Bina Sistem Transportasi Perkotaan (BTSP) Perhubungan Darat, Kemenhub, keluar dengan hasil di mana Kota Bogor sebagai kota termacet di Indonesia. Menurut Kepala Puslitbang Darat dan Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Yugi Hartiman, Kota Bogor adalah kota yang lalu lintasnya perlu mendapat perhatian. "Kota yang lalu lintasnya perlu mendapat perhatian," kata Yugi usai diskusi mengenai ERP di Hotel Millenium, Jakarta, Selasa (21/10) seperti dilansir detikcom.
Data BTSP Perhubungan Darat, memperlihatkan, rata-rata kecepatan kendaraan di Kota Bogor hanya 15,32 kilometer per jam, dengan vc ratio atau volume to capacity atau tingkat kepadatan 0,86. VC ratio adalah ukuran yang dipakai untuk melihat perbandingan antara volume kendaraan dengan kapasitas jalan. Lalu lintas dikatakan berada dalam kondisi krusial jika vc ratio-nya mencapai di atas 0,70%. Data BTSP vc ratio Kota Bogor 0,86, lebih tinggi dibanding DKI Jakarta (0,85), Bandung (0,85), Surabaya (0,83), Medan (0,76) dan lainnya. (lihat tabel).
Evaluasi Kepala DLLAJ
Data BTSP itu sendiri dipertanyakan oleh Usmar Hariman. “Dasar perhitungannya tidak standar dan tendensius. Kapan mereka ukur, apakah dalam waktu dan hari yang sama. Saya yakin Kota Bogor bukan yang termacet” kata Usmar.
Bagi, TB Massa, lebih baik segera berbenah dari pada buang-buang waktu membantah dan berapologi. “Opini yang sudah terbentuk bahwa Kota Bogor termacet se-Indonesia tidak akan hilang hanya dengan membantah. “Lebih baik segera berbuat suatu yang signifikan, suatu yang radikal,” tandas alumni Universitas Kebangsaan Malaysia yang tinggal di Bojongggede.
TB Massa menegaskan, opini yang dibentuk oleh media nasional seperti air bah, sedang bantahan yang dikemukakan oleh wakil walikota tidak lebih sekadar air pancuran. “Tidak ada gunanya membantah. Lebih baik segera lakukan pembenahan radikal. Kalau sudah ada hasilnya, mudah bagi Walikota Bima Arya yang sudah dikenal secara nasional untuk menyatakan Kota Bogor sudah tidak lagi macet,” kata TB Masa.
Harry Ara mengemukakan salah satu langkah radikal yang perlu dilakukan adalah mengevaluasi kinerja Kepala DLLAJ Kota Bogor Achsin Prasetyo, sebagai salah satu SKPD yang bertanggungjawab terhadap kemacetan di Kota Bogor. “Silakan dievaluasi. Apakah Kepala DLLAJ ini memiliki konsep untuk mengurai kemacetan. Kalau tidak punya, lebih baik diganti saja. Kalau pun punya konsep jitu, tetapi tidak mampu mengimplentasi sama saja, silakan dievaluasi, lebih baik diganti,” tandas Harry.
TB Massa mengemukakan hal senada. “Kalau di Jepang bosnya, dalam hal ini walikotanya yang mundur. Tradisi kita di sini belum, cukup orang yang bertanggung jawab, dalam hal ini Kepala DLLAJ-nya,” kata TB Massa.
Daftar Kota Termacet di Indonesia:
Bogor (15,32 km/jam) VC ratio 0,86
DKI Jakarta (10-20 km/jam) Vc Ratio 0,85
Bandung (14,3 km/jam) VC ratio 0,85
Surabaya (21 km/jam) VC ratio 0,83
Depok (21,4 km/jam) VC ratio 0,83
Bekasi (21,86 km/m) Vc Ratio 0,83
Tangerang (22 km/jam) VC Ratio 0,82
Medan (23,4 km/jam) VC ratio 0,76
Makassar (24,06 km/jam) VC Ratio 0,73
Semarang (27 km/jam) VC Ratio 0,72
Palembang (28,54 km/jam) VC ratio 0,61
Sumber: BTSP Perhubungan Darat/[] Harian PAKAR/Admin