Tani Center IPB University Gelar Kuliah Umum Inovasi dan Digitalisasi Pertanian Bagi Masa Depan Petani Kecil
BOGOR-KITA.com, BOGOR – Setiap daerah di Indonesia memiliki ciri khas dalam sistem pertaniannya. Sehingga diperlukan penanganan yang berbeda bagi setiap permasalahan dan potensi yang ada. Selain itu, transfer teknologi dan informasi juga diperlukan agar terwujud peningkatan dalam pemerataan kualitas dan tingkat kesejahteraan para petani.
Pengalaman petani dan para praktisi di lapangan merupakan informasi yang sangat berharga bagi pengembangan ilmu pengetahuan di perguruan tinggi. Oleh karena itu, Tani Center dan Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) IPB University menggelar Kuliah Umum bertemakan “Future Innovation and Digital Agriculture”, Sabtu (19/6/2021). Kegiatan tersebut bertujuan untuk meningkatkan transfer ilmu pengetahuan dan pengalaman antar akademisi kepada praktisi maupun sebaliknya.
Prof Arif Satria, Rektor IPB University mengungkapkan bahwa transfer informasi tersebut penting untuk mendukung transformasi pertanian 4.0. Untuk itu, perguruan tinggi perlu berupaya memberikan inovasi-inovasi unggul. Ia menyambut baik kolaborasi antara Tani Center IPB University, Tani Hub, dan Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP) untuk melakukan penyuluhan pertanian digital yang lebih relevan di masa kini.
David Ardhian, fellow dari Center for Transdisciplinary and Sustainability System (CTSS) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB University hadir sebagai narasumber. David membahas terkait inovasi dan digitalisasi pertanian.
Ia menyebutkan bahwa istilah inovasi bukan hanya sekedar teknologi karena ada sifat yang bersifat kelembagaan, konteksnya lebih luas. Ia turut meluruskan bahwa petani skala kecil juga merupakan inovator dan turut menjadi pondasi dalam sistem pertanian Indonesia.
Menurutnya, berbagai penemuan dari berbagai praktik agrosistem yang berbeda dan beragam merupakan bagian dari inovasi. Inovasi pertanian disebutkan pula merupakan proses yang kompleks karena bersifat multipihak.
“Inovasi tidak selalu harus bersifat invensi karena dalam konteks yang berbeda, inovasi di suatu tempat dapat diterapkan di tempat yang lain. Intinya adalah bagaimana semuanya berkontribusi untuk membangun ketahanan pangan, nutrisi yang lebih baik, pengembangan ekonomi, maupun pengelolaan sumber daya alam yang baik. Kata kunci dalam inovasi ini adalah kebaharuan dan kebermanfaatan,” tuturnya dalam rilis IPB University.
Hal yang penting yakni cara meletakkan inovasi tersebut dalam proses transformasi yang ada serta tidak tersegmentasi. Serta memperbaharui sistem pengetahuan sehingga mempengaruhi perilaku aktor-aktor yang terlibat. Setiap pihak juga penting untuk mempelajari pemahaman inovasi agar dapat ditempatkan secara tepat dalam perubahan transformatif.
“Perubahan transformatif adalah perubahan yang bersifat dikehendaki berdasarkan konsensus. Jarang ada konsensus yang untuh tentang bagaimana inovasi pertanian Indonesia di masa datang yang sebetulnya diperlukan. BEM harus bisa memprakarsai roadmap mengenai pertanian yang diinginkan anak muda berdasarkan analisis sosial dan politiknya. Ini menjadi tantangan tersendiri bagi BEM dan kalangan akademisi secara umum,” jelasnya.
Ia juga menyebutkan perlunya pandangan yang lebih luas bagi sistem pangan secara utuh. Tidak hanya tersegmentasi pada aspek budidaya saja sehingga sistem pertanian menjadi lebih terintegrasi. Ekosistem inovasi juga perlu dikembangkan agar memberikan multiplier impact yang besar sehingga dapat mengubah sistem pangan secara keseluruhan.
Dalam kegiatan ini hadir Astri Purnamasari (Director of Corporate Affair Tani Hub) dan Said Abdullah (Koordinator Nasional KRKP). Mereka membahas lebih lanjut mengenai digitalisasi pertanian serta dampaknya bagi petani kecil di masa depan. [] Hari