Kab. Bogor

Rektor IPB: Stimulus Ekonomi Kata Kunci Pemulihan Krisis

BOGOR-KITA.com, DRAMAGA –  Stimulus pertanian menjadi kata kunci sejauh mana Indonesia akan pulih atau tidak dari krisis ekonomi dan pangan akibat pandemi covid-19.

Hal ini dikemukakan Rektor IPB University IPB Prof Dr Arif Satria setelah mendengar paparan hasil kajian tim peneliti ekonomi dan pangan IPB yang dipaparkan dalam webinar The 13th IPB Strategic Talk yang diselenggarakan oleh Direktorat Publikasi Ilmiah dan Informasi Strategis (DPIS), IPB University Jumat (5/6/2020).

Dalam rilis dari IPB University kepada BOGOR-KITA.com, Sabtu (6/6/2020) disebutkan, tim peneliti diketuai Dr. Widyastutik dengan anggota R.Dikky Indrawan, Ph.D, Dr. Heti Mulyati, dan Syarifah Amaliah,M.App.Ec.

Penelitian dilakukan terkait dampak pandemi Covid-19 terhadap ekonomi dirasakan cukup masif sebagai akibat dari pembatasan pergerakan masyarakat baik internasional maupun lokal.

Paparan tim peneliti disampaikan oleh Dr. Widyastutik.  Dikatakan ada empat skenario yang dikaji dalam model Computational General Equlibrium (CGE) recursive dynamic . Yakni, skenario berat, skenario sangat berat, skenario sangat berat dengan dampak pesimis dari pemberian stimulus ekonomi, dan skenario sangat berat dengan dampak optimis dari pemberian stimulus ekonomi.

Baca juga  E-Commerce Solusi UMKM di Masa Pandemi

Simulasi menangkap guncangan dari sisi penawaran dan permintaan yang mencakup penurunan produktivitas sektor pertanian, manufaktur dan jasa, risiko jika terjadi fenomena iklim ekstrim seperti El Nino, guncangan permintaan ekspor, stimulus jaringan pengaman sosial, transfer payment serta fenomena migrasi kota ke desa.

Keempat skenario tersebut memprediksi dampak terhadap ekonomi melalui indikator makro, indikator sektoral, sektor pertanian, distribusi pendapatan rumah tangga dan dampak pada wilayah produsen dan konsumen pangan.  

Hasil simulasi dari keempat skenario tersebut menunjukkan, kemungkinan penurunan ekonomi yang cukup berat dibandingkan beberapa tahun sebelumnya.

Sejumlah alternatif solusi ditawarkan. Pertama, stimulus ekonomi berupa bantuan sosial (bansos) khususnya untuk masyarakat di pedesaan diperlukan dalam jangka pendek untuk menahan kemungkinan penurunan ekonomi makro, sektoral dan dampak terhadap rumah tangga.

Stimulus ekonomi di pedesaan sangat diperlukan untuk menyelamatkan sektor yang bergerak  khususnya pangan. Sektor pangan selain memenuhi kebutuhan akhir (final demand) bagi rumah tangga juga menjadi input bagi sektor lainnya dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang bergerak di bidang makanan olahan.

Baca juga  Rintihan Heti, Janda Asal Parungpanjang usai Tembok Rumahnya Ambruk

Kedua, perlunya kebijakan untuk memprioritaskan logistik bahan pangan (lebih dari 70%).

Ketiga, jaminan ketersediaan input pertanian seperti pupuk, obat-obatan dan sarana prasarana pertanian juga sangat diperlukan untuk menjamin operasional sektor pertanian.

Kebijakan bansos, relaksasi kredit, subsidi bunga kredit untuk input di sektor pertanian menjadi salah satu pilihan kebijakan bagi pemerintah.

Inovasi dalam produksi pertanian berbasis digital merupakan alternatif pilihan lainketika diterapkan physical distancing seperti greenhouse maupun open field.

Pada sektor peternakan dan perikanan, kebijakan yang dapat dilakukan adalah bantuan pakan ternak, alat tangkap dan sarana dan prasarana perikanan.

Inovasi berbasis digital juga dapat dilakukan dalam pemasaran baik untuk sektor pertanian maupun UMKM olahan makanan lainnya. Selain itu sektor tanaman pangan ini juga menjadi basis bagi penyerapan tenaga kerja.

Hal yang sama juga dialami berbagai sektor pertanian lainnya seperti peternakan dan perikanan.

Baca juga  Pesta Sains, Pestanya Anak SMA di IPB University

Optimalisasi kartu pra pekerja menjadi mitigasi terhadap penurunan konsumsi dan pendapatan rumah tangga di pedesaan maupun perkotaan.

Alternatif kebijakan lain adalah kebijakan jaringan pengaman sosial dan pengalihan peruntukan dana desa.

Dana desa dapat menjadi program padat karya berlandaskan prinsip transparan dan akuntabel. Tanpa adanya stimulus ekonomi, terlihat bahwa wilayah-wilayah sentra dan non-sentra produksi pangan menunjukkan dampak penurunan yang cukup besar.

Stimulus ekonomi mampu menahan laju dampak penurunan terhadap produksi pangan.

Rektor IPB Prof Arif Satria menyatakan hasill riset yang dlakukan IPB University menyebutkan, efektivitas stimulus ekonomi akan menjadi kunci sejauh mana Indonesia akan pulih atau tidak dari krisis ini.

“Berkat kolaborasi dari kita semua perguruan tinggi, pemerintah dan para pengusaha akan terwujud pemulihan. Dan lebih penting lagi kita harus selamatkan desa sebagai last resort dan sebagai tumpuan hidup masyarakat Indonesia,” kata Prof Arif Satria. [] Hari

 

Klik untuk berkomentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terpopuler

To Top