Regional

Ratu Nana Gumilang: Leuweung Leutik Tidak Bisa Diperjualbelikan

BOGOR-KITA.com, KUNINGAN Persoalan Hutan Leuweung Leutik di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat  terus mengelinding.

Sebelumnya Pangeran Gumirat Barna Alam selaku Ketua Masyarakat Adat Karuhun Urang Sunda Wiwitan, Cigugur (Akur Cigugur) angkat bicara. Kemudian dikuti Ratu Juwita Jatikusumah Putri (Girang Pangaping Masyarakat Adat Karuhun Urang Sunda Wiwitan). 

Kini giliran Ratu Nana Gumilang.  Status Leuweung Leutik bagi kami sudah sangat jelas sebagai tanah adat yang tidak bisa dibagi waris, tidak bisa diperjualbelikan,” kata Ratu Nana Gumilang dalam pernyataan yang disampaikan kuasa hukum Masyarakat Adat Karuhun Urang Sunda Wiwitan (Akur) Cigugur Paseban Tri Panca Tunggal (Akur Cigugur), Santi Chintya Dewi, S.H, kepada BOGOR-KITA.com, Sabtu (23/11/2019).

Baca juga  GBN Sukabumi Beri Pembekalan dan Pelatihan Wirausaha di Lapas Nyomplong

Kuasa hukum Akur Cigugur Paseban Tri Panca Tunggal, Santi Chintya Dewi, S.H, membeberkan bukti bahwa tanah di lokasi Leuweung Leutik Lumbu Cigugur pada dasarnya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari zona inti sekunder cagar budaya nasional yang secara historis dan sosiokultural, keadaannya masih memiliki kaitan yang erat dengan zona inti Gedung Paseban Tri Panca Tunggal (Gedung Cagar Budaya Nasional).

Bukti kepemilikan tersebut meliputi, manuskrip Pangeran Sadewa Madrais Allibassa (asli ada).

Juga ada buku ukur tanah tahun 1941 (asli ada), surat padjak bumi tahun 1951 (asli ada), kikitir padjak bumi tahun 1951 (asli ada), Net Rincik Nomor Kohir 197, tahun 1993/1994 (asli ada), peta lokasi Leuweung Leutik Nomor 028, wilayah Lumbu skala 1 : 1000 (asli ada), dan surat mutasi dari Kecamatan Cigugur mengenai Leuweung Leutik tahun 2009 (asli ada).

Baca juga  812 Korban Banjir Karawang Mengungsi di Rumah Penduduk

Ratu Nana Gumilang menegaskan, status Leuweung Leutik yang tidak bisa dibagi waris, tidak bisa diperjualbelikan, tertulis juga dalam manuskrip  Pangeran Madrais, dan manuskrip tersebut mejadi pegangan kami tentang ketentuan-ketentuan berbagai hal termasuk tanah adat Leuweung Leutik.

Dengan adanya jual beli Leuweung Leutik sudah dipastikan sebagai perampasan dan adanya pemalsuan status tanah adat, juga merupakan upaya menghilangkan asal usul sejarah tanah adat,” tegas Ratu Nana Gumilang. [] Hari

 

 

Klik untuk berkomentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terpopuler

To Top