Kab. Bogor

Puskesmas Tamansari Dorong Gerakan Asi Eksklusif dengan Inovasi BUNDA

BOGOR-KITA.com, TAMANSARI – Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan terbaik bagi bayi. ASI diketahui mengandung zat gizi yang paling sesuai kualitas dan kuantitasnya untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) seperti yang dilansir Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Indonesia menyebutkan, ASI eksklusif yakni Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada satu jam pertama setelah lahir. Kemudian menyusui eksklusif berarti tidak memberikan makanan atau minuman apapun termasuk air. Selain itu, ASI eksklusif dalam praktiknya menyusui sesuai dengan keinginan bayi, baik pagi dan malam hari (on demand), serta menghindari penggunaan botol, dot, dan empeng.

Menyusui secara eksklusif mempunyai beberapa kelebihan karena sampai dengan usia 6 bulan, ASI cukup mengandung zat makanan yang diperlukan untuk bayi secara kualitatif dan kuantitatif. Selain itu, alat pencernaan bayi mampu mencerna dan menyerap ASI dengan baik oleh usus bayi. Dengan pemberian ASI eksklusif, ibu dapat menghindari kemungkinan salah pengenceran seperti pada susu formula yang dapat menyebabkan bayi tidak mendapatkan gizi seimbang. Bayi juga akan aman karena pencernaannya terhindar dari kuman seperti yang sering terjadi pada susu formula dan juga zat tambahan misalnya zat bahan makanan buatan.

Baca juga  Tak Ada Tempe, Pedagang Gorengan di Kawasan Puncak Kehilangan Omzet

Pencapaian ASI eksklusif di Indonesia belum mencapai target yang diharapkan yaitu sebesar 80%. Berdasarkan laporan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 pencapaian ASI eksklusif adalah 42%. Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Provinsi tahun 2013, cakupan pemberian ASI 0-6 bulan hanyalah 54,3% (Pusdatin, 2014).

Di Indonesia jumlah ibu menyusui semakin menurun karena lebih banyak memilih memberikan bayinya susu formula. Perilaku ini membuat sebagian ibu menjadi gengsi. Perilaku yang seperti ini banyak ditiru oleh keluarga ibu yang kurang mampu. Oleh karena itu, ibu yang kurang mampu memberikan susu formula sangat cair dan tidak bisa memenuhi kebutuhan gizi bayi.

Kondisi yang sama juga dialami Puskesmas Tamansari. Hasil Survei Mawas diri Puskesmas Tamansari tahun 2019 menunjukkan cakupan ASI Ekslusif hanya mencapai 44%. Artinya, persentase tersebut belum mencapai target minimal yang ditetapkan Puskesmas Tamansari. Data penelusuran lapangan mencatat bahwa penyebab belum tercapainya target cakupan ASI Eksklusif disebabkan faktor antara lain:1) Masih rendahnya pengetahuan dan kesadaran Ibu menyusui tentang pentinya ASI Eksklusif; 2)Belum optimalnya program promosi kesehatan terkait ASI Eksklusif ; 3) Ibu menyusui kurang mengetahui tentang cara pemberian ASI pada ibu yang bekerja; 4) Masih terdapat pengetahuan yang salah terkait pemberian makanan tambahan yang seharusnya tidak dilakukan padi bayi yang belum cukup umur (6 bulan atau kurang).

Baca juga  Ini Prospek Cuaca Di Wilayah Bogor Minggu Ketiga Bulan Januari 2024

Tindak lanjut dari kondisi tersebut adalah perlunya inovasi yang ditujukan untuk meningkatkan motivasi khususnya ibu hamil dan menyusui untuk memberikan ASI Ekslusif bagi bayinya sampai umur 6 bulan dan tidak diberikan makanan tambahan apapun. Oleh karena itu, Puskesmas Tamansari melalui koordinasi dan kolaborasi program KIA, Promosi Kesehatan dan Gizi membentuk inovasi BUNDA (Ibu Menyusui dengan ASI Eksklusif).

“Inovasi ini merupakan upaya promotif untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran tentang pentingnya pemberian ASI Ekslusif dari ibu kepada bayinya. Tujuan akhirnya untuk meningkatkan motivasi ibu agar mau melakukan ASI Eksklusif selama 6 bulan sehingga upaya perbaikan gizi masyarakat yang dimulai dari komponen keluarga dapat tercapai,” ujar drg. Sri Nurhayati, Kepala Puskesmas Tamansari.

Baca juga  Uji Coba Ganjil Genap di Puncak, PHRI Minta Pemkab juga Terima Masukan Masyarakat

Sri Nurhayati menjelakan bahwa inovasi BUNDA dilakukan setelah adanya penjaringan ibu hamil dan menyusui yang mencakup dua desa binaaan Puskesmas Tamansari yaitu Desa Sukajadi dan Desa Sukajaya. Selanjutnya, dilakukan penjadwalan kegiatan inovasi BUNDA di masing-masing Posyandu di dua desa tersebut melalui koordinasi dengan kader kesehatan setempat. Kegiatan dibimbing oleh petugas Bidan Desa serta TPG yang ada di puskesmas serta Kader Posyandu.

Dengan adanya inovasi ini diharapkan upaya perbaikan gizi masyarakat dapat dilakukan melalui inisiasi menyusui dini bagi bayi selama 6 bulan. Dengan demikian upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dapat terwujud. []

Klik untuk berkomentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terpopuler

To Top