Operasi Lodaya
BOGOR-KITA.com – Operasi Zebra Lodaya, yang digelar serempak oleh kepolisian di seluruh Indonesia mulai dari tanggal 26 November hingga 9 Desember 2014, menunjukan hasil signifikan, berupa meningkatknya kesadaran tertib berlalu lintas. Selain itu, meningkatnya permohonan pembuatan surat izin mengemudi (SIM) hingga 25 persen setiap harinya.
Kepala Satuan Lalu Lintas (Kasat Lantas) Polres Bogor, Ajun Komisarin Polisi (AKP) Bramastyo Priaji, setidaknya ada 200 lebih masyarakat setiap harinya datang ke kantor Polres Bogor, untuk mengurus SIM, dan itu diakui akibat Operasi Zebra Lodaya.
“Kenaikan permohonan SIM meningkat 25 persen dari biasanya setelah Operasi Zebra Lodaya 2014 yang kita lakukan beberapa hari lalu,"ujar Kasat Lantas Polres Bogor AKP Bramastyo Priaji, kepada PAKAR, di Cibinong, Jumat (5/12).
Dikatakan Bramastyo, langkah penegakan aturan di jalan raya melalui Operasi Zebra Lodaya memang bertujuan untuk memberi penyadaran kepada masyarakat akan pentingnya memiliki dan mengantungi izin berkendara, mulai dari SIM, STNK hingga penggunaan helm.
Bramastyo menjamin, polisi tidak akan mempersulit masyarakat yang akan mengurus kelengkapan izin berkendara karena pada dasarnya, hal itu merupakan kewajiban yang seharusnya dimiliki oleh masyarakat.
“Kami yakinkan, tidak ada calo untuk pembuatan SIM, karena membuat SIM sangat mudah, jadi tidak perlu pakai calo. Polres Bogor, khususnya bagian SIM akan melayani pemohon serta memberikan penjelasan kepada mereka akan pentingnya keselamatan dalam berlalu lintas,” tandas Kasat Lantas.
Salah satu pemohon SIM yang ditemui PAKAR di Mapolres Bogor, Djunaedi, warga Kampung Muara Beres, Kelurahan Sukahati, Kecamatan Cibinong mengaku, sengaja menyisihkan waktu kerjanya untuk mengurus SIM.
“Saya pernah ditilang dalam Operasi Zebra Lodaya pada malam hari. Saat itu teman saya yang dibonceng tak pakai helm. Dan SIM saya juga habis masa berlakunya, karena itu takut ditilang lagi, saya perpanjang SIM saja,” ungkapnya.
Ia juga mengaku, tak ingin kembali ditilang karena proses sidang yang rumit. “Waktu kerja saya memang malam hari, jadi tak ada waktu. Saya tak mau ditilang lagi, karena proses di pengadilannya yang rumit dan makan waktu,” ujar lelaki yang bekerja di salah satu Ruko di Plaza Jambu Dua ini. [] Harian PAKAR/Admin