Opini: Netralitas Presiden ‘Hanya Sebatas’ di Meja Makan
Yusfitriadi
Founder Visi Nusantara Maju
BOGOR-KITA.com, BOGOR – Jagat raya dibuat ramai dan meriah dengan pola diplomasi ala Jokowi.
Dimana pola diplomasi politik ala Jokowi dengan mengundang makan siang tiga calon presiden. Agenda tersebut dilaksanakan di tengah berbagai “isu miring” terhadap Jokowi sedang merebak di tengah masyarakat.
Apakah itu isu intervensi terhadap partai politik, rekayasa hukum melalui MK demi meloloskan anak sulungnya sebagai calon wakil presiden, isu pembangkangan Gibran terhadap PDIP dan isu Jokowi sedang membangun dinasti politik.
Semua isu tersebut mengarah kepada ketidakpercayaan publik terhadap netralitas presiden pada pemilu 2024 mendatang. Patut diduga undangan Jokowi ngajak makan siang ketiga calon presiden tersebut sebagai upaya untuk mematahkan stigma publik terhadap kemungkinan ketidaknetralan Jokowi pada pemilu mendatang.
Ada dua hal yang menarik untuk saya komentari. Pertama, undangan tidak menyertakan calon wakil presiden. Salah satu yang membuat gaduh dan menaikkan tensi eskalasi politik menjelang Pemilu 2024 ini adalah calon wakil presiden Koalisi Indonesia Maju (KIM). Dimana calon wakil presiden yang akan mendampingi Prabowo adalah anak sulungnya Jokowi. Namun kenapa Jokowi tidak mengundang para calon wakil presiden.
Besar kemungkinan ketika mengundang calon wakil presiden, akan semakin memperkuat stigma bengunan dinasti politik kekuasaan yang sedang diskenariokan oleh Jokowi, sehingga mempertegas keberpihakan Jokowi terhadap salah satu pasangan calon presiden dan wakil presiden. Walaupun menurut informasi calon wakil presidenpun akan diundang kegiatan yang sama, namun tidak bersama Jokowi namun bersama wakil presiden Ma’ruf Amin.
Kedua, komentar masing-masing calon presiden. Setelah kegiatan makan siang tersebut, di hadapan awak media masing-masing calon presiden memberikan komentarnya. Yang terlihat emosional dan sangat substantif adalah Anies Baswedan. Dimana dia mempertegas permintaanya terhadap presiden untuk bersikap netral pada pemilu 2024 mendatang.
Berbeda dengan dua calon presiden lainnya, yakni Prabowo dan Ganjar Pranowo. Baik Prabowo maupun Ganjar mengomentarinya dengan sangat sangat santai dan yang dikomentari hanyalah yang nampak di meja makan dan teknis mereka dalam makan siang tersebut.
Makan nasi atau lontong, banyak dan tidaknya dan menu yang disajikan. Di sini terlihat jelas, bahwa kekhawatiran Anies atas netralitas Jokowi pada pemilu 2024. Hal itu bisa difahami, karena ada Gibran yang merupakan anak sulungnya menjadi calon wakil presiden.
Ketiga, meme foto yang beredar di tengah publik. Salah satu foto yang tersebar di publik adalah posisi masing-masing calon presiden ketika bersalaman. Ada tiga foto dijadikan satu, dengan menggambarkan hanya Anies yang bersalaman dengan Jokowi sambil menatap wajah Jokowi.
Saya tidak melihat kejadian utuh gambar bergerak ketika mereka bersalaman. Namun bagi saya, sangat mungkin foto tersebut sengaja diambil ketika Prabowo dan Ganjar sedang tidak menatap wajah Jokowi, sedangkan foto Anies diambil ketika sedang menatap wajah Jokowi. Nalar sederhana saya, tidak mungkin ada orang salaman tidak saling menatap wajah. Kecuali santri terhadap kiyainya. Sehingga foto yang tersebar hanya untuk memberikan kesan bahwa, hanya calon presiden Anies yang tidak di bawah bayang-bayang Jokowi. Dari rentetan kegiatan makan siang politik tersebut pertanyaanya, apakah dengan kegiatan tersebut mampu menyampaikan pesan kepada publik, bahwa Jokowi akan netral pada pemilu 2024 mendatang ? Saya rasa tidak, netralitas tersebut hanya terlihat di meja makan. Karena opini yang berkembang di tengah masyarakat terkait ketidaknetralan Jokowi pada pemilu 2024 sudah terlihat sejak lama melalui berbagai skenario politik dan hukum.
Dengan Anwar Uman ketua MK memutus gugatan syarat usia minimal dan maksimal saja sudah terlihat ketidaknetralannya. Ditambah lagi dengan disebut-sebut adanya erdorse bagi PAN dan Golkar untuk merapat ke Prabowo. Dan klimaksnya dengan dicalonkannya Gibran menjadi calon wakil presiden Prabowo yang diusung oleh partai Golkar yang disebut-sebut menjawab berbagai spekulasi publik atas skenario dinasti politik kekuasaan yang sedang dibangun oleh Jokowi. Sehingga opini dan stigma publik tidak mungkin berubah hanya dipertontonkan di meja makan.