Regional

Mengungkap Tantangan Pencegahan Kasus Stunting di Jampang Kulon Sukabumi 

Penulis : Rayvaldo Prabu Arya Aviantara (Mahasiswa Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen), dan Rahma Nia Putri ( Mahasiswa Ilmu Gizi Fakultas Ekologi Manusia)

BOGOR-KITA.com, SUKABUMI – Pada pagi yang cerah, 25 Mei 2024, Tim PKM – RSH Heykaboo berangkat ke PUSKESMAS Jampang Kulon dengan semangat tinggi. Kunjungan ini adalah bagian penting dari penelitian kami mengenai stunting di Sukabumi, dan kami sangat antusias untuk berdiskusi langsung dengan Kepala PUSKESMAS, Pak Sunarya, serta mendapatkan data yang lebih mendalam untuk penelitian kami.

Stunting merupakan masalah kesehatan yang serius di Indonesia. Data menunjukkan bahwa prevalensi stunting di Indonesia masih cukup tinggi yaitu sebesar 21,6 % dari data Kemenkes. Di Jawa Barat sendiri, angka stunting juga menjadi perhatian utama pemerintah provinsi. Program Zero Stunting telah dicanangkan sebagai upaya untuk menurunkan prevalensi stunting secara signifikan melalui berbagai intervensi gizi dan kesehatan. Salah satu daerah yang menjadi fokus adalah Kabupaten Sukabumi, termasuk Kecamatan Jampang Kulon.

Sesampainya di PUSKESMAS, kami disambut hangat oleh staf medis dan segera diarahkan ke ruang pertemuan. Pak Sunarya, sepertinya sudah tidak sabar untuk bertemu dengan kami di sana. Kami memulai perbincangan dengan pertanyaan seputar data stunting di Kecamatan Jampang Kulon.

“Pada tahun 2022, kami melakukan penimbangan awal dan menemukan bahwa prevalensi stunting hanya 3,9%,” ujar Pak Sunarya membuka pembicaraan. “Namun, data dari Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) menunjukkan angka stunting di Sukabumi mencapai 27,5%. Ada perbedaan yang signifikan di sini.”

Baca juga  Komisi IV: Antisipasi Pergerakan Tanah, Irigasi UPTD Cimanuk – Cisanggarung Perlu Diperbaiki

Kami tertarik untuk mengetahui penyebab perbedaan tersebut. Pak Sunarya menjelaskan bahwa alat antropometri yang digunakan untuk mengukur tinggi badan anak tidak terstandarisasi, sehingga data yang dihasilkan tidak akurat. “Pada Februari 2023, kami melakukan penimbangan ulang dengan alat yang sudah dikalibrasi, dan hasilnya menunjukkan prevalensi stunting di Jampang Kulon sebesar 21,8%. Ini menjadikan wilayah kami sebagai salah satu dengan tingkat stunting yang tinggi di Sukabumi.”

Pak Sunarya juga mengangkat pertanyaan menarik mengenai prevalensi stunting di Pelabuhan Ratu yang berada di bawah 5%. “Mengapa bisa seperti itu?” tanyanya. Karena itu adalah hal yang mustahil mengingat stunting di Sukabumi saja mencapai 27,5%. Kami dan pak Sunarya beranggapan bahwasannya kecamatan Pelabuhan Ratu belum di tes melalui SSGI seperti Jampang Kulon yang awalnya adalah 3,9%.

Diskusi berlanjut ke upaya yang telah dilakukan untuk menangani masalah stunting. Pak Sunarya menceritakan tentang program-program yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Sukabumi. “Kami mengutamakan masyarakat bawah melalui pemberian makanan tambahan (PMT) dan melaksanakan kegiatan GETTAS (Gerakan Temukan dan Tangani Stunting). Hasilnya, setelah satu tahun, angka stunting di Kecamatan Jampang Kulon menurun menjadi 15%.”

Baca juga  Komisi IX DPR-RI Kunjungi Kota Bogor Pengawasan Penanganan Stunting

Pak Sunarya melanjutkan, “Keberhasilan ini menunjukkan bahwa intervensi yang kami lakukan berhasil. Bahkan setelah dilakukan pengukuran ulang satu bulan kemudian, angka stunting berkurang lagi sebesar 0,1%.” Penurunan angka prevalensi tersebut tidak termasuk anak berumur diatas 59 bulan yang sudah tidak menjadi target intervensi penurunan angka stunting.

Namun, meskipun terdapat penurunan angka stunting, masalah baru tetap muncul. Pak Sunarya menjelaskan bahwa masih ada kasus stunting baru yang disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk kehamilan kembar, kondisi sosial ekonomi yang buruk, infeksi pada bayi saat kelahiran, riwayat berat bayi lahir rendah (BBLR), dan kekurangan energi kronis (KEK) pada ibu.

“Kehamilan kembar menjadi salah satu penyebab munculnya kasus stunting baru,” kata Pak Sunarya. “Dengan dua bayi dalam satu rahim, sangat sulit untuk memastikan mereka lahir dengan tinggi badan yang normal. Selain itu, bayi kembar sering kali kurang mendapatkan nutrisi yang cukup karena harus berbagi dengan saudaranya, sementara asupan gizi ibu juga terbatas.”

Kami juga membahas persepsi masyarakat mengenai stunting. “Banyak yang masih menganggap stunting sebagai masalah genetik, padahal faktor genetik hanya mempengaruhi tinggi badan anak sebesar 5-10%,” jelas Pak Sunarya. “Pemahaman yang salah ini membuat masyarakat kurang memperhatikan asupan gizi anak mereka.”

Baca juga  Polresta Bogor Kota Nyatakan Perang Terhadap Stunting  

Pak Sunarya juga mengungkapkan bahwa bantuan dari pemerintah terkait stunting, seperti beras Nutrizinc, daging, dan telur, sering kali tidak tepat sasaran. “Ibu hamil yang seharusnya mendapatkan PMT untuk dirinya sendiri, sering kali harus berbagi dengan anggota keluarga lainnya, sehingga kebutuhan gizinya tidak terpenuhi. Selain itu, bantuan ini juga menyebabkan ketergantungan pangan dan meningkatkan pola perilaku konsumtif. Saat harga pangan naik, masyarakat tidak mampu membeli sendiri dan hanya menunggu bantuan dari pemerintah.”

Mengakhiri diskusi, Pak Sunarya menaruh harapan besar pada penelitian kami tentang kacang Bogor sebagai pangan alternatif protein. “Diharapkan dengan adanya penelitian ini, kacang Bogor dapat membantu mempercepat penurunan stunting, khususnya di wilayah Sukabumi.”

Kunjungan kami ke PUSKESMAS Jampang Kulon memberikan wawasan yang lebih dalam tentang isu stunting di wilayah tersebut. Diskusi dengan Pak Sunarya menyoroti pentingnya alat pengukur yang terstandarisasi, intervensi pemerintah, dan edukasi mengenai gizi bagi masyarakat. Kami berharap penelitian kami tentang kacang Bogor dapat memberikan kontribusi nyata dalam mengatasi masalah stunting di Sukabumi.

Sambil meninggalkan PUSKESMAS, kami merasa semakin bersemangat untuk melanjutkan penelitian kami. Dengan dukungan dan kerjasama dari berbagai pihak, kami yakin bisa memberikan dampak positif bagi masyarakat Jampang Kulon dan Sukabumi pada umumnya.

Klik untuk berkomentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terpopuler

To Top