Pendidikan

Mengenal Susi Pudjiastuti Dengan Gaya Kepemimipinan Transformasionalnya

Susi Pudjiastuti/Foto: Istimewa

Disusun oleh : Amanda Yulia Tristanti,

(Mahasiswi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Indonesia).

BOGOR-KITA.com, DEPOK – Pro dan kontra selalu terjadi di Indonesia setiap tahunnya mengenai kepemimpinan perempuan dan menjadi masalah yang krusial.

Kuatnya stereotipe terhadap pemimpin laki-laki yang dinilai tegas serta kuat sedangkan pemimpin perempuan dinilai sebelah mata oleh masyarakat. Pada kenyataanya gender tidak berpengaruh dalam kepemimpinan seseorang salah satunya adalah Susi Pudjiastuti yang sempat menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan Indonesia. Susi Pudjiastuti mempunyai sifat yang maskulin tetapi bisa menghasilkan program yang tentu menguntungkan atau disebut dengan kepemimpinan transformasional. Hal ini terbukti selama masa kepemimpinannya, banyak prestasi yang didapatkannya dan belum pernah didapatkan oleh menteri terdahulunya.

Pendekatan Kepemimpinan Susi Pudjiastuti

Susi Pudjiastuti dipilih menjadi salah satu menteri di Kabinet Kerja Jokowi JK periode 2014-2019, ia dipilih menjadi Menteri Perikanan dan Kelautan sejak 27 Oktober 2014. Susi hanyalah lulusan SMP, tetapi bisa menjadi seorang pengusaha yang sukses. Dimulai dengan bisnis di bidang perikanan hingga maskapai yang diberi nama Susi Air, dia memilih menjadi CEO dari Susi Air dan PT ASI Pudjiastuti Marine Product yang bergerak dalam bidang ekspor hasil perikanan.

Susi Air didirikan memang keinginan diri sendiri untuk bisa membantu kelancaran transportasi yang sesuai dengan bidangnya. Susi Pudjiastuti dikenal banyak orang mempunyai kepribadian yang cuek, salah satunya adalah merokok setelah pelantikan Kabinet Kerja Jokowi JK periode 2014-2019 di kompleks Istana Kepresidenan.

Susi juga mempunyai tato di betis kanannya yang bergambar burung merak dan lobster. Selain itu, banyak yang memandang sebelah mata karena hanya lulusan SMP, kebiasaan merokok dan tato yang mempunyai jabatan di pemerintahan. Hingga berbagai tanggapan muncul di kalangan masyarakat yang menyoroti tentang Susi Pudjiastuti yang mempunyai gaya berbeda dan unik dengan menghilangkan sisi stereotip pejabat yang baik dan peran sebagai perempuan yang seharusnya. Hal ini membuktikan jika seorang pemimpin tidak hanya dilahirkan tetapi karena dibentuk seperti Trait Theory atau teori sifat adalah modifikasi dari the great theory yang beranggapan bahwa seorang pemimpin tidak hanya diperoleh melalui proses lahiran namun dapat juga diperoleh melalui pelatihan dan praktik. Teori ini mengidentifikasikan seorang pemimpin berdasarkan sifat atau ciri yang dimilikinya seperti fisiologi, mental, daya tarik, kharisma, dan kepribadian.

Baca juga  Dirjen Dikti Tinjau Pelaksanaan UTBK di Kampus IPB University

Gaya Kepemimpinan Susi Pudjiastuti

Semasa kepemimpinannya, Susi Pudjiastuti cenderung menggunakan gaya kepemimpinan transformasional. Dilihat bahwa lebih cenderung sebagai penggerak dan bersifat maskulinitas (Nurchayati & Hariyanti, 2017). Susi Pudjiastuti selalu melakukan perubahan dalam membuat keputusan untuk menyelesaikan permasalahan, salah satunya adalah penanggulangan illegal fishing yaitu dengan menenggelamkan kapal dan membuat larangan transshipment di tengah laut seperti yang sudah ada dalam Peraturan Presiden No. 115 Tahun 2015 tentang Satuan Tugas Pemberantas Illegal Fishing (Isnurhadi, 2017). Tindakan ini dilakukan untuk memberikan jera kepada kapal asing yang masuk ke lautan Indonesia tanpa izin, tetapi sebelum kapal tersebut ditenggelamkan kapal tersebut sudah dibersihkan seperti mesin dan bahan bakar sudah dipisahkan terlebih dahulu sehingga tidak mencemari laut nantinya.

Hal ini menguntungkan bagi para pelayan karena pertumbuhan perikanan meningkat setiap tahunnya. Akibatnya konsumsi di Indonesia juga meningkat sebanyak 37,89 kg/kapita. Selain itu, program ini juga membuat penurunan ekspor ikan di Thailand dan Filipina, tetapi ekspor ikan Indonesia kepada negara asing justru meningkat.

Baca juga  Neta: Gimana Ceritanya Sampai Ibu Susi Punya Tato?

Pemberantasan illegal fishing melalui program penenggelaman kapal justru memberikan dampak positif terhadap penegakan hukum (Efr Titadewi & Jefrizal, 2017). Salah satu dampaknya adalah sampah di laut Indonesia yang semakin menurun karena selama ini mayoritas sampah itu berasal dari kapal illegal. Program lain yang dilakukan adanya melakukan kolaborasi dengan departemen perhubungan, lingkungan hidup dan KPP untuk mensosialisasikan agar tidak ada lagi yang membuang apapun ke laut.

Indonesia dinobatkan sebagai negara yang berhasil untuk memberantas illegal fishing oleh Perdana Menteri Norwegia (Republika.co.id, 2019). Gaya kepemimpinan transformasional yang dilakukannya dibuktikan dengan penghargaan dari Foundation for International Human Rights Reporting Standards (FIHRRST) karena membuat terobosan norma hak asasi manusia dalam kebijakan pemerintah hal ini juga sesuai dengan petunjuk yang dikeluarkan oleh PBB.

Susi Pudjiastuti menilai jika dunia bisnis di bidang perikanan tetap berkaitan dengan perlindungan HAM sehingga dalam membuat kebijakan harus memastikan jika hak-hak para nelayan haus dihargai dengan cara suruh Anak Buah Kapal (ABK) wajib mempunyai BPJS. Tindakan yang dilakukan harus seperti misinya, salah satu contohnya adalah mensejahterakan para nelayan dan memajukan kesejahteraan rakyat Indonesia. Dalam mewujudkannya dengan cara memberikan upah selama menjabat kepada nelayan yang sudah berusia, membuat asuransi para nelayan dan panti jompo karena menurutnya masih banyak nelayan yang berkehidupan kurang layak dan hal ini dilakukan secara spontan karena mendapat keluhan dari para nelayan.

Komunikasi dalam Pengembangan Kepemimpinan Efektif

Kepemimpinan yang berhasil tentu karena adanya komunikasi yang baik kepada bawahan. Organisasi yang bisa menjaga komunikasinya, maka akan berhasil untuk mencapai tujuan dari individu atau golongan. Selain itu juga sangat berpengaruh dalam kehidupan berorganisasi, karena proses berkomunikasi bisa membuat karakter, budaya organisasi, pola kekuasaan dan adanya sebuah kendali karena membuka peluang untuk menyampaikan pendapat serta tidak ada batasan.

Baca juga  Usmar Hariman Buka Futsal Championship III Tahun 2015

Kasus Susi Pudjiastuti dalam berinteraksi memunculkan berbagai macam opini terhadap nelayan asing dan nelayan lokal. Perspektif yang ditunjukan adalah sebuah masalah yang tidak pernah dihasilkan dari tindakan satu orang saja karena konflik biasanya terjadi karena adanya sebuah interaksi dari berbagai pihak.

Dalam komunikasi interpersonal menurut filsuf Martin Buber, interaksi sosial dibedakan menjadi I-It dan I-Thou. I-It adalah interaksi antar individu yang tidak personal atau orang lain hanya sebagai objek. Interaksi ini tidak mengakui keberadaan orang lain dan hanya bersifat kebendaan saja. Sedangkan dalam komunikasi I-Thou, terbuka sepenuhnya kepada orang lain serta mempercayai orang lain dalam hal apapun. Buber yakin juga konsep ini yang seharusnya dimiliki oleh manusia, maksudnya agar individu tidak menggunakan kepalsuan kepada orang lain.

 

Referensi :

Hanandita, Auli. (2020). Gaya Kepemimpinan Perempuan Dalam Instansi Publik: Studi Pada Kepemimpinan Susi Pudjiastuti.

https://ojs.umrah.ac.id/index.php/juan

Putri, Puri Kusuma Dewi. (2016). Kepemimpinan Perempuan dalam Ruang Publik: Refleksi Gaya Kepemimpinan Menteri Susi Pudjiastuti.

https://www.jurnalperempuan.org

Nurmakhmuri, Muhammad Fataah Firmansyah. (2022). Gaya Kepemimpinan Susi Pudjiastuti Dengan Istilah Kata Tenggelamkan.

https://www.researchgate.net/publication/

Hughes, Ginnet, Curphy. (2018). Leadership: Enhancing the Lessons of Experience. Mcgraw-Hill Education.

Northouse, Peter Guy. (2019). Leadership: Theory and Practice. Los Angeles: SAGE Publications

Klik untuk berkomentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terpopuler

To Top