BOGOR-KITA.com – Untuk memromosikan Bogor sebagai The City of Sport and Tourism, Pemerintah Kabupaten Bogor akan menggelar kemah pemuda bertajuk Halimun Youth Camp (HY Camp) 2019 di Desa Malasari, 24 -25 Agustus 2019.
Laila Dwitari Tuasikal, Mahasiswa Jurusan Perencanaan Wilayah Pascasarjana IPB University secara khusus menulis profil Desa Malasari untuk para pembaca BOGOR-KITA.com.
Berikut tulisan lengkapnya.
Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) adalah salah satu taman nasional yang terletak di Bogor, Jawa Barat. Kawasan konservasi dengan luas 113.357 hektar ini menjadi penting karena melindungi hutan hujan dataran rendah yang terluas di daerah ini, dan sebagai wilayah tangkapan air bagi kabupaten-kabupaten di sekelilingnya. Melingkup wilayah yang bergunung-gunung, dua puncak tertinggi adalah Gunung Halimun (1.929 m) dan Gunung Salak(2.211m).
Kawasan TNGHS berbentuk seperti bintang atau jemari, sehingga batas yang mengelilingi kawasan ini menjadi lebih panjang. Pengelolaan kawasan seperti ini menjadi lebih sulit dibandingkan dengan kawasan yang berbentuk relief bulat. Apalagi di dalamnya terdapat beberapa enclave berupa perkebunan, pemukiman masyarakat tradisional beserta beberapa aktivitas tambang emas, pembangkit energi listrik, panas bumi dan pariwisata, termasuk pemukiman masyarakat adat kesepuhan Banten Kidul.
Setiap kawasan mempunyai karakter yang khas dan keunikan tersendiri, baik dari sisi lanskap alami secara fisik dan ekologis maupun secara visual, juga keunikan lanskap dari hasil proses/aktivitas budaya yang telah berlangsung lama, aktivitas dan tradisi budaya masyarakat, dan kondisi sosial masyarakatnya. Pengembangan kawasan perlu mempertimbangkan kondisi dan keunikan lokal, serta dilaksanakan bersama atau oleh masyarakat setempat agar sesuai untuk diterapkan, memberikan manfaat bagi kesejahteraan masyarakat setempat dan berkelanjutan.
Desa Malasari di Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, merupakan salah satu desa dengan beberapa kampung yang berada atau sebagai enclave di wilayah Taman Nasional Gunung Halimun-Salak (TNGHS). Desa ini juga telah ditetapkan sebagai desa wisata yang dikembangkan dan dikelola berbasis masyarakat.
Hal menarik dari Halimun Salak adalah Ekosistemnya. Peruntukan hutan sebagai sumber utama air bagi kelangsungan aktivitas kehidupan bagi alam dan satwa endemik hingga dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai sumber utama untuk kesuburan tanaman padi di sawah.
Seperti yang dijelaskan oleh Tokoh Adat bernama Yoyoyo Gasmana (Kasepuhan suku Banten Kidul) bahwa “menanam padi satu tahun sekali”, juga terdapat larangan menebang hutan, hal ini sebagai regulasi lokal paling berharga untuk terus mendukung upaya konservasi bagi Daerah Halimun Salak. Kekuatan Budaya Lokal bila terintegrasi dengan baik dengan upaya konservasi oleh Pemerintah dan dukungan masyarakat secara menyeluruh, maka tentu akan berdampak positif bagi kelangsungan dan keberlanjutan kelestarian Ekosistem Halimun dan Ekosistem Salak untuk Masyarakat setempat.
Desa Malasari memiliki beragam tipe lanskap baik yang bersifat alami (natural) maupun buatan (manmade). Beberapa tipe lanskap di Desa Malasari dijelaskan sebagai berikut. Area persawahan yang dikenal sebagai Sawah Terasering 1001 Undak merupakan hasil interaksi manusia dengan lanskap dimana manusia menggunakan teknik mekanis untuk kebutuhan hidupnya. Berdasarkan penjelasan narasumber Kepala Dusun setempat, teras tersebut telah ada sejak tahun 1942 pada masa penjajahan Jepang dan masih ada hingga saat ini. Varietas padi yang digunakan merupakan varietas lokal yang berumur 5-6 bulan hingga dapat dipanen, sehingga dalam setahun masyarkat dapat memanen padi sebanyak dua kali.
Pada saat pengamatan areal sawah 1001 Undak belum ditanami padi, masih berupa anakan padi yang masih di persemaian dan siap untuk ditanam. Salah satu kearifan lokal masyarakat Desa Malasari adalah pada proses pascapanen padi, padi yang telah dipanen selanjutnya diikat kemudian dijemur pada lantaian. Lantaian adalah tempat menjemur padi yang terbuat dari bambu. [] Admin