Guru Besar IPB: Pertimbangkan Kembali Impor Beras Satu Juta Ton
BOGOR-KITA.com, DRAMAGA – Guru Besar IPB University dari Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM), Prof Muhammad Firdaus mengimbau pemerintah mempertimbangkan kembali kebijakan impor satu juta ton beras untuk memenuhi cadangan beras nasional.
“Kebijakan tersebut harus dipikirkan secara matang, mengingat saat ini para petani tengah menghadapi musim panen yang akan berlangsung pada beberapa bulan ke depan,“ kata Prof Firdaus dalam rilis dari IPB University kepada BOGOR-KITA.com, Rabu (10/3/2021)
Dikatakan, kalau mengimpor apalagi dalam volume yang cukup besar seperti satu juta ton, maka harus betul-betul dipertimbangkan dengan matang.
“Impor beras dalam jumlah besar akan dapat mengganggu beban mental para petani dan pelaku usaha lainnya yang kini tengah berjuang meningkatkan produksi dalam negeri,” katanya.
Menurutnya, kebijakan impor harus didasarkan pada data yang akurat. Dan sebuah data tidak bisa disediakan oleh satu pihak saja, melainkan harus melibatkan data lain dan mengacu pada data yang benar, dan kebijakan impor harus mengacu pada data yang valid itu.
“Perlu diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis adanya potensi peningkatan produksi padi pada tahun 2021 sebesar 4,86 juta hektar atau naik sebesar 26,56 persen jika dibandingkan tahun sebelumnya. Kenaikan terjadi karena panen raya di awal tahun, terutama di sejumlah daerah yang terus menunjukkan tren positif,” ujarnya.
Prof Firdaus menambahkan berdasarkan catatan BPS, pergerakan produksi beras tahun 2020 mencapai 54,65 juta ton. Angka ini masih lebih tinggi ketimbang angka tahun 2019 yang hanya mencapai 54,60 juta ton. Adapun total luasan panen pada tahun 2020 mencapai 10,66 juta hektar dengan total produksi padi mencapai 54,65 juta ton (gabah kering giling).
“Sementara itu, jika dilihat menurut subround, produksi padi pada Mei-Agustus 2020 mengalami peningkatan sebesar 1,14 juta ton gabah kering giling atau 6,04 persen. Sedangkan untuk periode September-Desember mengalami peningkatan sebesar 2,68 juta ton gabah kering giling atau 22,54 persen jika dibandingkan periode yang sama pada tahun 2019. Penurunan hanya terjadi pada subround Januari-April 2020, yakni sebesar 3,78 juta ton gabah kering giling atau 15,91 persen dibandingkan subround Januari-April 2019,” imbuhnya.
Jika dikonversikan menjadi beras untuk konsumsi pangan penduduk, produksi beras pada 2020 sebesar 31,33 juta ton atau mengalami kenaikan sebanyak 21,46 ribu ton atau 0,07 persen dibandingkan 2019 yang hanya sebesar 31,31 juta ton.
Sekali lagi, Prof Firdaus menilai pentingnya membaca data yang valid sebelum mengeluarkan kebijakan impor. Terlebih pangan strategis seperti beras adalah mata pencaharian jutaan petani yang terus berjuang meningkatkan produksi.
“Impor pangan strategis harus dipertimbangkan dengan berdasarkan data yang akurat. Data yang akurat itu harus segera dikumpulkan dari daerah sentra produksi padi,” tutupnya. [] Admin