BOGOR-KITA.com – Wali Kota Bogor Bima Arya membeberkan perlawanan yang dilakukannya terhadap kelompok intoleran di Kota Bogor. Pembeberan dilakukan saat menjadi salah satu pembicara dalam diskusi bertajuk ‘Mendorong dan Memperkuat Kebijakan Toleransi dan Anti Diskriminatif di Indonesia’ di Hotel Ashley, Jakarta Pusat, Selasa (13/8/2019).
Dalam diskusi yang digagas Setara Institute itu, turut dihadirkan sejumlah narasumber antara lain dari Komnas HAM, Kemendagri, Kemenkumham, Ombudsman, dan perwakilan Pemerintahan Provinsi Jawa Barat serta Daerah Istimewa Yogyakarta.
Sebelum pemaparan, Bima Arya menyuguhkan video berdurasi 3 menit yang berisi tentang potret kecil kebersamaan dalam keberagaman yang dibalut dalam Pesta Rakyat Cap Go Meh dan sudah terjalin sejak lama di kota hujan.
“Prosesnya panjang sekali. Tidak mudah mengajak teman-teman lintas agama dan tokoh budayawan itu untuk ada di sana. Dan tidak mudah juga melawan penolakan dari kelompok intoleran yang disampaikan kepada publik di Kota Bogor beberapa saat sebelum acara itu terjadi. Jadi Pesta Rakyat Cap Go Meh melalui suatu proses penuh dengan dinamika,” ungkap Bima.
Bima mengungkapkan, berbicara historis, Kota Bogor adalah kota yang sangat beragam dan kota yang mencintai kebersamaan dalam keberagaman. Ia pun menunjukan gambaran aktivitas ibadah warga Bogor di Masjid Raya, Gereja Zebaoth, Gereja Katedral, Vihara Dhanagun, Pura Giri Kusuma hingga kegiatan pengajian di area Vihara Pan Kho.
“Masjid di pusat kota, Vihara di pusat kota, Zebaoth di pusat kota, Katedral di pusat kota, tempat ibadah lainnya semua berdampingan tidak pernah ada masalah. Ini potret-potret indah kebersamaan kami di Kota Bogor dari masa ke masa. Tapi kami pun harus jujur mengakui gejala-gejala radikalisme itu ada, bahwa ada elemen intoleran ya harus kami akui. Itu adalah PR yang tidak bisa sendiri dihadapi tapi kami percaya bisa diselesaikan bersama-sama,” jelasnya.
Selain itu, Bima Arya bersama sejumlah elemen masyarakat Kota Bogor kian gencar menggaungkan semangat toleransi dan kebersamaan dalam setiap kegiatan, sebut saja seperti Helaran Hari Jadi Bogor, Festival Merah Putih, Cap Go Meh dan kegiatan-kegiatan lainnya.
“Setiap saat harus ada pesan-pesan penguatan toleransi di setiap event. Di bulan Agustus (hari kemerdekaan) pesannya toleransi, keberagaman. Di Idul Adha pesannya juga toleransi. Setiap peristiwa keagamaan masuk toleransi. Jadi harus selalu digaungkan. Sekarang kan toleransi ancaman Indonesia karena bisa masuk karena faktor politik, bisa mengangkat karena faktor ekonomi. Ini harus selalu masuk ke semua sendi kehidupan,” tandas Bima. [] Admin/Humas Pemkot Bogor