Asal Mula Munculnya Nama Batutulis
BOGOR-KITA.com, BOGOR – Batutulis. Daerah yang satu ini cukup terkenal. Antara lain karena di Jalan Batutulis ada Istana Batutulis. Bagaimana sejarahnya sehingga daerah itu disebut Batutulis?
Nama Batutulis berhubungan erat dengan kepemilikan peninggalan sejarah yang terhunjam di sana sejak ratusan tahun yang silam di samping merupakan prasasti abadi.
Berbagai aliansi kepercayaan mengakar pula pada perjalanan sejarah daerah ini, terutama kepada batu pipih bentuk trapesium yang merupakan sasakala.
Yang dimaksud dengan sasakala yaitu batu prasasti peringatan bagi Raja Pajajaran yang telah meninggal dunia ialah Sri Baduga Maharaja (Prabu Siliwangi) tahun 1521.
Peninggalan lainnya ada di sana berupa batu berjumlah 15 buah, seluruh daerah ini merupakan daerah situs yang tidak boleh diganggu bahkan bisa disebut daerah Kabuyutan yang disucikan sejak ratusan tahun silam.
Perlu diketahui bahwa hampir seluruh lahan yang berada dan termasuk kelurahan Batutulis adalah kompleks kerajaan.
Bangunan rumah penduduk yang ada sekarang, sebenarnya berada tepat di lokasi taman Keraton Pajajaran.
Jadi nama Kampung Batutulis muncul disebabkan karena di sana terdapat Prasasti Batu bertulis yang dikenal sampai sekarang.
Sungguh panjang perjalanan sejarahnya bila kita mengungkap daerah ini lebih luas dan terperinci.
Tapi tak ada salahnya kita mengambil yang pentingnya saja, guna menambah wawasan kita dalam mengenal sejarah daerah sendiri.
Tujuannnya adalah supaya kita tetap mencintai Bogor secara keseluruhan, karena Bogor adalah indung‘ dari segala perkembangan yang kini telah dan sedang kita rintis dan jalani.
Apabila kita menyebut nama Batutulis, tidak dapat lepas kepada pembuat batu peringatan tersebut yaitu putra Prabu Siliwangi bernama Surawisesa atau julukannya Ratu Sangiang (Ratu Samiam dalam lafal orang Portugis) dan dalam cerita pantun dan babad Pajajaran disebut Prabu Gantangan atau Mundinglaya Dikusumah.
Prasasti tersebut dibuat pada Candrasangkala Panca Pandawa Emban Bhumi, tepatnya pada tahun Saka 1455 atau thn.1533 Masehi, dengan maksud memperingati wafatnya Prabu Siliwangi setelah 12 tahun meninggal.
Peringatan tersebut diselenggarakan dalam upacara Srada (penyempurnaan sukma) diperabukannya kembali, karena keabadian namanya yang selalu disebut dan dicintai rakyat Pajajaran.
Prasasti Batutulis memberitakan juga tentang keberhasilan Sri Baduga (Prabu Siliwangi) dalam membangun daerahnya di seputar Pakuan Pajajaran. Beliau juga telah berhasil membangun tatanan kehidupan rakyatnya dengan penuh wibawa dan bijaksana.
Kehidupan dan kesejahteraan bagi rakyat Pajajaran yang dia utamakan. Bisa kita bayangkan tentang Pajajaran ini yang memiliki 6 pelabuhan besar di zamannya, budaya dan ekonomi begitu pesat, belum lagi para saudagar lainnya yang datang dan dalam dan luar negeri.
Jelas dalam hal ini Siliwangi (Sri Baduga) telah mengadakan hubungan dengan luar negeri.
Keberhasilan beliau sebagiannya kita ketahui lewat Prasasti Batutulis sebagai keterangan yang otentik. Keterangan ini telah banyak dibicarakan oleh para ahli sejarah dan dalam dan luar negeri sejak Tom Pires tahun 1512. Dialah yang pertama masuk daerah Kabuyutan Batutulis bersama anak buahnya dalam pengumpulan data untuk laporannnya.
Nama Batutulis disenandungkan pula dalam bait-bait puisi Cianjuran oleh Kalipah Apo dan RE.Majid berisi penyampaian kerinduan pada kejayaan Pajajaran dengan tokoh Prabu Siliwangi yang seolah “ngahiyang” dalam dekapan khayali yang sebenamya masih hidup pada keabadian; itulah sebagian kepercayaan mitologi yang telah menyatu. Kenangan kejayaan terlintas, seolah tak bakal kembali lagi, begitu juga pada prasasti Batutulis yang sukar diartikan makna isinya.
Semua kenangan itu oleh anak, cucu dan cicit Siliwangi diabadikan pada sebuah nama yaitu Batutulis, sekarang Batutulis telah diketahui makna isinya sebagai peringatan sasakala, atas jasa dan karya Siliwangi yang telah dikerjakan selama memerintah Pajajaran.
Nama Siliwangi sebenarnya bukan raganya yang harus kita puja dan puji, tetapi kebijakannya yang kita teladani, makna siliwangi lah yang harus kita resapi pada kedalaman bathin Ki Sunda.
Hiduplah dalam keadaan “Silihwangi.” Silihwawangi yang sebenarnya, karena nama Siliwangi adalah nama sifat yang harus diabadikan makna hakikinya oleh anak cucu keturunannya.
Berbahagialah bagi masyarakat yang berdomisili di daerah ini, karena nama Batutulis akan abadi, dan selalu dikenang pada setiap jaman.
[] Admin/Hari/ Disadur dari buku berjudul “Toponimi Bogor” karya budayawan Eman Soelaeman, atas seizin editor Dr Abdurrahman MBP.M.E.I.