BOGOR-KITA.com – Akibat musim kemarau, sekitar 600 hektar sawah di wilayah Jonggol dan Cariu Kabupaten Bogor dilanda kekeringan. Petani diprediksi akan mengalami kerugian hingga milyaran rupiah.
Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan (Distanhorbun) Kabupaten Bogor, Siti Nuriyanti mengatakan, potensi kerugian yang akan dialami para petani lantaran pasokan air di wilayah tersebut sangat sulit didapatkan.
“Kerugiannya diperkirakan mencapai Rp1,5 sampai Rp1,8 miliar. Asumsinya
600 hektar dengan anggapan 1 hektar itu 6 ton gabah, dalam 6 ton gabah jadi beras 0,6 persennya. Dan jika harga beras 8.500 per liternya,” jelas Nuriyanti, Rabu (3/7/2019).
Dikatakan, wilayah Jonggol dan Cariu menjadi kawasan terparah kaibat kemarau musim ini. Distanhorbun mencatat, ada beberapa indikasi terjadi hal serupa di wilayah lain, hanya saja tak sebesar dua daerah ini (Jonggol dan Cariu-red), dengan indikasi sekitar 5000-an meter kekeringan.
“Wilayah lain kita lihat belum kering banget, masih ada basahnya. Kalau di Jonggol dan Cariu, itu kering dan pasokan air sangat sulit. Airnya sangat jauh sekitar 2 sampai 3 kilometer dari persawahan,” ungkap Nuriyanti.
Jonggol dan Cariu menurut Nuriyanti menjadi wilayah yang paling sering terkena kekeringan. Pada tahun 2015, kedua wilayah ini mengalami gagal panen (fuso) total akibat sumber air yang sangat jauh.
Dari pengalaman tersebut, Nuriyanti mengaku pernah mengajukan pembangunan DAM (penampung air) di wilayah itu karena merupakan daerah tadah hujan.
“Solusinya agak susah karena sumber airnya sangat jauh. Dan ini termasuk yang susah ditangani. Makanya kami pernah mengajukan pembangunan DAM,” kata dia menekankan.
Tak hanya itu, Nuriyanti juga mengkhawatirkan kekeringan ini akan melanda lebih luas lagi. Sebab, jika tidak ada cadangan air, maka akan jauh lebih merugikan. “Kalau keringnya berkepanjangan tentu akan akan bermasalah lebih dalam lagi,” tegasnya.
Terpisah, puluhan hektar tanaman padi si Desa Bojong, Kecamatan Klapanunggal, gagal panen menyusul musim kemarau. Para petani menderita kerugian yang tidak sedikit dikarenakan kekeringan tersebut. Para petani minta pemerintah turun tangan mencari solusi supaya di kemudian hari tidak terjadi hal serupa.
Beberapa warga menyatakan, guna mengantisipasi dampak musim kemarau, pemerintah sebaiknya membuat sumber air dengan cara pengeboran.
“Jika pengeboran dilakukan di beberapa lokasi, diperkirakan dapat membantu pengairan areal sawah. Sehingga tidak sampai gagal panen, ” jelas salah seorang warga.
Kaur Kesra Samsudin tidak menampik adanya sawah gagal panen 25 hetar yang umurnya 40 hari dikarenakan kemarau 2 bulan di Desa Bojong. Semua tanaman padi yang sudah kuning dikarenakan kekeringan karena tidak ada sumber air.
“Rencana kita akan buat 10 titik pengeboran dan kita sudah mengajukan dana pemda. Selain itu, kita juga sedang melakukan musawarah dengan petani untuk mempercepat terealisaainya pembuatan sumur bor, ” terangnya.
Dia menargetkan, dengan pembuatan sumur bor tersebut, maka ke depan diperkirakan tidak akan ada yang gagal panen meski di musim kemarau.
“Kita berharap, pemda segera mengucurkan dana yang sudah kita ajukan. Sehingga, pembuatan sumur bor segera terealisasi, ” tambahnya. [] Admin/Pkr