Kota Bogor

Wakapolda Jabar Cek Situasi Covid-19 di Kota Bogor

BOGOR-KITA.com, BOGOR –  Berdasarkan data dari Provinsi Jabar diperkirakan sampai Januari 2021 bisa mengalami lonjakan sampai 72.000 orang terpapar covid-19 apabila sekolah dibuka dan tidak ada kebijakan pembatasan dari pemerintah.

Hal ini dikemukakan Ketua Gugus Tugas Penanganan (GGTP) Covid-19 Kota Bogor yang juga Wakil Walikota Bogor Dedie A Rachim, saat menerima kunjungan Wakapolda Jabar Brigjen Pol Drs Eddy S bersama rombongan di Posko Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Bogor, Jalan Raya Pajajaran Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor, Selasa (29/9/2020) sore.

Selain Ketua Gugus Tugas Kota Bogor dan Wakapolda Jabar, hadir pula dalam pertemuan itu Kapolresta Bogor Kota, ​Kasatpol PP Kota Bogor.

Dalam rilis dari Humas Polresta Bogor Kota yang diterima BOGOR-KITA.com, Selasa (29/9/2020) malam, disebutkan, kunjungan Wakapolda Jabar beserta rombongan, adalah dalam rangka pengecekan kesiapan Gugus Tugas dalam penanganan covid-19 di Kota Bogor.

Baca juga  Temukan Jembatan Untuk Rumah Sakit Diduga Belum Berizin, Ini Kata Dedie Rachim

Rilis trsebut mengemukakan sejumlah hal yang disampaikan Ketua GGTP Covid-19 Kota Bogor kepada Wakapolda Jabar.

Salah satunya adalah soal potensi lonjakan covid-19 di Jabar yang bisa mencapai 72.000 kasus sampai Januari 2021 itu tadi.

Angka yang dikemukakan GGTP Covid-19 Kota Bogor cukup mengejutkan, karena menurut data Pikobar yang dipantau Selasa (29/9/2020), total terpapar covid-19 di seluruh Jabar baru berada pada angka 21.759 orang.

Jika angka terpapar bisa mencapai 72.000 orang sampai Januari 2021, berarti lonjakannya lebih tiga kali lipat.

Terkait penyebaran covid-19 yang masih tinggi di Kota Bogor,  Ketua GGTP Covid-19 Kota Bogor  mengatakan, kasusnya masuk kategori imported case.

Berdasarkan data badan pengelola jalan tol bahwa mobilitas kendaraan di Tol Jagorawi mencapai 200.000 kendaraan keluar masuk Kota Bogor atau sekitar 20% dari total penduduk Kota Bogor.

Baca juga  Pemkot Bogor Setuju Lembaga Baru Tangani Jabodetabek-Punjur

Cluster keluarga menjadi salah satu penyumbang terbesar terpapar covid-19.

Walaupun saat ini pemerintah masih meliburkan sekolah,  tetapi penularan masih terjadi di keluargas, yakni penularan dari kepala keluarga yang bekerja atau keluar masuk Kota Bogor khususnya DKI Jakarta.

Cluster terbesar yang pernah terjadi di Kota Bogor adalah cluster Semplak, di mana kasus konfirmasi ditemukan sebanyak 13 orang dalam satu keluarga. Perawatan dibagi 3 RS, meliputi 8 di RSUD, 5 RSMM dan 5 orang dirawat di RS kabupaten Bogor.

Terkait status zona merah, Ketua GGTP Kota Bogor menjelaskan,  karena angka kesembuhan covid-19 di bawah 1,8%.

Disebutkan, saat ini Kota Bogor hanya memiliki 3 RS dari total 21 RS rujukan Covid-19 yang menangani pasien Covid-19 dengan kategori berat. Tingginya jumlah okupansi RS karena diisi oleh pasien OTG mengingat keterbatasan sarpras isolasi mandiri yang dimiliki masyarakat.

Baca juga  Bima Arya Paparkan Program Koperasi dan UMKM

Terkait penyediaan hotel sebagai sarana kamar isolasi pasien OTG, dikatakan, sudah mendapatkan tawaran dari pusat. Tetapi ada salah persepsi, yang mana satgas nasional (tidak) membiayai pasien yang diisolasi di hotel, sehingga pemerintah Kota Bogor merasa keberatan dan sampai saat ini belum ada kesepakatan, masih dalam pembahasan. Namun, 122 bed telah disiapkan untuk pasien OTG oleh BNN di wilayah Lido kabupaten Bogor.

Apabila terjadi lonjakan kapasitas kamar maka pemerintah akan mempersiapkan alternatif lokasi perawatan di lapangan RS Marzoeki Mahdi.

Ketua GGTP Kota Bogor berharap kepada Polda Jabar untuk bisa mendorong agar sektor cluster perkantoran bisa diketatkan protokol kesehatannya dengan membentuk tim khusus pengawasan, mengingat kantor salah satu penyumbang cluster penyebaran covid-19.[] Admin/Hari

Klik untuk berkomentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terpopuler

To Top