Sudah 12 Nyawa Melayang Akibat Laka Lantas Angkutan Tambang Di Parung Panjang
BOGOR-KITA.com, PARUNGPANJANG – Adanya kecelakaan lalu lintas di wilayah Kecamatan Parung Panjang yang menewaskan seorang Ibu dan anaknya akibat tertimpa truk tambang terus jadi sorotan dan perhatian sejumlah pihak.
Rasa duka cita mendalam serta ucapan belasungkawa atas musibah tersebut, disampaikan berbagai kalangan mulai dari masyarakat biasa hingga pejabat negara. Semua berharap agar musibah semacam ini tidak pernah terjadi lagi.
Dari data yang disampaikan Satuan Lalu Lintas (Satlantas) Polres Bogor Polda Jawa Barat, sejak tahun 2022 hingga 2023, tercatat ada 12 orang korban meninggal dunia (MD) akibat laka lantas yang terjadi di Parung Panjang.
“Data laka lantas di TKP Parung Panjang, di tahun 2022 tercatat ada 5 peristiwa, dengan korban meninggal dunia 3, luka berat 2 dan luka ringan 2,” ungkap Kanit Gakkum Satlantas Polres Bogor, Ipda Angga Nugraha SH, MH, dikonfirmasi redaksi media ini, Rabu (20/12/2023).
Dan pada tahun 2023 ini, lanjut Angga, tercatat ada 8 peristiwa laka lantas di Parungpanjang dengan jumlah korban meninggal dunia 9 serta luka berat 1. “Jadi itu laka lantas TKP Parung Panjang, dalam kurun waktu dua tahun terakhir. Yaitu tahun 2022 sampai 2023,” jelas Ipda Angga Nugraha.
Sebagai informasi, musibah laka lantas tragis yang mengakibatkan meninggal dunianya seorang Ibu dan Anak terjadi pada hari Minggu, 17 Desember 2023 sekitar jam 15:30 WIB. Tempat Kejadian Perkara (TKP) di Jalan Raya Sudamanik, Kampung Rewod RT 04 RW 01 Desa Gorowong Kecamatan Parungpanjang Kabupaten Bogor Jawa Barat.
Ketua Aliansi Gerakan Jalur Tambang, Junaedi Adi Putra mengatakan, selama ini, dampak kecelakaan lalu lintas yang melibatkan truk angkutan tambang tidak hanya terjadi di satu wilayah Kecamatan Parung Panjang saja. Namun juga terjadi di beberapa lokasi kecamatan lainnya.
“Eksploitasi tambang dan jalur angkutan tambang itu meliputi beberapa wilayah kecamatan lainnya. Diantaranya Rumpin, Cigudeg, Parungpanjang, Gunungsindur hingga Ciseeng. Di daerah inipun sudah seringkali terjadi laka lantas dan jatuh korban jiwa dan korban luka,” ujarnya.
Junaedi berharap, agar pihak pemerintah mulai dari tingkat kabupaten, provinsi hingga pusat untuk segera mencarikan solusi terbaik atas semua permasalahan dampak dari kegiatan eksploitasi dan mobilisasi angkutan tambang tersebut.
“Makanya sejak dulu AGJT berjuang meminta agar dibangun jalan khusus tambang. Karena itu adalah solusi yang komprehensif. Memang tidak mudah, tapi bukan berarti tidak bisa. Tinggal ada kemauan politik, kemauan bersama agar penderitaan warga disini bisa berakhir,” tandas alumni FH Unpam Tangerang ini. [] Fahry