BOGOR-KITA.com – Fokus Grup Diskusi (FGD) tentang kursi wakil bupati yang masih kosong, berlangsung panas. Hal itu terutama setelah Fahreza Anwar dari Aliansi Mahasiswa Bogor Wilyah Timur (AMBT) angkat bicara jelang akhir diskusi.
“Tidak ada niat baik dari semua kita untuk mengisi kursi wakil bupati yang kosong. Itu yang menyebabkan kursi wakil bupati masih kosong sampai sekarang,” kata Reza yang masih duduk di bangku kuliah Fakultas Hukum sebuah universitas swasta di Kabupaten Bogor dalam diskusi yang digelar di Gedung Tegar Beriman, Kompleks Pemkab Bogor, Selasa (15/11/2016) siang.
Bupati Bogor Nurhayanti langsung pulang setelah tampil sebagai keynote speaker meninggalkan nara sumber meliputi Ketua DPRD Kabupaten Bogor Jaro Ade, Ketua KPUD Kabupaten Haryanto Surbakti, Ketua DPC Partai Gerindra Iwan Setiawan dan beberapa lainnya . Di bangku undangan tampak antara lain Ketua DPC PDI Perjuanan Budi Sembiring dan pejabat dari Kementerian Dalam Negeri.
Diskusi sedianya digelar pukul 12.30 WIB. Peserta sendiri sudah tampak memenuhi sebagian kursi. Namun Bupati dan nara sumber lain baru muncul sekitar pukul 14.00 WIB. Begitu acara hendak dimulai setelah bupati dan nara sumber lain duduk, tiba tiba listrik padam. Untuk dapat segera ditangani walau di tengah diskusi listrik masih padam beberapa kali lagi.
Terkait posisi pengisian kursi wakil bupati, Fahreza Anwar mengatakan, seharusnya pemerintah daerah selaku penyelenggara pemerintah membuat diskresi (kebijakan khusus, Red) sesuai dengan UU no 30 Tahun 2014 tentang Adminitrasi Pemerintahan. Diskresi itu penting sebagai upaya menyelesaikan jalan buntu tentang siapa yang disepakati oleh partai koalisi untuk diusulkan kepada bupati mengisi kursi wakil bupati.
“Ini menyangkut hajat hidup orang banyak,” tanas Reza. Reza juga mengusulkan agar semua partai yang tergabung dalam partai koalisi harus membuat surat pernyataan akan segera memilih 2 bakal calon wabup dan juga tidak akan mengsengketakan hasil pemilihan partai koalisi,” kata Reza.
Reza sempat berdebat dengan Jaro Ade, namun ditengahi oleh Gragorius Djako yang bertindak sebagai modetator. Reza juga mengkiritik panitia pemilihan yang sudah dibentuk karena sampai sekarang tidak membuahkan hasil sama sekali.
Bupati Bogor Nurhayanti sebelumnya mengemukakan, pemilihan wakul bupati merupakan ranah partai koalisi. Sementara Jaro Ade yang diberi kesempatan berbicara jelang akhir diskusi, tidak memberikan pernyataan signifikan, kecuali menceritakan kronologi polemik pengisian kursi wakil bupati. Ade Munawaroh Yasin yang dicantumkan sebagai salah satu nara sumber, tidak hadir dalam FGD.
FGD menyimpulkan kursi wakil bupati yang masih kosong harus diisi. Namun tidak ada kesepakatan siapa nama yang akan diusulkan atau bagaimana mekanisme pemilihan nama untuk diusulkan kepada bupati. [] BK-5