Berita Foto

Mengulik Perjalanan Dewata, Mengintip Perayaan Kuningan

Pertunjukan di GWK

BOGOR-KITA.com, BOGOR – Liburan tahun baru merupakan liburan yang sangat dinanti oleh siapapun, apalagi bagi mahasiswa yang memiliki jatah liburan yang cukup lama. Ayahku merencanakan liburan dengan tujuan untuk memperkenalkanku dengan indahnya Pulau Bali. Bali merupakan tempat yang sering dikunjungi oleh wisatawan asing mancanegara.

Ayahku sudah cukup sering ke Bali dikarenakan pekerjaan. Jadi, ini bukan kali pertama ayah ke ke Bali. Perjalanan kali ini dimulai dari persiapan pakaian yang menyesuaikan cuaca disana dengan mengambil tema cerah. Tak lupa membawa makanan untuk mencukupi energi agar badan tetap semangat. Membawa skincare yang terdapat sunscreen untuk melindungi panasnya cuaca disana. Dengan matahari pagi yang bersinar cerah, langit Bogor menyambut persiapan perjalanan yang luar biasa menuju pulau Bali. Koper dan tas petualang yang penuh dengan segala bekal perjalanan agar segala kebutuhan terpenuhi.

Setelah segala persiapan telah terpenuhi, perjalanan kami dimulai saat pagi tiba. Kami langung pergi menuju Bandara Soekarno – Hatta menggunakan bis Damri. Mobil telah dititipkan di kampus IPB Baranangsiang, begitulah cara ayahku setiap perjalanan keluar kota. Menggunakan bis adalah salah satu cara untuk menghindari kemacetan dan menghemat biaya tol. Kami berangkat menuju Bandara Soekarno – Hatta untuk mengejar penerbangan menuju Bali. Sesampainya di bandara, kami menunggu sekitar satu jam untungnya pesawat kami tidak mengalami delay/ keterlambatan. Waktu penerbangan telah tiba, kami langsung sigap menuju kabin pesawat dan meletakan koper ke bagasi. Meskipun saya tidak mengalami alergi dengan perjalanan udara, namun kali ini sangat terasa berbeda. Karena tujuan perjalanan kami adalah Pulau Dewata Bali.

Perjalanan Bogor – Bali bukan hanya sekadar sebuah rute, melainkan pengalaman yang menakjubkan melihat keindahan alam dan mempelajari kearifan lokal disana. Penerbangan yang menyuguhkan pemandangan awan dan lautan biru mendukung harapanku akan petualangan Dewata yang menyegarkan.

Sunset di Jimbaran

Setelah menempuh perjalanan sekitar dua jam lamanya, tibalah kami di Bandara Ngurah Rai, Bali. Suasana yang cerah menyambut kami dengan hangatnya. Udara tropis yang begitu khas langsung membuat kami merasakan indahnya pulau ini. Tiba di Bandara Ngurah Rai, terasa angin hangat dan aroma bunga frangipani menyambut kedatangan kami. Berwisata di Bali diawali dengan suasana yang menghangatkan, membedakan saat kami masih berada di Jakarta. Terdapat banyak sekali bunga yang menjadi kekhasan Bali, membangkitkan semangat perjalananan yang semakin nyata.

Baca juga  Satpam asal Dramaga Ceritakan Kisah Misteri di Taman Arkeologi Onrust

Menyusuri pelataran bandara, aku menyadari bahwa petualangan perjalanan ini telah dimulai. Setelah mendarat. Kami disambut dengan kenalan ayah yang nantinya akan sebagai tour guide yang akan mendampingi hari pertama di Bali. seorang tour guide yang akan menjadi sahabat perjalananku. Dengan senyuman tulus, Teman Ayah menyambut kami dan bercerita tentang Bali dan keindahannya, memberikan kesan untuk selalu ceria dalam menempuh perjalanan ini. Beliau bernama om Iwan. Om Iwan merupakan teman ayah yang juga membantu pekerjaan ayah di Bali sebelumnya.

Setelah menempuh lamanya perjalanan, tentunya diperlukan amunisi untuk meningkatkan semangat. Kami berencana makan di tempat makan yang pernah dikunjungi ayah. Perut yang kosong ini membawa kami ke warung tradisional, tempat Ayah merekomendasikan untuk mencicipi kelezatan masakan Bali. Rasa rempah yang khas dan alami yang sangat menggiurkan , Sup ikan dan ikan bakar menyambut kedatangan kami. Ditambah suasana tempat yang cukup ramai memberikan kesan wisata yang menyenangkan. Suara desir pantai didekat tempat kami, menambah kenikmatan makan. Sore hari ini terasa sangat indah terhanyut lezatnya makanan dan suasana sekitar yang menambah kenikmatan perjalanan ini. Setelah makan, kami memutuskan untuk pergi ke penginapan karena itu berada diatas dekat gunung jadi kami harus menempuhnya dari sore hari sebelum tenggelamnya matahari. Sesampainya di penginapan, matahari telah tiada.

Makan malam pun telah disiapkan. Suasana tenang dan kenyamanan menyambut kedatangan kami ditemani dengan suara gemericik air kolam renang dan banyak sekali bunga yang menyelimuti sekitar kolam. Aku melihat – lihat villa penginapan yang cukup indah dan kuat akan kesenian Bali. Malam pun tiba dan kami harus makan malam yang telah dipersiapkan tempat ini. Setelah makan, kami harus beristirahat untuk mempersiapkan diri menuju perjalanan berikutnya menyusuri keindahan Dewata.

Potret masyarakat Bali

Pagi hari, kami menyewa mobil untuk menjelajahi Bali secara menyeluruh. Dengan beberapa list destinasi yang telah dipersiapkan sebelumnya . Ayah dan aku telah menyiapkan perencanakan rute perjalanan. Kami menjelajahi desa-desa terpencil, mencari keindahan yang tersembunyi di sudut- sudut pulau ini. Dalam perjalanan, Ayah membagikan pengetahuannya tentang budaya Bali yang kaya akan adat istiadat dan sejarahnya. Tidak afdol jika kami tidak mengunjungi pura-pura yang indah dan megah.

Baca juga  Mengenal Yayasan Alam Satwa Tatar Indonesia di Megamendung

Kami mengunjungi beberapa pura dan candi yang mengesankan dan melihat tarian tradisional yang memukau. Cerita-cerita Ayah tentang sejarah dan makna di balik setiap tradisi membuka mataku tentang keunikan pulau ini. Sangat kebetulan bahwa petualangan perjalanan ini menjadi lebih berkesan karena bertepatan dengan Hari Raya uamt Hindu Hari Raya Kuningan. Di sekitar jalanan terdapat banyak sekali orang orang yang sedang merayakan hari Raya Kuningan ini. Kami turut serta melihat perayaan dan prosesi persembahan.

Warna kuning dalam kata Kuningan memiliki dua makna, yakni berwarna kuning dan merujuk pada wuku yang ke-12 dalam kalender Bali. Wuku adalah sistem kalender tradisional Bali di mana setiap wuku setara dengan periode tujuh hari, sehingga dalam satu tahun kalender wuku terdiri dari 420 hari. Perayaan Hari Kuningan diadakan setiap 210 hari, jatuh pada hari Saniscara Kliwon Wuku Kuningan atau 10 hari setelah Hari Raya Galungan. Perayaan ini memiliki akar dalam sejarah kemenangan kebaikan melawan kejahatan. Sejarah perayaan Galungan dan Kuningan berawal dari legenda tentang pertempuran antara Bhatara Indah dan Mayadenawa. Bhatara Indah melambangkan prinsip dharma (kebenaran) sementara Mayadenawa melambangkan adharma (kejahatan). Dalam cerita ini, Bhatara Indah berhasil memenangkan pertempuran tersebut, yang kemudian dijadikan dasar makna perayaan Galungan dan Kuningan sebagai perayaan kemenangan kebaikan.

Baca juga  Pasca Didemo Ibu-Ibu, Satpol PP Sidak Hotel Puri Avia di Puncak

Perjalanan ini tidak hanya menghadirkan keindahan alam dan kekayaan budaya Bali, tetapi juga memberikan kenangan tak terlupakan yang akan selalu saya simpan. Melalui setiap langkah, saya belajar menghargai keberagaman, merasakan kehangatan masyarakat Bali, dan memahami nilai- nilai yang dijunjung tinggi. Bali, dengan segala pesonanya, memberikan pengalaman spiritual dan petualangan yang mendalam. Dari pantai yang memukau hingga puncak gunung yang menantang, setiap sudut pulau ini menyimpan cerita yang mengesankan. Terima kasih kepada ayah dan om Iwan yang menjadi teman perjalananku yang luar biasa ini. Memperingati Hari Raya Kuningan bersama masyarakat setempat menjadi momen berharga. Saya tidak hanya menyaksikan, tetapi juga turut merasakan kegembiraan dan kekhidmatan dalam perayaan tersebut. Ini adalah pengalaman unik yang membuka mata saya terhadap keindahan tradisi dan kebersamaan masyarakat Bali.

Dalam setiap detik perjalanan, saya merasakan kedamaian dan kebahagiaan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Bali bukan hanya destinasi liburan biasa, melainkan sebuah tempat yang memberikan pelajaran hidup dan pengalaman mendalam.

Sebagai penutup kisah perjalanan Dewata ini, mungkin saya akan memberikan pesan untuk teman – teman yang ingin berwisata ke Bali, yang pertama adalah jangan ragu untuk menjelajahi tempat- tempat yang jarang dikunjungi. Lalu, jangan lupa untuk selalu menghargai budaya setempat dengan seksama, dan selalu bersikap ramah dan hormat kepada masyarakat Bali yang hangat. Perjalanan ini bukan hanya sebuah petualangan liburan, tetapi juga perjalanan jiwa yang memberikan wawasan baru tentang keindahan dunia ini. [] Athifa Yasmina Humaira mahasiswa Sekolah Vokasi IPB Komunikasi Digital dan Media 

Klik untuk berkomentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terpopuler

To Top