BOGOR-KITA.com, JAKARTA – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sedang mengembangkan vaksin berbasis protein rekombinan yang rencananya dapat dimanfaatkan sebagai vaksin sekunder atau “booster” untuk pencegahan Covid-19 menginfeksi manusia.
Saat ini, menurut peneliti dari Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI Wien Kusharyoto dihubungi di Jakarta, Kamis (30/7/2020), pengembangan vaksin masih di tahap laboratorium, dan diharapkan pada semester pertama 2021, kandidat vaksin sudah bisa diujikan pada hewan untuk melihat efektivitasnya.
“Mudah-mudahan tahun depan (2021) sudah bisa masuk ke tahap uji pada hewan,” ujar Wien. Pengujian pada hewan itu akan dilakukan di Laboratorium Biosafety Level-3 (BSL-3) LIPI di Cibinong, Jawa Barat.
Wien menjelaskan, pihaknya memilih dua fragmen yang salah satunya adalah receptor-binding domain (RBD) dari spike protein yang merupakan virus SARS-CoV-2 penyebab penyakit COVID-19). Tidak semua bagian dari spike protein akan berikatan dengan reseptor ACE-2 di tubuh manusia, yang merupakan pintu masuk virus berikatan ke sel manusia dan menginfeksi tubuh manusia.
“Yang benar-benar dapat berikatan dengan reseptor ACE-2 adalah RBD dari spike protein dari virus Corona penyebab COVID-19, sehingga LIPI mengambil bagian itu sebagai kandidat antigen untuk membuat protein rekombinan untuk vaksin,” kata Wien.
“Ada teknologi khusus yang kami terapkan supaya ukurannya (ukuran RBD) kemudian bisa menjadi lebih besar sehingga diharapkan nanti imunogenisitasnya lebih tinggi dan rencananya kemudian akan dibiakkan bisa di sel mamalia atau sel khamir,” terang Wien. Imunogenisitas adalah kemampuan suatu substansi dalam memicu respons imun dari tubuh manusia atau hewan.
Wien yang menjadi peneliti utama dalam pengembangan vaksin itu menuturkan pihaknya telah mendesain protein berbasis dari RBD. Prosesnya saat ini adalah sedang memasukkan vektor atau protein yang telah didesain itu ke sel mamalia untuk bisa memproduksi protein rekombinan yang dibutuhkan untuk vaksin.
“Saat ini sedang dimasukkan ke sel mamalia mungkin juga bisa masuk ke sel khamir,” tuturnya
“Kami memang tidak menargetkan sebetulnya untuk jadi vaksin primer tapi sebenarnya vaksin yang ingin kami coba kembangkan itu lebih ditargetkan untuk vaksin sekunder atau untuk booster. Booster ini tujuannya adalah ketika tubuh kita sudah sempat mengenali, sempat mendapatkan vaksin sebelumnya untuk meningkatkan respon lebih lanjut perlu divaksinasi lagi, itu bisa digunakan protein seperti itu,” terang Wien.
Wien menuturkan kemungkinan besar perbedaan antara vaksin yang dikembangkan oleh LIPI dan Lembaga Biologi Molekuler Eijkman terletak pada desain protein. “Kemungkinan besar di desain proteinnya sendiri, desainnya masih saya rahasiakan karena ada kemungkinan untuk dipatenkan,” tuturnya. [] Anto