Fenomena Tawuran Pelajar Atau Pemuda, Begini Analisis Dari Psikolog
BOGOR-KITA.com, KEMANG – Terjadinya beberapa kasus tawuran antar pelajar atau pemuda di beberapa lokasi hingga mengakibatkan korban jiwa, membuat prihatin semua warga masyarakat. Bahkan potensi bagi adanya tawuran juga perlu diawasi saat bulan puasa atau Ramadhan ini.
Menurut seorang psikolog, Retno Lelyani Dewi S.Psi. Mpd, aksi tawuran itu terjadi bisa karena faktor internal dan eksternal.
Faktor internal misalnya dorongan ingin menonjolkan kehebatan/kekuatan/kebenaran diri sendiri baik di hadapan teman sekelompok/sesekolah ataupun di mata lawan, membalaskan rasa sakit hati kepada orang yang melecehkan, tidak mau direndahkan dan ingin tahu/ingin merasakan tawuran atau karena tidak ada kegiatan lain di waktu luang.
Sedangkan faktor eksternal yang bisa memicu aksi tawuran, lanjutnya, seperti rasa setia kawan, terbujuk/diajak oleh teman, merasa direndahkan/dilecehkan siswa sekolah lain, ingin membela nama sekolah, ditantang siswa sekolah lain untuk bertanding/adu kekuatan di suatu tempat dan terpancing oleh kata – kata atau yel yang dianggap merendahkan.
“Sekarang Ramadhan, tetapi kenapa masih terjadi tawuran? Menurut saya ini terjadi karena para pelaku tawuran ini belum menerima nasehat dari makna Ramadhan, atau sudah sampai, tetapi mereka enggan mengaplikasikan,” ujar Psikolog Rumah Cinta Bogor ini.
Hal lain yang membuat tawuran masih terjadi karena para pelaku tawuran ini beranggapan mendapat perasaan puas, yaitu saat mampu mengalahkan lawan tawuran dan muncul kepercayaan bahwa diri dan komunitasnya dikatakan paling kuat, paling tangguh, paling kompak dan paling disegani.
Lalu merasa nama diri dan komunitas mereka akan terkenal jika berhasil menang tawuran. Mereka merasa bebas bergerak tidak ada ketakutan karena lawannya telah dikalahkan dan tidak akan ada yang berani melecehkan lagi.
“Untuk menangani persoalan tawuran dan fenomena pelajar/remaja tawuran ini harus melibatkan semua pihak. Harus ditangani secara komprehensif. Mulai dari orang tua, sekolah, guru, kepolisian, tokoh agama dan lainnya,” tukas Retno Lelyani Dewi S.Psi. Mpd. [] Fahry