Nasional

Dosen IPB Temukan Teknologi Pelacak Ikan TREKfish bagi Perikanan Skala Kecil

BOGOR-KITA.com, DRAMAGA – Perikanan skala kecil (Small Scale Fisheries/SSF) nyaris tak pernah tersentuh oleh hiruk pikuk perkembangan teknologi dan proses industrialiasi yang kini memasuki fase ke-4 atau lebih dikenal dengan Industri 4.0. Perikanan skala kecil di Indonesia, sejak 10, 20, 30 bahkan 50 tahun praktis tidak berubah. Satu-satunya perubahan yang pernah dialami adalah adanya introduksi motorisasi peninggalan era industrialisasi 1.0,  berupa motor tempel (outboard) dan sebagian motor dalam (inboard) untuk menggerakkan kapal ikan.

Perkembangan teknologi yang pesat di bidang elektronika, otomatisasi, dan sistem informasi, umumnya belum menjadi bagian penting dalam membantu meningkatkan efisiensi dan produktivitas operasi penangkapan ikan.

Selain itu, sistem navigasi modern yang berkembang seiring dengan perkembangan elektronika, teknologi satelit dan akumulasi pengetahuan terkait jejak penangkapan belum banyak dimanfaatkan. Perikanan skala kecil yang bertebaran di pesisir pantai Indonesia praktis masih tetap bersifat tradisional dan belum berbasis teknologi terkini dalam suatu operasi penangkapan ikan.

Dosen IPB University yang juga Kepala Divisi Akustik, Instrumentasi dan Robotika Kelautan, Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB University, Prof Dr Indra Jaya mengatakan untuk mengangkat perikanan skala kecil melalui introduksi teknologi terkini, Divisi yang dipimpinnya telah mengembangkan piranti TREKfish.

Baca juga  Perhutani - BNPB Teken Nota Kesepahaman Tanggap Bencana 

TREKfish dapat menelusuri jejak penangkapan ikan (ikan, rajungan, lobster, dan lain-lain) dan dilengkapi dengan perangkat lunak fishER (sistem pelaporan hasil tangkapan, Fisheries Electronic Reporting).

“Piranti ini cocok dan baik untuk perikanan skala kecil dan industri, serta dirancang dan dikembangkan guna mendukung program pelacakan asal dari ikan tertangkap dan Seafood Import Monitoring (SIM). TREKfish ini tak memerlukan jejaring komunikasi satelit untuk dapat berfungsi menelusuri jejak operasi penangkapan ikan. Data posisi kapal akan dapat terus terekam, walaupun tidak berada atau keluar dari area selular. Kapal akan dan dapat terlihat (mengirimkan posisi sebelumnya) sewaktu kapal kembali masuk ke area cakupan selular. Melalui TREKfish, setiap nelayan/kapten kapal/pemilik kapal dapat mengakses langsung posisi kapalnya tanpa harus diketahui oleh nelayan/kapten kapal/pemiliki kapal lainnya. TREKfish dirancang dapat merekam posisi kapal setiap 5 menit sekali atau 12 posisi kapal per jam,” ujarnya Jumat (11/9/2020).

Prof Indra menambahkan TREKfish pada dasarnya adalah alat atau instrumen sistem pelacakan atau penelusuran jejak penangkapan ikan. Visualisasi hasil penelusuran ini dapat diakses atau dilihat melalui ponsel pintar dan dapat diintegrasikan  dengan sistem pencatatan hasil tangkapan secara elektronik (e-logbook). Untuk menunjang operasi yang lama, catu daya TREKfish dipasok dari solar panel dan baterei Li (sebagai cadangan). Piranti TREKfish ini sangat mudah dipasang (install) oleh siapa saja. Setelah piranti dihidupkan maka tidak dapat dimatikan lagi, sehingga tidak mudah dikutak-katik dan dipemainkan. Dengan biaya yang relatif terjangkau, TREKfish dapat aplikasikan untuk membantu meningkatkan efisiensi penangkapan ikan pada perikanan skala kecil (SSF) maupun skala besar (industri).

Baca juga  Para Guru Besar IPB Bicara Kehebatan Kelor

“Data dan informasi yang dihasilkan oleh TREKfish, antara lain adalah posisi kapal dari waktu ke waktu, sejak berangkat (meninggalkan pelabuhan), transit ke daerah penangkapan ikan, sewaktu melaksanakan operasi penangkapan, dan saat kembali ke pelabuhan. Sehingga secara keseluruhan, jejak kapal dapat ditelusuri, dari awal sampai akhir. Dengan berjalannya waktu, melalui akumulasi kegiatan penangkapan ikan yang dilakukan dimana setiap kali operasi penangkapan dicatat hasil yang ditangkap, katakanlah selama setahun, akan dapat dibuat  peta distribusi hasil tangkapan utama beserta hasil tangkapan sampingan (by catch).

Berdasarkan hasil pencatatan tersebut dapat dihitung jumlah hasil tangkapan per satuan upaya (Catch Per Unit of Effort (CPUE). Informasi tentang CPUE ini sangat penting untuk membantu memahami kondisi stok ikan yang menjadi target penangkapan, dan secara umum informasi ini penting bagi pengelolaan perikanan yang berkelanjutan,” tuturnya.

Baca juga  Kemenag Berikan Bantuan Sektor Pendidikan Keagamaan

Dengan demikian, TREKfish dapat bermanfaat bagi beberapa pihak. Manfaat yang diterima oleh nelayan/kapten kapal/pemilik kapal, antara lain, meningkatkan efisiensi lama waktu transit (mencari ikan) dan lama proses penangkapan ikan, serta hubungannya dengan hasil penangkapan. Selain itu, khusus bagi pemilik kapal, yang bersangkutan dapat mengetahui kemana kapalnya berlayar.

Pihak lain yang dapat memanfaatkan teknologi TREKfish ini adalah pemerintah, baik pemerintah pusat maupun daerah (provinsi dan kabupaten). TREKfish dapat membantu implementasi manajemen yang lebih baik melalui pengawasan dan pelaporan, membantu perbaikan/masukan pengelolaan, dan membantu program traceability. Universitas dan Lembaga Penelitian juga dapat memanfaatkan teknologi TREKfish ini, antara lain untuk membantu penelitian, khususnya untuk memahami lebih baik siklus hidup ikan (daerah pemijahan, pembesaran dan pertumbuhan, dan lain-lain), memahami pola migrasi ikan, dan membantu menentukan dinamika populasi dan pengkajian stok ikan.

Prof Indra menjelaskan, bahwa perikanan skala kecil merupakan salah satu kontributor penting dalam perikanan tangkap yang kinerjanya hingga saat ini belum terekam secara baik, kuantitatif dan akurat serta perlu mendapat perhatian utama dalam kebijakan dan prioritas pembangunan perikanan.[] Hari

Klik untuk berkomentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terpopuler

To Top