BOGOR-KITA.com – Pemerintah juga harus mampu membaca fenomena pergerakan ekonomi di sosial media yang cepat, semua harus merambah dan penetrasi ke arah perkembangan IT yang sedemikian pesat.
Hal ini dikemukakan Waklikota Bofor Bima Arya saat tampil menjadi keynote speaker dalam Seminar Nasional bertajuk ‘Strategi Manajemen dalam Menghadapi Era VUCA (volatility, uncertainty, complexity, and ambiguity) di Industri 4.0’ yang digelar di Aula Gedung Akuntansi Fakultas Ekonomi, Universitas Pakuan, Bogor Tengah, Kota Bogor, Sabtu (9/3/2019).
Hal yang harus dilakukan para birokrat, imbuh Bima, adalah inovasi tanpa henti, kolaborasi dengan banyak pihak agar massif, membuat program yang inspiratif untuk mendukung inovasi, selain itu juga harus adaptif.
“Bekerja sama dengan para startup dan pihak lainnya. Sebagai contoh, Pemkot Bogor akan segera menjalin kerjasama dengan Bukalapak. Ke depan akan hadir Buka Bike, penyewaan sepeda gratis, selain itu juga akan ada pembinaan UMKM dan sebagainya oleh Bukalapak. Ini adalah bagian dari role model dari 4.0,” ungkap Bima yang sebelumnya menadatangani nota kesepakatan degnan 13 instansi membentuk mal pelayanan publik (MPP) yang juga merupakan bagian dari revolusi 4.0 karena bertumpu pada kemudahan, kecepatan, kemurahan dan kesederhanaan.
Role model adalah penerjemahan dari kata teladan, jadi role model memiliki pengertian suatu tindakan yang mencerminkan suatu sikap yang baik sehingga dapat dijadikan sebagai model acuan atau dicontoh.
Sebelum memulai pemaparannya, Bima terlebih dahulu mengajak peserta untuk menyaksikan video singkat mengenai profil Kota Bogor yang terus bergerak menuju perubahan serta karakter warga yang guyub.
“Video tersebut merupakan potret Kota Bogor dulu, sekarang dan masa depan, yang jauh dari VUCA atau jauh dari gejolak, ketidakpastian, kompleksitas dan ambiguitas. Tapi sejatinya kita saat ini sedang menghadapi hal itu, kuncinya adalah jati diri Bogor yang khas dari Bogor tetap kita genggam sembari kita kelola dan hadapi tantangan VUCA tadi. Kita punya sesuatu yang agung, bernilai dan luar biasa yang bisa dijadikan pegangan untuk menghadapi tantangan yang ada,” ungkap Bima Arya.
Di tengah perubahan dan perkembangan zaman yang semakin pesat, kata Bima, semua harus bisa membaca tanda-tanda zaman, tidak terkecuali para birokrat mulai dari Lurah hingga para kepala dinas.
Bima menjelaskan, hampir seluruh warga Kota Bogor terkoneksi dengan perkembangan informasi dan teknologi, diantaranya sebanyak 82 persen warga Bogor memiliki WhatsApp (WA), 75 persen facebook, 82 persen twitter dan 42 persen instagram. Dengan fenomena yang seperti ini, banyak paradigma yang berubah. Humas Pemkot Bogor, lanjut Bima, harus berkolaborasi dengan semua, menjadikan seluruh warga Kota Bogor sebagai humas.
“Informasi dan prestasi sekecil apapun harus diketahui warga dengan sangat cepat sekali. Saat ini setiap pihak harus bisa membaca apa yang menjadi kekuatannya, pemerintah bisa kehilangan legitimasinya jika tidak merangkul warga dan komunitas. Komunitas adalah the most powerful element atau kekuatan yang paling tulus. Komunitas mampu menggerakkan kota dengan passion, ideas dan sincerity. Ini eranya komunitas, DNA Kota Bogor senang guyub dan ngumpul,” tegasnya.
Di tempat yang sama, Rektor Universitas Pakuan Bibin Rubini, menyebutkan saat ini ukuran besar perusahaan tidak menjadi jaminan, namun kelincahan, egality perusahaan dan era digitalisasi menjadi kata kunci industri 4.0.
Apa yang dimaksud Egality Rights? Egality Rights adalah asas yang menegaskan adanya kesamaan kedudukan pihak-pihak yang saling mengadakan hubungan.
Hadir sebagai pembicara lainnya adalah Dirut Peruri Dwina Septiani Wijaya, Manager Learning dan Culture Bukalapak Hendra Etri Gunawan serta Kepala Departemen FEM IPB Sahara. [] Admin/Humas pemkot Bogor