Ada ‘Tangan’ Jokowi dan Luhut Bikin Golkar dan PAN Dukung Prabowo?
Oleh: Yusfitriadi
(Pengamat Politik)
BOGOR-KITA.com, BOGOR – Setelah hari ini, Partai Golkar dan PAN mendeklarasikan dukungannya ke calon presiden Prabowo Subianto, maka jika koalisi ini solid, Prabowo sudah mendapatkan dukungan 4 partai, yakni Gerindra, PKB, Golkar dan PAN. Dan sangat mungkin akan disusul oleh partai non parlemen lainnya.
Dan 4 partai yang bergabung dengan Prabowo merupakan partai besar dan menengah. Sehingga sudah bisa dipastikan Prabowo sangat kuat. Sekaligus menggugurkan informasi akan adanya poros koalisi keempat dalam dukungan calon presiden dan wakil presiden.
Namun demikian, sampai saat ini koalisi partai politik pengusung calon presiden dan wakil presiden masih belum ada yang benar-benar ajeg. Termasuk koalisi perubahan yang dibesut oleh Nasdem dan Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR) besutan Gerindra dan PKB. Demokrat bisa saja lepas dari Koalisi Perubahan jika AHY tidak masuk cawapres, begitupun yang terjadi pada PKB mungkin saja hengkang dari KKIR jika Prabowo mengambil cawapres selain Cak Imin. Sama saja dengan Golkar dan PAN sudah mulai “miring-miring” ke Prabowo, kedua partai tersebut mempunyai proposal yang sama yakni power sharing. PAN mengusulkan Erick Thohir sebagai cawapresnya Prabowo, termasuk sangat mungkin Golkar mengusulkan Airlangga sebagai cawapresnya Gerindra. Artinya ketika Prabowo tidak mengakomodir itu, bukan tidak mungkin mereka tidak berkoalisi dengan Prabowo atau mengusulkan pembagian kekuasaan yang lain, misalnya komposisi menteri atau support finacial untuk kepentingan kampanye partainya masing-masing.
Adapun keputusan yang sebelumnya sudah dialbil dua partai tersebut dalam agenda resmi masing-masing, seperti rakernas PAN memutuskan Zulkifli Hasan untuk menjadi presiden dan rakernas Golkar memutuskan Airlangga untuk diusung menjadi calon presiden saya pikir sudah “tamat” dan terkubur dalam-dalam keputusan dua partai tersebut.
Dan karakteristik dua partai tersebut saya pikir mempunyai kesamaan, yaitu pragmatis dan berorientasi kekuasaan. Golkar misalnya, adalah partai yang tidak terbiasa untuuk tidak masuk gerbong kekuasaan, tidak pernah kita melihat Golkar ada di luar kekuasaan siapapun dan koalisi manapun yang berkuasa. Begitupun PAN, andaipun terlihat seakan-akan oposisi pada akhirnya merapat juga pada kekuasaan. Sehingga, karena melihat trend elektabilitas Prabowo semakin menduduki puncak klasemen bakal calon presiden dari hasil hampir semua lembaga survei, sebagai partai yang berorientasi pragmatis kekuasaan, sudah bisa dipastikan segera ancang-ancang untuk merapat ke Prabowo supaya tidak ketinggalan gerbong.
Dampak elektoral bagi kedua parpol tersebut jika merapat ke Prabowo saya pikir tidak signifikan, justru bisa jadi malah tergerus, karena sudah kuat dampaknya dihasilkan oleh gerindra dan PKB, yang sejak awal merintis koalisi kebangkitan Indonesia raya (KKIR).
Terlebih PAN dan Golkar adalah partai yang gagal membangun koalisi di KIB beesama PPP. Malah publik akan melihat dengan jelas orientasinya adalah kekuasaan dan pragmatis saja. Sehingga ketika orientasinya dengan merapat ke Prabowo harapannya bisa menaikkan elektabilitas suara partai politik, saya pikir tidak akan terjadi.
Sehingga jika koalisi perubahan dengan 3 partai, yakni Nasdem, PKS dan Demokrat solid sampai akhir, begitupun ketika KKIR dengan 4 partai solid sampai akhir, maka koalisi untuk Ganjar hanya diisi oleh 2 partai parlemen yaitu PDIP dan PPP dan 1 partai non parlemen yaitu Hanura.
Sehingga semakin menguatkan Prabowo untuk menduduki tahta orang tertinggi di Indonesia 2024 mendatang sebagai presiden. Tinggal menunggu dinamika bacapres. Apakaah penentuan bacapres akan menggoyang koalisi masing atau justru akan memperkuat masing-masing koalisi.
Berbicara apakah ada sosok yang mengendorse PAN dan Golkar merapat ke Prabowo, saya pikir walaupun di permukaan masing-masing partai politik menyatakan tidak ada intervensi dari siapapun, termasuk dari presiden Jokowi, namun saya pikir tidak dengan serta merta seperti itu, saya masih melihat Jokowi dan Luhut Binsar Panjaitan yang mempunyai peran kuat dengan bergabungnya PAN dan Golkar mendukung Prabowo.
Kenapa Jokowi, karena selama ini, menggambarkan ketidakyakinannya dengan kemenangan Ganjar sehingga lebih nyaman “nenteng-nenteng” Prabowo. Adapun Luhut, selain dia Kader Golkar dia juga berasal dari TNI yang pastinya mempunyai relasi kuat dengan Prabowo. []