Kab. Bogor

Manajer Operasional Jelaskan Keadaan Pusat Isolasi Covid-19 Kemang Bogor

dr Ongko Prayitno

BOGOR-KITA.com, KEMANG – Akibat lonjakan pasien positif covid-19 beberapa hari terakhir, Bupati Bogor Ade Yasin selaku Ketua Satgas Covid-19 Kabupaten Bogor memerintahkan dinas kesehatan untuk menambah tempat tidur di RSUD dan menambah pusat isolasi bagi perawatan pasien Covid 19.

Lalu bagaimana sebenarnya teknis atau metode perawatan di pusat isolasi? Apa yang dilakukan para pasien? Bagaimana para tenaga kesehatan yang bekerja di sana? Berikut wawancara media ini, dengan dr. Ongko Priyanto, MARS, selaku Manajer Operasional Pusat Isolasi Covid 19 Kabupaten Bogor yang berada di Gedung Diklat Kemendagri Kemang.

Sejak dibuka dan diresmikan penggunaanya sebagai sarana perawatan pasien positif corona pada pertengahan bulan Mei 2020, Pusat Isolasi Covid 19 Kabupaten Bogor, yang berada di Gedung Diklat Kemendagri Kemang, hingga saat ini telah menerima 320 pasien positif Covid-19.

Baca juga  Corona Kabupaten Bogor: Positif Naik, 48, Sembuh Juga Naik, 38

“Dari 320 pasien tersebut, setelah menjalani isolasi dan perawatan, ada 261 pasien sembuh. Untuk pasien yang masih dirawat sampai saat ini ada 50  pasien. Sebanyak 9 pasien, dirujuk ke RS karena membutuhkan perawatan lebih intensif,” terang dr. Ongko Priyanto, MARS, Jumat (9/10/2020).

Dia mengungkapkan, dari data yang dimilikinya, sejak awal difungsikan, angka kunjungan pasien di pusat isolasi pasien corona Kemang, terus semakin meningkat. Puncak penambahan pasien, lanjutnya, terjadi pada bulan September 2020.

“Bahkan saat itu, dari 82 tempat tidur ruang isolasi sempat penuh. Sehingga tidak bisa menampung pasien baru,” ungkapnya.

Dokter Ongko, sapaan akrabnya menuturkan, jumlah total tenaga kesehatan (nakes) yang bekerja di pusat isolasi ada 75 orang. Selain melakukan pengawasan dan membantu penyembuhan dengan memberikan obat – obatan kepada pasien, para nakes juga harus terus menerus mengarahkan aktivitas para pasien. “Di antaranya, terus menerus setiap pagi mengarahkan pasien untuk berjemur dan berolahraga atau senam. Lalu melakukan video conference dengan dokter, dan lain – lain,” papar dr. Ongko.

Baca juga  November Ini, Ada Peningkatan Pasien Covid-19 di Gedung Isolasi Kemang

Ia juga mengisahkan, bagaimana suka duka para nakes dalam menjalankan tugasnya masing – masing. Menurutnya, diantara pengalaman sukanya adalah mendapat keluarga baru, menambah pengalaman dan relasi dan bisa menjadi pengganti keluarga pasien selama dirawat disini untuk tempat curhat/berkeluh kesah. “Kami juga merasa sangat bahagia, saat bisa melihat senyum pasien yang telah sembuh dan saat sudah diperbolehkan pulang,” tuturnya.

Dokter Ongko juga menceritakan, perasaan duka dari para nakes yang bekerja tidak henti dan berisiko tinggi ini. Menurutnya, rasa duka datang karena bosan tidak bisa keluar bebas, lalu rasa kangen sama keluarga. Bahkan, sambung dokter Ongko, kadang ada juga pasien yang bersikap tidak kooperatif, misalnya berbicara dengan nada dan kalimat yang kurang mengenakkan. “Ya tapi ini semua kami terima sebagai ujian. Kami para nakes harus terus dan tetap sabar. Meskipun rasa cemas juga ada karena berada di dalam lingkungan yang berisiko tinggi tertular Covid-19,” tutupnya. [] Fahry

Baca juga  Corona di Bogor Kota dan Kabupaten Kian Menakutkan
Klik untuk berkomentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terpopuler

To Top