Nasional

Gab Triwulan Tiga

Oleh: Herry Gunawan

(Wartawan Senior)

BOGOR-KITA.com, JAKARTA – Pemerintah sedang bergegas melakukan akrobatik demi mengamankan kinerja perekonomian triwulan tiga yang tersisa enam minggu. Tak mudah, melawan kutukan siklus yang sudah terjadi menahun. 

Keinginannya baik. Berharap agar kinerja ekonomi tidak mengalami kontraksi (pertumbuhan ekonomi triwulan III-2020 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya minus). Dengan harapan, konferensi pers dan judul media akan berbunyi, “Kita Terbebas dari Resesi”.

Sebagai aksi, belanja pemerintah digenjot. Dari belanja perjalanan dinas – diperintah untuk disegerakan di lokasi wisata – hingga rencana memberikan subsidi gaji kepada para karyawan (seperti iklan hadiah: syarat dan ketentuan berlaku). Bantuan sosial jadi andalan, dengan harapan konsumsi masyarakat meningkat dan ekonomi, setidaknya diharapkan tumbuh nol persen.

Baca juga  TNI Harus Ambil Bagian Menghadapi Resesi dan Pandemi Covid-19

Supaya bisa nol persen, hitungan duitnya, kira-kira perlu ada tambahan kinerja perekonomian senilai Rp230 triliun dari kinerja triwulan dua tahun ini. Sebab perekonomian Indonesia triwulan tiga tahun lalu, berdasarkan PDB atas harga tahun 2010, sekitar Rp2.819 triliun.

Tapi kalau lihat data ke belakang, setidaknya dalam sembilan tahun terakhir, umumnya pertumbuhan ekonomi triwulan tiga selalu lebih rendah dibandingkan rata-rata triwulanan setiap tahun, juga terhadap triwulan dua. Begitulah kutukan triwulan tiga.

Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan

Lebaran dan biaya tahun ajaran baru yang ikut mendorong konsumsi sudah lewat. Belanja liburan akhir tahun pun masih lama.

Apalagi dana pengungkitnya juga terbatas, seperti subsidi gaji karyawan yang belum tentu 100 persen tepat sasaran. Itu, tentu saja belum dikurangi biaya administrasi: rapat, dan lain-lain.

Baca juga  Mahfud MD Dorong Insan Pers Tingkatkan Kualitas Pemberitaan

Sebaiknya pemerintah jangan terlalu banyak buang energi dengan ambisi ingin menahan agar tidak resesi, yang sesungguhnya menjadi kehendak alam. Jauh lebih manfaat memikirkan dampak sosial dan (mungkin) stabilitas politik akibat resesi, serta pada bersamaan, menyiapkan strategi pemulihan untuk jangka menengah dan panjang.

[]

Klik untuk berkomentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terpopuler

To Top