Kab. Bogor

85 Persen Carrier Corona OTG

BOGOR-KITA.com, DRAMAGA – Corona memang menakutkan. Sebanyak 85 persen carrier adalah Orang Tanpa Gejala atau OTG.

Hal ini dikemukakan Prof Srihadi Agung Priyono, Drh, Ph.D dari Departemen Anatomi, Fisiologi, dan Farmakologi (AFF) IPB University, kepada BOGOR-KITA.com, Jumat (10/4/2020).

Seandainya carrier atau pembawa atau penular virus corona dapat diketahui siapa orangnya, maka tidak sulit untuk menghindarinya. Seandainya virus corona itu dapat dilihat wujud rupanya, juga tidak sulit untuk mencegahnya.

Masalahnya adalah, wabah corona yang sudah menewaskan ribuan orang di seluruh dunia itu, sulit dideteksi.

Bukan hanya virusnya yang tidak kelihatan seperti hantu, tetapi orang yang menularkannya juga tidak hanya orang yang sudah memiliki gejala-gejala terinfeksi, tetapi juga orang yang sudah terinfeksi tetapi orang tersebut tidak memperlihatkan gejala bahwa dia sudah terinfeksi.

Baca juga  Bupati Bogor Terus Bergerak Cegah Penyebaran Corona

Berbeda dengan orang yang sudah bergejala, tanda-tandanya ada, yakni pilek, batuk, lemas, nyeri sendi, demam, dan lain sebagainya.

Sementara carrier tanpa gejala yang disebut OTG, sama sekali tidak menunjukkan gejala bahwa dia sudah terinfeksi corona.

Lalu bagaimana mengenali OTG tersebut? Atau kelompok masyarakat mana saja yang patut dicurigai sebagai OTG?

Prof Srihadi Agung Priyono, mengatakan, tidak bisa diketahui.

“Wah itu kita juga tidak tahu,” kata Prof Srihadi.

Namun, Prof Srihadi mengatakan, 85 persen carrier tidak menunjukkan gejala tapi bisa menularkan.

“Penyakit ini memang mengkhawatirkan. Kita tidak tahu siapa yang menularkan dan ditulari kalau tidak terlihat gejala. Makanya stay at home, tidak berkumpul tidak berkerumun, social distancing, dan handwash jadi senjata utama kita yang awam,” kata Prof Srihadi.

Baca juga  Pakar Fisika IPB University: Materi di Alam Semesta yang Terlihat Hanya 4 Persen

Jika misal diketahui ada orang yang positif, imbuh Prof Srihadi, maka harus dicari dan dilacak dia bertemu siapa saja, dan orang yang dia temui itu juga bertemu siapa lagi dan seterusnya.

“Disebut pelacakan atau tracing. Kadang sumber 1, setelah dilacak sudah ada kemungkinan menyebar ke sekian puluh atau ratus orang,” tutupnya. [] Hari

Klik untuk berkomentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terpopuler

To Top