Bima di acara diskusi di terminal baranangsiang
BOGOR-KITA.com – Terungkap, mengapa Walikota Bogor Bima Arya Sugiarto mengambl sikap berbeda dengan sejumlah pejabat Pemkot Bogor, terkait revisi siteplan optimalisasi Terminal Baranangsiang yang sudah diselesaikan PT Panca Grahatama Indonesia (PGI).
Revisi siteplan yang sudah diselesaikan dan disetujui oleh dinas terkait, tetapi masih mengganjal dan karena itu belum disetujui oleh Bima, dilatarbelakangi masalah pembangunan underpass.
Dalam catatan BOGOR-KITA.com, revisi siteplan yang dilakukan PT PGI lebih pada utak-atik luas terminal, ketinggian hotel dan mal. Sementara dalam diskusi itu terungkap bahwa yang diharapkan Bima adalah pembangunan underpass.
Hal ini terungkap dalam diskusi bertajuk “Membedah Pembangunan Kota Bogor Dalam Perspektif Konsepsi Tata Ruang dan Tata Kelola Pemerintahan” yang diselenggarakan Koalisi Mahasiswa (KOMA) se-Kota Bogor, di lantai dua salah satu bangunan di dalam area Terminal Baranangsiang, Minggu (5/4/2015) sore.
Diskusi yang dihadiri anggota DPRD Kota Bogor, Yus Ruswandi dan puluhan komunitas pengguna Terminal Baranangsiang seperti pengasong dan pengamen, menampilkan empat pembicara meliputi, Ketua Yayasan Satu Keadilan Sugeng Teguh Santoso, anggota Komisi II DPR RI Diah Pitaloka, Dekan Fakultas Pertanian IPB Dr Eman Riadi, dan dosen Universitas Pakuan, RM Mihradi. Bima yang hadir lima menit tampil sebagai keynote speaker.
Bima yang tampil dengan baju kaos berkerah, menegaskan, tidak percaya terminal dengan hotel `12 lantai tidak membuat macet. Oleh sebab itu, pembangunan underpass, harus menjadi bagian dari optimalisasi terminal.
Pernyataan Bima soal underpass itu sekaligus membuat terang mengapa wacana pengosongan terminal yang dijadwalkan Februari lalu, direspons oleh Bima dengan mengatakan, tidak ada pngosongan dalam waktu dekat.
Selain pembangunan underpass, Bima juga menyinggung soal nasib komunitas pengguna terminal seperti pengasong, pengamen, kenek, sopir, pedagang kaki lima dan lainnya, yang selama ini mencari nafkah di Terminal Baranangsiang. Bima mempertanyakan bagaimana konsep PT PGI mengakomodir mereka.
Tentang hal ini, Bima tidak main-main. Bima yang mengawali pernyataannya dengan pekik merdeka dan disambut bergemuruh oleh komunitas pengguna terminal, menceritakan pengalamannya di suatu daerah di mana dia melihat rumah kepala daerahnya mentereng, tetapi 200 meter setelah itu, berdiri rumah rewot dan kumuh. Dengan tegas Bima mengemukakan, dirinya mau beralih dari pengamat menjadi walikota, karena tidak ingin hal seperti itu terjadi di Kota Bogor. [] Boy/Fika