Transformasi Pelatih Mancini, Angkat Italia dari Debu Menjadi Emas
BOGOR-KITA.com, BOGOR – November 2017 menjadi catatan sejarah kelam sepak bola Italia. Pada bulan itu, Italia gagal lolos ke Piala Dunia 2018 Rusia, karena kalah agregat play off zona Eropa lawan Swedia 0-1. Saat itu, koran-koran ‘Negeri Pizza’ menggambarkan negaranya seperti tengah dilanda ‘kiamat’.
Sejenak masyarakat dan media setempat menyingkirkan sepak bola karena helatan besar sepak bola dunia, tanpa tim nasionalnya. Mereka menggelorakan untuk sebanyak mungkin menggelar acara konser musik atau kesenian tradisionalnya.
Perombakan pun terjadi di Gli Azzurri – julukan timnas Italia. Pelatih Giampiero Ventura dipecat, meski kontraknya sampai 2020. Namun, tak serta-merta Federasi Sepak Bola Italia (FIGC) mendapatkan pelatih pengganti yang pantas.
Banyak pelatih top ditawarkan, namun mereka memilih untuk angkat tangan untuk tugas di Azzurri. Butuh waktu enam bulan untuk dapat pengganti pelatih timnas. Beruntung, Roberto Mancini mau menerima tawaran berat itu.
Mancini seperti dibebankan tugas berat, mengangkat timnas Itaia dari debu ke tempat terhormat. Sementara materi pemain yang dimiliki sudah banyak yang terlewat usia emasnya.
“Saat saya tiba, tak ada yang mau menjadi pelatih timnas. Mereka lalu meminta saya dan saya menyetujuinya,” ungkap Mancini seperti dikutip Football Italia pada Mei 2018 lalu, saat menerima tugas tersebut.
Berbekal pengalamannya melatih klub besar seperti Inter Milan, Manchester City, Galatasaray dan Zenit Saint Petersburg, Mancini yang lahir di Italia pada 27 November 1964, mulai meracik formasi Azzurri.
Sejumlah pemain lama dibuang. Mancini mentransformasi dengan dimasukkannya para pemain muda, seperti Federico Chiesa, Lorenzo Insigne sebagai gelandang. Lalu, Nicolo Barella dan Marco Verratti yang membantu serangan.
Tapi, Mancini masih memerlukan pemain berpengalaman untuk mematangkan para pemain muda tersebut. Dirinya pun memutuskan masih tetap memakai Giorgio Chiellini dan Leo Benucci.
Transfomasi Mancini menjadikan Gli Azzurri cukup seimbang antara serangan dan pertahanan. Hasilnya, mereka tak terkalahkan dalam 33 pertandingan terakhir, sampai masuk ke final Euro 2020.
“Hampir semua orang tak percaya kami bisa melakukannya, dan sekarang kami masuk final,” ungkap Mancini usai menyingkirkan Spanyol di semifinal.
Bahkan, Italia tampil mendominasi permainan saat meladeni Inggris di final. Mereka sempat tertinggal lebih dulu dari gol Luke Shaw padahal pertandingan baru berjalan dua menit. Beruntung skuat asuhan Mancini berhasil menyamakan kedudukan 1-1 dan menang dalam adu penalti 3-2.
“Kami sebelumnya tidak berpikir bisa sejauh ini, tapi pemain kami tampil sangat luar biasa di luar perkiraan kami,” ungkap Mancini usai menjuarai Piala Eropa 2020 ini di Stadion Wembley, London, Minggu (11/7/2021) malam waktu setempat.
“Saya tidak bisa berkata-kata lagi, ini kumpulan pemain yang sudah menyatu,” kata Mancini. “Dan kami masih bisa berkembang,” tambahnya seperti mengancam tim lain untuk Piala Dunia mendatang.
Mancini juga menuturkan bahwa pekerjaan besar ini tidak bisa dilakukan sendiri. Ia pun mengikutsertakan rekan timnya saat membawa klub Sampdoria juara Seri A Liga Italia 1990/1991. Mereka itu Gianluca Vialli sebagai kepala kontingen Timnas Italia dan Atilio Lombardo sebagai asisten pelatih.
Mancini sudah berhasil mengangkat harkat Gli Azzurri dari debu sampai meraih trofi emas juara Euro 2020. Tentu kita masih menanti bagaimana kiprah Azzurri pada Piala Dunia mendatang. [] Anto