BOGOR-KITA.com, CIBINONG – Kasus stunting di Kabupaten Bogor turun dari 32,9% tahun 2018 jadi 19,08 tahun 2019.
“Penurunan ini diketahui dari hasil penimbangan balita di posyandu,” kata Kepala Dinkes Kabupaten Bogor, Mieke Suwardi di Cibinong, Senin (2/3/2020).
Penurunan secara signifikan itu, imbuh Mieke, merupakan upaya intervensi yang selalu dilakukan oleh Dinkes.
Walau mengalami penurunan, Mieke mengatakan, Dinkes akan terus menangani maksimal persoalan stunting dan gizi buruk di Kabupaten Bogor.
Ia menjelaskan, ada dua tindakan intervensi yang dilakukan. Yakni intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi sensitif.
Ada tiga sasaran yakni primer, sekunder, dan tersier. Dalam hal ini Dinkes akan melakukan intervensi meliputi suplementasi tablet besi, pemberian makanan tambahan untuk ibu hamil dan balita gizi kurang, promosi dan konseling, pemberian imunisasi dan vitamin A, pemantauan pertumbuhan di posyandu serta pemberian obat cacing pada ibu hamil.
“Bahkan kami siapkan suplemen tablet tambah darah pada remaja putri dan juga konseling untuk calon pengantin. Intervensi spesifik 30 persen dilakukan oleh Dinas Kesehatan, sisanya oleh dinas lain yang berkaitan. “Itu termasuk intervensi gizi sensitif,” tukas Mieke dalam rilis Diskominfo.
Kasus stunting maupun gizi buruk di Kabupaten Bogor juga mendapat perhatian dari Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Jawa Barat, Atalia Praratya Kamil. Istri dari Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil ini bahkan lansung melakukan pengecekan di Kecamatan Babakan Madang.
“Kewilayahan sudah melakukan intervensi dengan maksimal saya kira. Memang tidak mudah menurunkan angka tersebut karena banyak faktor. Tidak saja terkait dengan pola makan, namun pola asuh juga. Ada saja juga yang menderita penyakit bawaan,” kata Atalia saat berkunjung ke Kantor Kecamatan Babakan Madang, kemarin.
Akan tetapi, mesti begitu ada perubahan yang signifikan dari penanganan stunting maupun gizi buruk. “Upaya ini ada titik terangnya, bahwa yang kita lakukan selama ini tidak sia – sia,” tambah Atalia. [] Admin