BOGOR-KITA.com, KEMANG – Adanya diamika cara berpikir sebagian kelompok masyarakat yang selalu menumbuhkan rasa kebencian atau sikap intoleran kepada pihak lain, disinyalir akibat terbatasnya wawasan keagamaan dan pergaulan dengan para guru ataupun ulama sepuh yang arif dan bijaksana dalam memandang persoalan bangsa.
Demikian diungkapkan Kyai Ahmad Suhadi, Ketua Forum Kebangsaan Bogor Raya (FKBR) melalui keterangan resminya yang dikirim ke awak media ini, Minggu (9/2/2020). Menurutnya, saat ini warga masyarakat Kecamatan Kemang dan Kabupaten Bogor secara umum dalam kondisi dan situasi yang baik-baik saja. “Masyarakat disini (Kecamatan Kemang) hidup rukun dan saling menghargai dalam perbedaan, baik kepada yang beda agama dan beda keyakinan,” ujar Kyai Suhadi, sapaan akrabnya.
Kyai Suhadi menjelaskan, sekarang ini masyarakat Kemang dan Bogor sudah lebih terbuka cara pandangnya. Hal ini terbukti, dengan sikap mereka yang tidak mempedulikan lagi isu – isu agama yang menyebabkan munculnya ketidak harmonisan kehidupan di tengah masyarakat. “Pada umumnya masyarakat Kemang ingin membangun kehidupan yang lebih baik dalam kehidupan sosial. Karena kesejahteraan, kerukunan dan kedamaian yang diharapkan oleh masyarakat demi kemajuan bangsa,” ujarnya.
Ketua FKBR mencontohkan, keberadaan Ahmadiyah di wilayah Bogor Utara khususnya Kecamatan Kemang, yang dapat hidup rukun dan saling berdampingan dengan masyarakat sekitar. “Jadi sebenarnya semua baik – baik saja. Keharmonisan dan keragaman serta sikap saling menghormati sudah menjadi budaya di masyarakat Bogor Utara, khususnya Kemang. Semua bisa hidup rukun, damai dan saling berdampingan,” tegasnya.
Hal senada disampaikan oleh Dominik M. Tuba, warga Desa Pabuaran, Kecamatan Kemang. Menurut aktivis gereja ini, suasana wilayah Kecamatan Kemang dan kecamatan lain di Bogor Utara saat ini damai dan tentram. Dia menambahkan, karakter masyarakat di wilayah ini sangatlah bijak dan tidak mudah terprovokasi.
“Masyarakat Bogor Utara ingin hidup damai dan cinta serta menjunjung tinggi toleransi keragaman. Wilayah Bogor Utara bagai miniatur keragaman dalam bingkai ke-Indonesia-an.” ungkap Dominik.
Sementara menyikapi keberadaan Ahmadiyah, Ustadz Miftahudin, pengasuh Pondok Pesantren Riyadlul Ibtida, menganggap Surat Keputusan Bersama (SKB) 3 Menteri yang dikeluarkan pemerintah sudah cukup menjadi acuan untuk menjaga ketertiban.
“Sebenarnya dengan SKB 3 Menteri sudah cukup untuk memberikan ketertiban bagi kedua belah pihak, antara pihak ahmadiyah dan masyarakat yang bukan Ahmadiyah,” tutur Ustadz Miftah, sapaannya.
Wakil Ketua MWC Nahdhlatul Ulama (NU) Kecamatan Kemang ini menyatakan bahwa, semua tokoh agama yang notabene sebagai pengayom masyarakat seharusnya lebih fokus pada pembinaan kepada jamaahnya tanpa harus membuat narasi – narasi kebencian kepada pihak lain. Menurutnya, saat ini masih banyak problem terkait keumatan, baik dalam bidang ekonomi, pendidikan, bahkan rasa aman. “Sudah saatnya menghentikan semua cara yang membentur-benturkan masyarakat dalam pusaran konflik kepentingan. Agama sebagai spirit moral dan sumber peradaban jangan dijadikan kendaraan untuk mencari popularitas dan kepentingan segelintir orang.” tegasnya.
Sedangkan Ustadz Gozawi, Ketua Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kecamatan Ciseeng, mengatakan bahwa, masyarakat dan umat saat ini sudah cerdas dan tidak akan mau diprovokasi. Dia menegaskan, kondusifitas wilayah tersebut harus terus pertahankan agar kehidupan yang rukun, aman dan damai antar sesama tetap terpelihara. “Menjaga keutuhan NKRI dan merawat semboyan Bhineka Tunggal Ika menjadi tanggungjawab kita semua. Maka selayaknya kita harus bersatu dan menjaga ukhuwah insaniyah dan ukhuwah wathoniyah,” kata Ustadz Ghozawi.
Dia juga menyatakan komitmen kuat seluruh Pemuda Ansor untuk mendukung pemerintah dalam melawan segala faham yang bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika.
“Kami semua berkomitmen akan mendukung penuh Pemerintah dan Aparatur Negara dalam melawan segala bentuk paham takfiri, intoleran, radikalisme dan terorisme,” pungkasnya. [] Admin