BOGOR-KITA.com, BOGOR – Rektor IPB University Prof. Dr. Arif Satria luncurkan buku berjudul “Politik Sumber Daya Alam.” Acara peluncuran sekaligus bedah buku yang dimoderatori Dr Sofyan Sjaf, di IICC Botani Square, Kota Bogor, Sabtu (7/3/2020).
Arif Satria mengatakan, isi buku tersebut terkait dengan pentingnya demokrasi yang harus diisi dengan kemampuan membangun dengan sinergi antara para aktor, pelaku dan para pihak.
Hadir dalam acara itu Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Suharso Monoarfa, mantan Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah, Bupati Bogor Ade Yasin, Wakil Wali Kota Bogor Dedie A Rachim, Danrem 061/Sk Kolonel Inf Novi Helmy Prasetya, Ketua DPRD Kota Bogor, Atang Trisnanto, anggota DPR RI Desi Ratnasari, sejumlah dan tamu undangan lainnya.
“Selama ini para pihak belum bisa menyatu sehingga rasional ekologi , ekonomi dan rasional politik itu belum bisa menyatu,” Prof Arif.
Dikatakan, saat ini para ahli lingkungan menekankan pentingnya rasional ekologi. Tetapi, rasional ekologi, tanpa menggunakan rasional ekonomi, bisa menggangu aspek peningkatan kesejahteraan.
“Kalau ekonomi yang dominan yang terjadi adalah ekologi bisa rusak,” terangnya kepada wartawan.
Oleh karena itu, lanjut Prof Arif, keseimbangan ekonomi, ekologi dan politik menjadi penting, karena politik yang berusaha menjadikan cita cita bangsa Indonesia menjadi dasar bisa terus diinplementasikan.
“Kita punya UUD 1945 untuk mengatur bagaimana pengelolaan sumber daya alam seperti bumi, air dan tanah. Ini diperuntukan untuk kemakmuran rakyat. Jadi kemakmuran rakyat butuh keputusan politik. Dengan politik itulah kebijakan muncul dan kebijakan itu tergantung kekuatan politik. Oleh karena itu ekonomi, ekologi dan politik menurut saya harus menyatu,” jelasnya.
Ia menjelaskan dalam transisi demokrasi butuh aktor-aktor lain yang bisa menjembatani masyarakat, swasta dan pemerintah. Untuk menjembatani itu ada peran perguruan tinggi, sehingga perguruan tinggi ke depan harus mampu berada di tengah untuk bisa menemukan titik temu antara berbagai kepentingan masyarakat, swasta dan pemerintah agar pembanguman yang dicita citakan bangsa Indonesia sampai tahun 2045 itu benar benar bisa tercapai.
“Belum bertemunya kepentingan masyarakat, swasta dan pemerintah ini terjadi karena mereka masih berjalan sendiri sendiri. Di antara ketiga ini, masyarakat paling lemah dan selalu menjadi korban. Oleh karena itu, untuk mendampingi masyarakat, menjadi penting peran LSM, kampus dan ormas guna mengartikulasikan kepentingan masyarakat,” jelasnya.
Kedepan, Prof Arif mengatakan, punya target khusus untuk membuat boku yang sedikit panjang dan memiliki dampak terhadap masyarakat.
“Saya punya obsesi ingin menjadi seorang penulis pemikir yang bukunya bisa menginspirasi banyak orang,” tandasnya. [] Ricky