Puskesmas Ciomas Punya PENJAS TB untuk Penanggulangan TBC
BOGOR-KITA.com, CIBINONG – Program TB PARU adalah satu dari program esensial di puskesmas yang bertujuan untuk meningkatkan mutu dalam pelayanan di puskesmas secara efektif dan efisien. Keberhasilan program TB PARU untuk memutuskan mata rantai penularan BTA positif kepada keluarga dan masyarakat. Program TB PARU merupakan indikator dari keberhasilan pembangunan kesehatan di Indonesia, dimana di tahun 2015 dirilis Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) disebutkan insidensi di Indonesia pada angka 460.000.
Hasil data Puskesmas Ciomas menunjukkan cakupan program TB PARU pada tahun berjalan di wilayah Puskesmas Ciomas sebagai berikut:
- Jumlah penderita TBC paru yang diobati sebanyak 102 orang atau sekitar 52 % dari target 179 orang.
- Jumlah suspek penderita paru sebanyak 290 orang sekitar 29,5 %
- Jumlah penderita TBC paru yang sembuh sekitar 87 orang 83,6 %.
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui masih tingginya angka kesakitan akibat TBC. Permasalahan selanjutnya yang adalah masih adanya kasus TB yang belum terlaporkan karena upaya penjaringan di lapangan belum optimal.
Munculnya pandemi Covid-19 saat ini juga mengharuskan pasien TB untuk melakukan tindakan pencegahan seperti yang disarankan oleh tenaga kesehatan agar terlindungi dari Covid-19 serta tetap melanjutkan pengobatan TB sesuai anjuran. Upaya yang harus dilakukan untuk mengurangi kemungkinan penularan TB dan Covid-19 di pusat tempat orang berkumpul dan di fasilitas pelayanan kesehatan adalah dengan meningkatkan penjaringan dan pelacakan intensif kasus TBC di lapangan. Untuk itu perlu dilakukan inovasi dalam pelaksanaan penjaringan penemuan kasus suspek TB di masyarakat dalam rangka memutus mata rantai penularannya.
Hadirnya Inovasi Penjas TB ( Penjaringan penemuan kasus suspek TB ) di wilayah kerja Puskesmas Ciomas melalui pemberdayaan kader secara intensif dalam pelacakan dan kegiatan pelayanan TB difokuskan secara rawat jalan yang berpusat pada pasien dan perawatan berbasis masyarakat akan menjadi pilihan utama dalam tatalaksana TB pada masa tanggap darurat akibat pandemi Covid-19 dibandingkan dengan perawatan di Rumah Sakit. Selain itu pemanfaatan teknologi berupa media social (video call dan chatting) dilakukan dalam proses pemeriksaan survey kontak erat dan pemantauan pasien suspect TB. Penyuluhan tentang TB dilakukan secara virtual via media online/medsos Hal tersebut dilakukan untuk mengurangi potensi penularan Covid-19 kepada pasien TB maupun sebaliknya mengingat pasien TB sangat berisiko terkena bahaya Covid-19 hingga menyebabkan kematian.
“Salah satu bentuk kegiatan inovasi Penjas TB ini adalah setiap pasien TB dan pendampingnya ( kontak erat TB ) akan mendapatkan masker bedah yang harus dikenakan saat pasien kontrol pengobatan maupun melakukan aktivitas keluar rumah yang sangat penting” jelas dr. Ulfa M. Palar, Kepala Puskesmas Ciomas.
Ulfa menambahkan bahwa Pasien TB sangat disarankan untuk membatasi aktivitas di luar rumah untuk menghindari kemungkinan terpapar virus SARS Cov-2 penyebab Covid-19. Dengan adanya inovasi ini diharapkan angka penjaringan kasus TB dapat meningkat dan upaya pemutusan dan penanggulangan TBC dapat terwujud. []