Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di Pesisir Barat Daya Sumatera Utara Kurang Terlaksana, Mengapa?
BOGOR-KITA.com, BOGOR – Permasalahan sampah di area pesisir telah menjadi permasalahan global dan menjadi isu yang ramai dibahas. Sampah pesisir memberikan dampak terhadap lingkungan, kehidupan binatang laut, ekonomi, dan kesehatan manusia.
Setidaknya 60-80% dari sampah yang dihasilkan di dunia adalah sampah plastik, dan 10% dari sampah tersebut dibuang ke laut lepas dan akan memakan waktu yang sangat lama untuk terdegradasi. International Coastal Cleanup (ICC) merilis, pada 2019 sebanyak 97.457.984 jenis sampah dengan berat total 10.584.041 kilogram ditemukan di laut.
Menurut Indonesia.go.id, 9 dari 10 jenis sampah terbanyak yang mereka temukan berasal dari bahan plastik, seperti sedotan dan pengaduk, alat makan plastik, botol minum plastik, gelas plastik, dan kantong. Sampah-sampah tersebut umumnya berasal dari kegiatan sehari-hari manusia seperti sampah dari kebutuhan pokok dan sampah rumah tangga.
Hal ini sesuai dengan kasus yang ditemukan di salah satu daerah di Pesisir Barat Daya Sumatera Utara bahwa sumber utama sampah masyarakat daerah pesisir berasal dari sisa aktivitas sehari-hari masyarakat. Padahal area pesisir sangat potensial untuk dikembangkan sebagai lokasi pariwisata baik alam maupun buatan. Permasalahan sampah di area pesisir dapat menutup potensi besar tersebut.
Permasalahan sampah yang terjadi di salah satu daerah di Pesisir Barat Daya Sumatera Utara ini disebabkan oleh berbagai faktor. Pertama, kurangnya kepedulian dan kesadaran masyarakat akan keberadaan sampah. Masih banyak masyarakat yang acuh tak acuh terhadap keberadaan sampah di sekelilingnya. Padahal kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh masyarakat pasti menghasilkan sampah. Hal ini tercermin pada hasil wawancara yang dilakukan kepada narasumber yang bertempat tinggal di daerah tersebut. Narasumber mengatakan bahwa lingkungan pemukiman di sekitar tempat tinggalnya cukup kotor karena masyarakat yang kurang peduli dengan sampah yang dihasilkan dari aktivitas sehari-hari.
Kedua, berkaitan dengan pengetahuan masyarakat pesisir daerah tersebut mengenai pengolahan sampah rumah tangga masih rendah. Akibat dari kurangnya pengetahuan, kesadaran masyarakat pun masih kurang akan pentingnya mengelola sampah dengan baik. Masyarakat belum familiar dengan istilah dalam pengelolaan sampah sederhana yaitu 3R (reduce, reuse, recycle). Masyarakat juga masih belum bisa membedakan jenis sampah sehingga pengumpulan sampah masih bercampur. Jenis sampah terbagi menjadi sampah organik, sampah anorganik, dan sampah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Setiap jenis sampah memiliki sifat dan perlakukan yang berbeda. Jika masyarakat setidaknya sudah mengetahui jenis sampah dan cara memilahnya, serta mengetahui istilah pengelolaan sampah yang sederhana dengan 3R, masyarakat diharapkan bisa mengelola sampah rumah tangga. Misalkan saja dengan dijadikan sebagai pupuk kompos, penggunaan ulang kaleng atau ban bekas sebagai pot bunga untuk mempercantik halaman rumah, dan bahan-bahan bekas lainnya.
Faktor lain yang menjadi alasan kurang terlaksananya pengelolaan sampah rumah tangga di salah satu daerah di Pesisir Barat Daya Sumatera Utara yakni kurangnya kepedulian pihak-pihak terkait seperti pemerintah desa setempat dan dinas kebersihan daerah. Keterlibatan pemerintah daerah dan organisasi sekitar juga sangat diperlukan dalam proses pengelolaan sampah di area pesisir. Hal ini terkait pula dengan salah satu penyebab penumpukan sampah di area pesisir yakni kurangnya fasilitas pengelolaan sampah sebab fasilitas pengelolaan sampah umumnya diinisiasi oleh pemerintah daerah.
Narasumber menyebutkan bahwa tidak terdapat fasilitas pengelolaan sampah di sekitar area tinggal narasumber. Hal inilah yang kemudian menyebabkan masyarakat memilih untuk membuang sampah ke laut atau membakar sampah. Berdasarkan hasil wawancara, diketahui sampah-sampah yang dihasilkan diperkirakan kurang dari 1 kg per hari, bayangkan seberapa banyak polusi udara dan air yang dihasilkan oleh rumah tangga dalam 1 hari, 1 bulan, dan 1 tahun. Masyarakat sebenarnya mengetahui bahwa membakar sampah bukan merupakan langkah pengelolaan sampah yang baik. Namun, masyarakat merasa tidak memiliki pilihan lain untuk mengelola sampah yang dihasilkan selain membakar sampah.
Di luar itu, pemerintah daerah dan organisasi sekitar sebenarnya sudah melakukan berbagai upaya seperti mengadakan kegiatan sosialisasi terkait pengelolaan sampah, bahkan mengadakan workshop untuk memanfaatkan sampah menjadi sumber ekonomi masyarakat. Namun, kembali lagi kepada kepedulian masyarakat, kebanyakan masyarakat hanya sekedar mengikuti sosialisasi dan workshop-nya saja tanpa turut menerapkannya. Narasumber juga berharap agar pemerintah terutama dinas kebersihan dapat menyediakan tempat pembuangan sampah dan mengangkut sampah untuk dibuang di Tempat Penampungan Sementara (TPS) sehingga masyarakat tidak membuang sampah sembarangan.
Segala potensi yang dimiliki oleh perairan Indonesia pasti akan mempengaruhi kehidupan dan ekosistem pesisir. Melimpahnya ikan dan komoditas lainnya serta kondisi geografis area pesisir memberi keuntungan ekonomis bagi masyarakat pesisir. Namun, seringkali perilaku masyarakat yang tidak peduli terhadap kebersihan pesisir menimbulkan dampak negatif terhadap kelestarian pesisir.
Dalam skala besar, polusi lingkungan dan lautan adalah akibat utama dari kebiasaan buang sampah sembarangan. Jutaan ton sampah yang mengambang di lautan saat ini telah mengancam keselamatan biota laut, termasuk berbagai jenis ikan yang menjadi sumber pangan manusia. Tidak hanya mengotori lingkungan, kebiasaan membuang sampah sembarangan juga akan membuat Anda dan keluarga lebih rentan terkena berbagai penyakit. Demam berdarah, hepatitis A, hingga cacingan hanyalah beberapa contoh penyakit yang bisa timbul sebagai dampak membuang sampah sembarangan. Pengelolaan sampah yang sudah baik perlu dibarengi dengan kesadaran masyarakat serta peran dari pemerintah dan organisasi-organisasi sekitar. Oleh sebab itu, terdapat hubungan yang saling mempengaruhi antara perilaku masyarakat di wilayah pesisir dengan kelestarian lingkungan wilayah pesisir.
Mengingat dampak yang sangat berbahaya dari kesalahan dalam pengelolaan sampah di salah satu daerah di Pesisir Barat Daya Sumatera Utara maka berbagai faktor ini harus segera ditangani agar permasalahan sampah juga dapat teratasi dengan benar.
Beberapa langkah yang dapat dilakukan antara lain dengan memberikan pemahaman dan pengertian kepada masyarakat setempat tentang pentingnya pengelolaan sampah yang benar. Hal ini dapat dilakukan oleh pemerintah setempat dan dinas kebersihan daerah dengan menyediakan sarana dan prasarana pengelolaan sampah seperti tempat sampah yang memadai dan pengangkutan sampah secara rutin untuk dibuang ke TPS yang ada, serta memberikan pelatihan kepada masyarakat terutama untuk ibu-ibu agar mereka mempunyai keterampilan 3R (reduce, reuse, recycle) yang juga dapat mendorong ekonomi masyarakat dan membantu dalam memasarkan produk-produk tersebut melalui UMKM.[]
Penulis adalah mahasiswa pengampu mata kuliah Manajemen Sumber Daya Keluarga, Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, IPB University.
Dosen Pengampu : Dr. Ir. Istiqlaliyah, M.Si.
Penulis : Nadyahtul Hanifa, Annisa Fatrikha Hairani, Dea Ayu Saputri, Dirra Arista Putri, dan Faiza Nur Aulia.