Jembatan Batu Wereng di Jalur Bocimi Cimande
BOGOR-KITA.com – Jalan Bogor – Ciawi – Sukabumi (Bocimi) terkenal sebagai daerah macet. Belakangan, jalan yang selalu padat dengan hilir mudik kendaraan pabrik, becampur dengan kendaraan penumpang dan kendaraan wisata itu kian macet karena perbaikan dua jembatan, yakni Jembatan Caringin di Caringin dan Jembatan Buta Wereng di Cimande, belum juga selesai. Pemerintah Kabupaten Bogor melalui Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Jalan dan Jembatan II Ciawi, Eko Sulistio mengatakan siap membantu jika diminta.
Terlantar
Jembatan Caringin sebelumnya mengalami kerusakan akibat longsor. Perbaikannya dilakukan secara swadaya oleh Zeni Tempur Kostrad TNI AD yang pendanaannya diakomodir oleh Pemerintah Propinsi (Pemprov) Jawa Barat sebesar Rp20 miliar. Sedang Jembatan Batu Wereng diperlebar dengan dana APBN sebesar Rp5,7 miliar yang disalurkan oleh Kementrian Pekerjaan Umum (PU) dengan anggaran sebesar Rp5,7 miliar dan dikerjakan oleh PT Fusko.
Perbaikan Jembatan Caringin yang dimulai Nopember 2013, seharusnya sudah selesai April 2014. Sedangkan pelebaran Jembatan Batu Wereng yang mulai dikerjakan Juni 2013 seharusnya sudah selesai Sepetember 2013.
Pantauan PAKAR pada Senin (10/11), tak ada aktivitas apa pun di dua proyek tersebut. Yang ada hanyalah seorang juru parkir (pak ogah-red) yang sibuk mengatur antrean kendaraan yang lalu lalang di lajur itu. Pak Ogah tersebut tampak kewalahan mengatur kendaraan yang harus bergantian melewati jembatan. Akibatnya, antrean kendaraan mengular dari dua arah, baik dari arah Sukabumi menuju Bogor maupun sebaliknya.
Keluhan tidak saja datang dari warga sekitar, tetapi juga dari pengendara. "Sudah lama perbaikan jembatan ini juga belum selesai. Seharusnya petugas terkait menegur dengan keras pemenang tender agar pekerjaannya benar-benar diselesaikan dengan baik dan tepat waktu mengingat jalur Bocimi dikenal jalur padat kendaraan," beber Asep warga setempat yang ditemui PAKAR, Senin (10/11).
Seorang pengendara motor, Indra juga mengaku kecewa dengan lambatnya pengerjaan dua jembatan tersebut. Indra mengaku lupa berapa bulan dia sudah menghadapi situasi semrawut seperti itu.
"Setiap harinya bisa ratusan atau mungkin ribuan kendaraan dari dua arah yang harus bergantian melintas di jembatan tersebut,” kata Indra.
Beberapa kali terjadi kecelakaan terutama pada malam hari, karena pengandara terutama motor tidak melihat ada lubang mengingat lampu penerangan jalan umum kurang terang.
Informasi yang diperoleh PAKAR, pengerjaan Jembatan Buta Wereng terkendala pembebasan 13 lahan milik warga. Total anggaran pembebasan lahan yang disediakan Pemkab Bogor, kurang lebih sebesar Rp6 miliar. Asumsinya lahan dihargai Rp1 juta per bidang tanah, sedang bangunan dihargai Rp1,2 juta per meter. Sementara harga yang ditawarkan pemilik lahan terlalu tinggi.
Sementara penyebab belum selesainya Jembatan Caringin belum berhasil diperoleh.
Pemkab Siap Membantu
Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Jalan dan Jembatan II Ciawi, Eko Sulistio mengatakan, walau berada di wilayah Kabupaten Bogor, tetapi proyek jembatan itu barada dalam kewenangan Pemerintah Propinsi (Pemprop) Jawa Barat. “Karena itu, kita tidak mempunyai kewenangan ikut campur apalagi menegur pelaksana proyek,” katanya.
Namun, Eko Sulistio menegaskan, pihaknya siap membantu jika diperlukan. “Jika diperlukan kita siap membantu,” katanya.
Sementara itu, Kepala Desa Pancawati, Ipan Sopandi mendesak Pemerintah untuk bisa tegas terhadap pihak ketiga yang dipercaya mengerjakan proyek kedua jembatan itu. “Pelaksana proyek Jembatan Batuwereng, seharusnya ditindak tegas, karena dengan lambatnya pengerjaan, banyak masyarakat yang menjadi korban. Lambatnya pengerjaan jembatan itu juga mengganggu aktivitas ekonomi warga,” singkat Ipan. [] Harian PAKAR/Admin