Kab. Bogor

OPINI: Literasi Waktu, Mari Disia-siakan?

Oleh: Syarifudin Yunus,

(Pegiat Literasi TBM Lentera Pustaka)

BOGOR-KITA.com, TAMANSARI – Bila mayat boleh menyesal. Itu karena waktu yang disia-siakan. Saat di dunia, usianya berkurang tapi amalan tidak bertambah. Karena waktu.

Semua pasti sepakat. Bahwa waktu sangat berharga. Maka menyia-nyiakan waktu dianggap puncak kerugian, bahkan lebih berbahaya dari kematian. Karena menyia-nyiakan waktu akan memutuskanmu dari Allah dan negeri akhirat, sedangkan kematian hanya memutuskan dirimu dari dunia dan penduduknya [Al-Fawaid, hal 44].

Waktu yang disia-siakan menjadi waktu yang tidak bermanfaat. Untuk dirinya sendiri apalagi untuk orang lain. Waktu yang terbuang untuk bermain-main dan bersenda gurau. Lalu, kenapa masih banyak orang yang bilang “tidak punya waktu”? Karena sibuk bekerja atau apa. Karena sibuk mengejar sesuatu yang sebenarnya sudah dijatahkan untuknya. Atau mungkin, sibuk untuk urusan yang tidak penting. Sibuk mikirin orang lain lain, sementara orang lain sama sekali tidak tertarik untuk mengurusinya.

Baca juga  Literasi Amal, Siapa Follower Sejati Anda?

Jadi bertanyalah, apakah kamu tergolong orang yang tidak punya waktu? Atau menyia-nyiakan waktu. Hingga lupa, bahwa waktu sama sekali tidak dapat diputar kembali. Sehari-sehari hanya berkeluh-kesah, bergibah atau ngobrol di WA yang tidak ada manfaatnya, pasti sangat dibenci waktu. Bila kamu gemar membenci atau memaki, waktu pun sangat benci kepada orang-orang yang selalu bertanya, kenapa begini kenapa begitu? Maka waktu pun akan pergi begitu saja.

Banyak orang lupa. Waktu adalah satu-satunya “harta” yang pasti dimiliki semua orang. Tanpa mengenal status sosial, tanpa peduli jarak, bahkan tanpa menggubris perasaan. Tapi waktu pula yang mudah berubah jadi sia-sia bila diabaikan. Waktu, sangat tergantung kepada siapa orangnya? Mau dimanfaat untuk kebaikan atau disia-siakan menjadi keburukan.

Baca juga  Putus Generasi Narkoba, Pemuda Aman RI Kecamatan Parung Perkuat Majelis Taklim Pemuda

Waktu akan terus berjalan. Waktu tidak akan pernah menunggu, siapa pun. Waktu pun bebas mau diperlakukan seperti apa? Hanya berdiam diri atau bertindak segera. Waktu itu seperti hujan. Tidak pernah memilih tempat untuk jatuh, tidak pula memilih waktu untuk turun.

Waktu itulah yang jadi “renungan” orang-orang taman bacaan. Untuk berani menebar kebaikan sekalipun hanya menyediakan tempat membaca anak-anak. Sambil memberantas buta aksara atau bernasihat tentang kebaikan. Pegiat literasi yang selalu menyediakan waktu untuk ber-literasi dan mengabdi kepada sesama. Selagi ada waktu. Karena di taman bacaan, siapa pun akan terhindar dari perbuatan menyia-nyiakan waktu. Mengubah niat baik jadi aksi nyata. Menukar gelap-gulita peradaban menjadi terang-benderangnya masa depan. Seperti itulah cara TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor memperlakukan waktu. Demi tegaknya tradisi baca dan budaya literasi masyarakat.

Baca juga  Ketua Umum Forum TBM Indonesia ke Bogor, Diskusi Literasi Berbasis Inklusi Sosial

Literasi waktu. Jangan pernah menyia-nyiakan waktu untuk hal-hal yang tidak bermanfaat. Apalagi menimbulkan dosa. Karena waktu yang terlewatkan tidak akan pernah kembali lagi Jadi seperti kepompong yang mampu melewati waktu demi waktu hingga menjadi kupu-kupu yang indah dipandang mata.

Adalah fakta, tidak sedikit orang yang menghamba pada waktu, Tapi di saat yang sama, banyak pula yang meremehkan waktu. Hingga tetap berjalan di tempat, tanpa melakukan apa pun. Hingga waktu terbuang sia-sia. Karena mereka terlalu sibuk memikirkan yang sulit-sulit. Hingga lupa waktu untuk mensyukuri nikmat Allah SWT. Dan memanfaatkan waktu untuk kebaikan. Karena waktu adalah hal yang harus dipertanggungjawabkan kelak.

Literasi waktu, mau dimanfaatkan atau diabaikan? Itu terserah sang pemilik waktu. Salam literasi.

Klik untuk berkomentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terpopuler

To Top