Kab. Bogor

OPINI: Inilah 15 Acuan Mengukur Kinerja Taman Bacaan

Oleh: Syarifudin Yunus,

(Pegiat Literasi TBM Lentera Pustaka Bogor)

BOGOR-KITA.com, TAMANSARI – Tidak ada kegiatan atau program yang tidak bisa dievaluasi. Tidak terkecuali aktivitas literasi yang dijalankan suatu taman bacaan masyarakat (TBM), di mana pun. Karena evaluasi berarti proses untuk menilai, mengukur, dan mengoreksi suatu kegiatan yang diselenggarakan dalam periode tertentu. Acuannya adalah membandingkan proses rencana dengan hasil yang dicapai.

Sekalipun bersifat sosial, taman bacaan masyarakat pun harus dievaluasi. Agar dapat mengumpulkan data dan memperoleh gambaran objektif tentang aktivitas taman bacaan. Sudah sesuai dengan tujuan adanya taman bacaan, sekaligus untuk dasar untuk strategi dan pengambilan keputusan ke depan. Karena itu, taman bacaan sebagai bagian pendidikan nonformal pun harus memiliki indikator evaluasi. Agar perkembangannya dapat diketahui publik atau pengguna layanan taman bacaan. Evaluasi taman bacan, tentu harus terukur, sistematis, dan berorientasi pada tujuan.

Maka untuk menentukan evaluasi keberadaan taman bacaan, TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor pun melakukan evaluasi terhadap aktivitas dan program literasi yang dijalankan. Khususnya selama setahun, yaitu tahun 2021 ini. Indikator secara umum, evaluasi taman bacaan terdiri dari: 1) berapa pertambahan jumlah anak pembaca aktif?, 2) berapa pertambahan jumlah koleksi buku?, 3) seberapa konsisten program yang ditetapkan dapat dijalankan?, dan 4) seberapa aktivitas taman bacaan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat?

Baca juga  BPNT di Gunungsindur Masih jadi Sorotan

Namun lebih dari itu, TBM Lentera Pustaka memiliki kriteria tersendiri untuk evaluasi kegiatan dan program literasi yang dijalankan. Setidaknya ada 15 (lima belas) indikator penting sebagai acuan evaluasi seperti yang dilakukan TBM Lentera Pustaka pada tahun 2021 ini antara lain (sesuai gambar):


Patut diketahui, TBM Lentera Pustaka yang memiliki 14 anak saja saat didirikan tahun 2017 lalu. Tapi kini telah memiliki 160 anak pembaca aktif dengan rata-rata mampu menghabiskan 3-8 buku per minggu per anak. Saat ini pun tidak kurang 250 anak dan warga telah tercatat sebagai pengguna layanan di taman bacaan setiap harinya.

Ada 12 program literasi yang dijalankan TBM Lentera Pustaka, seperti: 1) TABA (TAman BAcaan) dengan 160 anak pembaca aktif dari 3 desa (Sukaluyu, Tamansari, Sukajaya) dengan waktu baca 3 kali seminggu, kini setiap anak mampu membaca 5-8 buku per minggu, 2) GEBERBURA (GErakan BERantas BUta aksaRA) yang diikuti 9 warga belajar buta huruf agar terbebas dari belenggu buta aksara, 3) KEPRA (Kelas PRAsekolah) dengan 26 anak usia prasekolah, 4) YABI (YAtim BInaan) dengan 14 anak yatim yang disantuni dan 4 diantaranya dibeasiswai, 5) JOMBI (JOMpo BInaan) dengan 8 jompo usia lanjut, 6) TBM Ramah Difabel dengan 3 anak difabel, 7) KOPERASI LENTERA dengan 31 ibu-ibu anggota koperasi simpan pinjam agar terhindar dari jeratan rentenir dan utang berbunga tinggi, 8) DonBuk (Donasi Buku), 9) RABU (RAjin menaBUng), 10) LITDIG (LITerasi DIGital) untuk mengenalkan cara internet sehat, 11) LITFIN (LITerasi FINansial), dan 12) LIDAB (LIterasi ADAb) untuk mengajarkan adab ke anak-anak seperti memberi salam, mencium tangan, berkata-kata santun, dan budaya antre.

Baca juga  Opini: Kaesang Berpeluang Besar jadi Ketum PSI

Pada tahun 2021 ini, TBM Lentera Pustaka pun terpilih 1 dari 30 TBM di Indonesia yang menggelar program “Kampung Literasi Sukaluyu” yang diinisiasi Direktorat PMPK Kemdikbudristek RI dan Forum TBM. Hal ini menyusul prestasi Pendiri TBM Lentera Pustaka yang meraih penghargaan “31 Wonderful People tahun 2021” kategori pegiat literasi dan pendiri taman bacaan dari Guardian Indonesia (September 2021) dan “Ramadhan Heroes” dari Tonight Show NET TV (Mei 2021), di samping menjadi sosok inspiratif dalam “Spiritual Journey” PT PLN, salah satu BUMN di Indonesia pada Oktober 2021 lalu.

Jadi intinya, taman bacaan harus berani melakukan evaluasi. Tentu, indikator dan kriterianya dapat disesuaikan dengan kondisi masing-masing taman bacaan. Jangan sampai taman bacaan tidak melakukan evaluasi. Untuk mengetahui efektif atau tidaknya keberadaan taman bacaan atau program yang dijalankan. Karena tanpa evaluasi, berarti taman bacaan tidak ada acuan untuk berkembang dan menambah manfaat untuk masyarakat. Karena evaluasi, sejatinya untuk memperbaiki kekurangan dan kendala taman bacaan.

Baca juga  Mampukah Taman Bacaan Bertahan di Era Digital?

Evaluasi taman bacaan memang bukan segalanya. Tapi dengan evaluasi, taman bacaan bisa tahu keadaannya secara objektif. Sehingga tidak kehilangan arah, mau ke mana taman bacaan menuju? Setelah evaluasi, maka taman bacaan bisa menentukan ambisi, perbuatan, dan doa. Karena tanpa ambisi, taman bacaan tidak akan memulai apa-apa. Tanpa berbuat, tidak akan menyelesaikan apapun. Tanpa doa, tidak akan bermanfaat untuk siapapun. Salam literasi.[]

Klik untuk berkomentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terpopuler

To Top