Nasional

Menumbuhkan Work Engagement Karyawan Generasi Milenial

Work engagement
Ilustrasi/Istimewa

Disusun Oleh

Rahmi Yudesti*

Febya Noor Adhani Budiman*

Fatimatuzzahroh*

(*Mahasiswa Manajemen IPB University)

BOGOR-KITA.com, BOGOR – Jumlah angkatan kerja di Indonesia mencapai lebih dari 160 juta orang (BPS, 2016), dengan 4% di antaranya adalah generasi milenial, tepatnya sekitar 62,5 juta orang. Hal ini berarti dalam waktu yang tidak lama lagi generasi milenial akan menjadi angkatan kerja terbesar di Indonesia. Pada tahun 2016, Dale Carnegie Indonesia pernah menggagas studi bertajuk Employee Engagement Among Millennials. Hasilnya cukup mengejutkan, karena ternyata hanya 25% tenaga kerja milenial (kelahiran 1986-2000) yang terlibat sepenuhnya dengan perusahaan tempat mereka bekerja. Mereka yang engaged cenderung loyal dan bersedia bertahan dalam jangka waktu yang panjang, berkontribusi pada profit perusahaan, serta bekerja secara produktif dan berkualitas.

Mereka yang partially-engaged dapat dilihat dari kinerja mereka yang lebih berkonsentrasi pada pengerjaan tugas (asal selesai), bukan mutu hasilnya. Mereka cenderung enggan menerima masukan, serta berorientasi pada gaji saja. Berprinsip do it, get paid, go home. Yang paling parah adalah kategori disengaged karena menyebarkan pengaruh negatif, menampakkan ketidakpercayaan dan permusuhan, tak ragu menyabotase pekerjaan bahkan kemajuan perusahaan. Engagement inilah yang akan berpengaruh besar pada kinerja serta output mereka di perusahaan nantinya. Melihat kondisi tersebut, work engagement angkatan kerja generasi milenial perlu mendapatkan perhatian dan dikaji lebih serius untuk generasi pekerja yang lebih cemerlang kedepannya.

Baca juga  Tak Bawa Tes Antigen, Petugas Putar Balik Konvoi Mercy di Sentul City

 Faktor yang Berpengaruh pada Work Engagement

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Akhmad Fani Rakhim, faktor-faktor work engagement pada generasi milenial berasal dari dua kelompok, yaitu job resources dan personal resources.

  1. Job resources. Dapat berupa lingkungan kerja, pengembangan karyawan, penghargaan, dan tantangan dari pekerjaan.
  2. Personal resources. Dapat berupa adanya self efficacy dari karyawan.

Generasi milenial menyukai lingkungan kerja yang fleksibel. Artinya, karyawan diberikan kebebasan untuk membuat pilihan mereka sendiri mengenai kapan, di mana, dan bagaimana keterlibatan mereka dalam proyek atau tugas terkait pekerjaan serta diberikan kesempatan untuk menemukan ritme kerja yang sesuai. Tidak hanya itu, generasi milenial juga menginginkan lingkungan kerja yang mengedepankan nilai-nilai kekeluargaan dan keterbukaan. Perusahaan juga perlu memberikan otonomi atau kebebasan bagi karyawan milenial untuk mengeksplorasi dan mengekspresikan diri secara penuh dalam pekerjaan sesuai dengan keahlian dan keterampilannya yang selanjutnya dapat mendorong pengembangan karir di masa depan.  Selain itu, apresiasi juga menjadi salah satu faktor yang turut mempengaruhi work engagement karyawan milenial. Dengan memberikan apresiasi atas kerja keras yang sudah dilakukan, karyawan akan merasa bahagia karena usaha mereka dihargai. Mereka yang memiliki keyakinan tinggi terhadap kemampuannya dalam menyelesaikan suatu tugas dan mencapai keberhasilan dapat menumbuhkan rasa engagement yang tinggi pula.

Baca juga  Dihadiri Ganjar Pranowo, IPB University Resmikan Learning Centre Bawang Putih di Tegal

Mengenal Job Crafting

Job crafting memberi kesempatan bagi angkatan kerja generasi milenial untuk mengintegrasikan dan mengorganisasikan pengalaman kerja mereka ke dalam sebuah rasa diri yang otentik. Job crafting merupakan upaya individu dalam menyelaraskan pengalaman kerja dengan dorongan internal yang berdampak pada berkembangnya motivasi yang lebih intrinsik. Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan perusahaan.

  1. Melakukan pemetaan passion dari karyawan milenial lalu memberikan kesempatan luas kepada mereka untuk dapat mengembangkan diri dan menyelesaikan pekerjaan mereka dengan cara-cara baru yang lebih kreatif dan inovatif sesuai dengan kapasitas mereka.
  2. Membuat program-program untuk menyelaraskan misi personal karyawan milenial dengan misi organisasi dan pekerjaannya sehingga para karyawan milenial dapat mengalami perasaan bermakna dalam bekerja, yang pada gilirannya akan mampu mempertahankan bahkan meningkatkan work engagement-nya.
  3. Menciptakan budaya kompetisi terkait inovasi kerja sebagai salah satu strategi menstimulasi job crafting karyawan generasi milenial.
Baca juga  Cair! Bantuan Rp66 Miliar untuk 44.000 Guru PAI non PNS, Ini Kriteria Penerima

Untuk meningkatkan engagement karyawan perusahaan juga dapat memberi bantuan pengembangan diri, seperti memberikan pelatihan, menawarkan kursus, dan mencoba tantangan baru. Menciptakan lingkungan kerja yang lebih menyenangkan dengan merencanakan aktivitas bersama di luar kantor, seperti meeting di resort, outbound, paintball, dan gathering. Menyediakan fasilitas fitness di kantor, menyediakan makanan sehat, dan sesekali memberikan pelatihan mindfulness untuk mencegah karyawan stress dalam bekerja. Selain itu, perusahaan harus dapat membangun komunikasi interaktif dalam setiap tim dan dorong setiap anggota untuk berani menyampaikan pendapat tanpa malu. Dengan meningkatnya engagement, perusahaan akan mendapatkan pekerja yang loyal sehingga turnover di perusahaan juga bisa ditekan.

Referensi

Dale Carnegie Editor. (2018, January 15). INFOGRAFIS: milenial ogah terlibat sepenuhnya di perusahaan? Dale Carnegie. Retrieved October 2, 2022, from https://www.dalecarnegie.id/sumberdaya/media/media-coverage/infografis-milenial-ogah-terlibat-sepenuhnya-di-perusahaan

Noviardy, A., Aliya, S. (2020). Pengaruh Employee Engagement dan Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan di Bidang Perkebunan Kelapa Sawit. MBIA, 19(3), pp.258-272.

Rakhim, A.F. (2020). Factors that cause work engagement in the milenial performance in bumn. Proceedings of The ICECRS, 8.

Klik untuk berkomentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terpopuler

To Top